Seperti biasa, saat waktunya lunch, keluarga Agenta berkumpul bersama di kediamannya. Meskipun Deon pergi bekerja, dia selalu meluangkan waktunya untuk kumpul bersama keluarga tercinta dan sesekali lunch di kantor saat ada urusan mendadak, tapi sebisa mungkin dia pulang dan menyantap masakan isteri bersama putrinya.
"Amel, sayang. Kapan kamu mau bekerja? Kamu udah besar, tidak selamanya kamu bakal jadi anak manjanya papa-mama. Kalau kamu tidak mau kerja, setidaknya ubah dulu pola pikir kamu. Ya, kami senang aja kamu manja pada kami sebagai orang tuamu, tapi nanti suami dan keluarga suamimu akan mempersalahkannya perihal ini. Kami tidak mau Amel bermasalah nantinya" Ujar Deon memulai pembicaraan yang agak serius di meja makan.
"Tenang pa, Amel bakal bekerja kok nanti. Cuman kalau sekarang, Amel masih fokus mengurus Catty dulu" Jawab Caramel sambil makan dan menjawabnya dengan santai.
"Terus Amel mau pendidikannya sia-sia?" Tanya Gisella.
"Enggak lah ma. Pokoknya sans aja lah. Ntar aku kerja juga kok, tapi kalau aku niat juga sih" Jawab Caramel.
Mendengar jawaban putrinya itu, papa Deon hanya geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir karena putrinya lebih mengutamakan kucing peliharaannya daripada dirinya sendiri yang tentu saja harus lebih di utamakan dari apapun itu bentuknya. Namun, apa boleh buat. Kasih sayang Deon dan Gisella hanya untuk Caramel seorang.
"Pelan-pelan Mel, kayak di kejar pocong aja" Ujar Gisella menasehati Caramel yang geragas mengunyah makanan kesukaannya.
Caramel hanya tersenyum santai menanggapi nasehat Gisella dan Deon. Sudah biasa, entah dengan penampilan yang urakan, makan yang tidak ada aturan, atau mungkin perihal yang lain, Caramel tetap menjadi kesayangan keluarga Agenta karena dia satu-satunya permata hati yang dimiliki Agenta.
Sebenarnya, sikap dan kelakuan Caramel yang sekarang tidak serta merta merupakan bawaan dari kecil, akan tetapi semua kebiasaan buruknya ini dimulai ketika Caramel mengalami masalah dengan orang yang dulu sempat berniat menghancurkan hidupnya. Orang yang cukup dikenalnya namun berniat mengambil paksa kehormatan jati diri Caramel hingga membuatnya menjadi pribadi yang berbeda 180 derajat dari sebelumnya.
"Papa mau cerita nih, kalian harus dengerin ya" Ujar Deon.
"Cerita aja!" Sahut Caramel dan Gisella serempak, Deon nyengir tak berdosa.
"Sebenarnya kemarin saat papa pergi meeting, papa ketemu seseorang" Ucap Deon mengawali ceritanya.
"Mama jangan cemburu dulu" Ujar papa Deon sontak otomatis. Biasa, kepedean!
"Siapa yang cemburu? Pede banget!" Ujar Gisella.
Deon cemberut mendengar tutur kata isterinya karena tidak sesuai dengan ekspetasi yang diinginkannya. Meskipun begitu, Deon tetap melanjutkan ceritanya. Gisella dan Caramel menjadi pendengar setia setiap curahan cerita dari Deon. Kalau bukan mereka, siapa lagi?. Masa iya Deon harus curhat ke mama Dedeh.
Deon melepas sendok dan garpu di tangannya dan mengaitkan tangannya, seperti orang yang akan menceritakan suatu kisah yang berat dan pilu namun tetap harus di utarakan meski bagaimanapun situasi dan kondisinya. Penasaran dengan gelagat si pencerita yang tidak seperti biasanya, Caramel dan Gisella semakin memajukan kursinya dan mempersiapkan indra pendengaran dengan seksama. Bahkan mereka siap menginstal indra ke tujuh, bila perlu.
"Jadi, waktu meeting kemarin itu..." Lanjut papa Deon ragu.
"Jadi..." Tanya Gisella dan Caramel penasaran, saking penasarannya mereka melepas sendok dan garpu mereka seperti yang dilakukan Deon.
"Papa ketemu kakek muda!" Ujarnya singkat dan dalam waktu kurang lebih 1 detik dengan nada yang cukup tinggi, mungkin naik 1 oktaf dari biasanya.
