Di liriknya arloji yang melingkar di tangan kirinya Revano menujukan pukul satu malam. Revano yang sedari tadi menjadi sandaran wanita cantik di sampingnya pun tak tega untuk membangunkanya. Revano melihat wajah Melanie. Bagaimana pun suka tak suka Revano harus bisa membuka dan menerima kehadiran wanita yang baru ia nikahi dan menerima Melanie dalam hidupnya untuk setahun kedepan. Tangan kekarnya mengusap punggung Melanie dengan lembut, membangungkan perlahan. “Mel…kita sudah sampai.” Melanie yang bersandar di d**a Revano pun hanya menggerakan tubuhnya tampa bersuara dan kedua matanya yang masih enggan membuka. Revano tahu Melanie kecapean karena mengurus semua pernikahanya sendiri tampa melibatkan dirinya. Akhirnya Revano menggendong tubuh kecil itu. “Pak tolong bawakan barang-barang k