Karena ucapannya yang spontan itu, baik Caramel ataupun Gisella terkejut sampai membuat mereka berdiri. Namun, tidak lama setelahnya mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Bukan karena mereka terkejut dengan nada bicara Deon yang menaik, tapi karena sebutan orang yang bertemu dengan Deon. 'Kakek muda', sebutan yang membuat perut mereka serasa di gelitik sampai tertawa terpingkal-pingkal.
"Kok kalian tertawa sih?" Tanya Deon keheranan.
"Enggak. Lanjut aja!. Papa ketemu kakek muda, trus..." Ujar Gisella sambil menahan tawanya.
Gisella dan Caramel kembali duduk dan mendengar lanjutan cerita pertemuan Deon dan 'kakek muda', meski tidak seserius sebelumnya karena masih terbayang kata 'kakek muda' menurut definisi mereka.
"Jadi, kakek muda ini dulunya adalah sahabat kakek Agenta. Mereka dulu sangat dekat sekali. Mereka tidak bisa terpisahkan, bahkan dulu papa sering diajak hangout sama kakek dan hanya kita berempat saja yang kumpul. Kakek, kakek muda, cucunya, dan papa. Kita selalu berkumpul bersama, bahkan bisa dikatakan kalau papa sampai menganggap kakek muda itu kakek kandung papa sendiri" Ujar Deon menceritakan masa lalunya.
"Terus..." Ujar Gisella penasaran dengan lanjutan cerita suaminya, sedangkan Caramel lanjut makan dengan santai. Urusan mengerti cerita Deon, itu urusan nanti. Yang penting sekarang adalah makan dan kenyang.
"Karena terjadi masalah dengan perusahaan keluarga kakek muda, terpaksa beliau dan keluarganya harus ke benua lain demi menyelamatkan perusahaan keluarga mereka. Saat mereka pergi, tentu saja papa sedih, terlebih kakek. Apa mau dikata, kondisi finansial keluarga Agenta waktu itu juga belum cukup menyelamatkan kondisi krisis mereka." Lanjut Deon bercerita.
"Jadi, kemarin itu adalah pertemuan pertama kami setelah cukup lama tidak berjumpa. Papa sangat senang dan bahagia. Papa menceritakan banyak hal kepadanya, bahkan juga menceritakan kisah kakek Agenta selama ditinggal kakek muda. Syukurnya, beliau masih mengenal papa karena paras keturunan keluarga Agenta hampir sama. Beliau juga menceritakan ini dan itu kepada papa seperti dulu saat kita berempat sering keluar hangout, sampai ketika beliau mengutarakan perjanjiannya dengan kakek Agenta" Ujar Deon menceritakan alur pertemuannya dengan kakek muda setelah cukup lama terpisahkan.
"Perjanjian apa itu?" Tanya Gisella penasaran.
"Perjanjian tentang perjodohan. Dulu, kakek Agenta dan kakek muda berjanji untuk menjodohkan cucu mereka" Ucap Deon.
"Respon papa seperti apa?" Tanya Gisella sekali lagi.
"Papa hanya bisa menjawab kalau memang perjodohan mereka baik, kenapa tidak?. Toh tidak ada salahnya juga" Ujar Deon.
Caramel hanya menjadi pendengar setia, sedangkan Deon dan Gisella seperti terlibat masalah yang serius.
"Iya, tidak ada salahnya juga. Siapa sih yang bakal dijodohin?" Tanya Gisella.
"Kami sepakat bakal mencoba mengenalkan cucunya dengan seseorang. Jadi, Amel siapkah kamu untuk dijodohkan dengan cucu kakek muda?" Tanya Deon.
Byyurrrr...
Caramel yang sedang minum air putih, menyemburkan minuman yang sudah masuk ke mulutnya dan menoleh ke Deon dengan ekspresi mata melotot karena dikejutkan dengan ucapan yang terkesan terlalu tiba-tiba.
Bagi Caramel, perjodohan bukanlah stylenya. Sama sekali tidak, jadi ketika diberi pertanyaan seperti ini , tentu saja Caramel tekejut bukan main. Caramel adalah orang tersans sejagat raya, sekarang malah di jodohkan?. Apa kata dunia!?. Tidak hanya Caramel saja yang terkejut, tetapi Gisella juga. Dia bahkan sampai berteriak saking tidak percayanya.
"Mereka akan kemari besok" Ujar Deon cukup khawatir, was-was dengan reaksi selanjutnya yang bakal lebih heboh lagi
"Apaa!..." Teriak Caramel dan Gisella.
Apa kata mereka besok jika melihat penampilan Caramel yang seperti orang gila dan sama sekali tidak mencerminkan keluarga Agenta. Apa pihak kakek muda bakal mencari pasangan yang gila juga untuk menyetarakan mereka berdua. Entahlah, kita lihat saja besok.
Ingat, besok hari minggu. Waktunya Caramel mandi check!.