1- PERI KECIL YANG MALANG

3122 Kata
PESAN UNTUK WHITEMOON Whitemoon berdiri di tengah-tengah putihnya ruangan yang luas dan berkabut tipis. Sejauh mata memandang tidak ada satupun benda kecuali tongkat peri yang dirinya pegang. Whitemoon menyerngitkan dahi, tidak mengetahui dirinya sekarang berada di mana. Matanya menyipit kala sebuah cahaya keemasan muncul secara tiba-tiba di depannya, membuatnya harus menutupi mata menggunakan tangan karena cahaya keemasan itu sangat menyilaukan. Perlahan cahaya itu memudar dan memperlihatkan dua sosok berjubah putih keemasan. Sayap mereka begitu indah dan mengagumkan membuat Whitemoon yang baru saja menyingkirkan tangan merasa takjub. "Woah ... sayap mereka sangat indah." Dua sosok peri itu mendekati Whitemoon. Whitemoon tidak merasa takut, melainkan takjub dengan sosok peri yang begitu berbeda dari peri-peri yang Whitemoon dengar dari neneknya. Selain sayap yang indah, wajah dan tongkat yang mereka bawa begitu mencolok. Ukiran pada tongkat dua peri itu menyerupai telinga kelinci, mata kucing, bertubuh naga, dan memiliki sayap bangau. Whitemoon baru pertama kali melihatnya, biasanya ukiran tongkat peri yang pernah neneknya ceritakan hanya menyerupai bintang, trisula, bunga, ular, bulan, sayap, dan hewan. Ukiran tongkat Whitemoon sendiri menyerupai sayap capung dengan bulan di tengah-tengahnya, berwarna putih dan sedikit keunguan pada ujungnya. Untuk ukuran akan menyesuaikan tubuh pemiliknya. Tongkat peri digunakan untuk menyerang musuh, dengan kekuatan pada tubuh peri yang menyerap dari Moonlight atau sinar bulan, kemudian mentransfer kekuatan tersebut pada tongkat peri. Sehingga tongkat peri memunculkan sebuah kekuatan untuk menyerang musuh. Bukan hanya untuk itu tetapi juga untuk melindungi diri dari peri jahat. Para peri memang dapat menyerang tanpa bantuan tongkatnya, tetapi itu hanya berlaku pada peri yang sudah berada di tingkat terakhir pada tahap atas. "Whitemoon ...." Suara indah seseorang menyadarkan Whitemoon yang sedang melamun. Satu peri berjubah adalah Peri Perempuan dengan rambut panjang berwarna biru keemasan, sayapnya seperti burung, matanya biru penuh dengan kasih sayang, jika saja peri ini adalah ibu Whitemoon. Sedangkan peri satunya adalah Peri Laki-laki dengan wajah datar namun tetap mempesona, tatapan matanya tajam tetapi menenangkan. Whitemoon jadi teringat dengan perkataan neneknya mengenai orang tuanya. "K-kalian siapa?" tanya Whitemoon yang terlihat gugup saat dipandang oleh dua peri di depannya sekarang. Dan dari mana peri itu mengetahui namanya? Peri perempuan itu tersenyum. "Kau jangan takut. Duduklah." Sebuah meja muncul dari ruang hampa setelah peri perempuan belibaskan tangannya, membuat Whitemoon tersentak. Dua sosok peri itu duduk dengan tenang, Whitemoon mengikuti peri perempuan. Mereka saling diam, sudah tiga menit hanya saling pandang. Whitemoon merasa aneh dengan dua peri di depannya. 'Mereka seperti tidak asing. Tapi di mana aku melihat mereka?' Whitemoon membatin mencoba mengingat kembali di mana dirinya pernah bertemu dengan dua peri di depannya, tetapi tidak jua mengingatnya. Whitemoon menghembuskan nafas berat. "Kau sudah besar Itemoon." Peri Perempuan kembali mengeluarkan suara. "Siapa kau? Bagaimana bisa mengetahui namaku?" Whitemoon jadi takut sekarang, peri yang tidak dikenalnya mengetahui namanya. Padahal selama ini dirinya jarang keluar rumah karena neneknya melarang. Peri Perempuan tersenyum sebelum mengeluarkan kalimatnya. "Berapa umurmu sekarang, Ite?" Whitemoon tersentak, bukannya menjawab pertanyaannya malah peri itu balik bertanya. "Kau belum menjawab pertanyaanku dan kau malah bertanya hal lain padaku." Whitemoon memanyunkan bibir, membuat Peri Laki-laki yang sedari tadi hanya diam sedikit mengangkat bibirnya, seolah ada suatu hal yang membuatnya mengingat sosok peri. Peri Perempuan tersenyum, lalu mengucapkan kata 'maaf' yang membuat Whitemoon tersentak, sebab dari cerita neneknya kebanyakan peri tidak mau mengatakan kata 'maaf' dan 'terima kasih' karena mereka begitu angkuh dengan kekuatannya sendiri. Ck. Namun peri cantik di depannya dengan mudah mengeluarkan kata 'maaf', membuatnya harus bersikap sopan sebab Peri seperti itu harus Whitemoon jadikan teladan. Whitemoon menggeleng. Peri Perempuan tidak salah, dan tidak perlu meminta maaf. Namun, Peri Perempuan malah tersenyum. Whitemoon mengangguk. Peri Perempuan kembali bertanya mengenai umur Whitemoon. "Umurku sembilan tahun." Peri Perempuan kemudian mengatakan bahwa Whitemoon sudah cukup umur untuk melakukan sesuatu yang sejak dulu dinantikan oleh dua peri ini. Dan hanya bisa dilakukan oleh Whitemoon seorang diri. "Aku tidak mau!" Whitemoon menolak untuk melakukan hal yang diminta dua peri di depannya. Dirinya memang menginginkan Dunia Peri Bulan yang damai tidak seperti sekarang yang hanya berisikan para peri yang memperebutkan kekuasaan. Melenyapkan satu sama lain. Dua peri di depan Whitemoon menghela napas panjang. Memang susah membujuk anak kecil. Apalagi Whitemoon sama sekali tidak mengenal mereka. Ada alasan yang membuat dua Peri itu yakin kalau Whitemoon bisa melakukannya. Sebelum Peri Hitam menumbuhkan kekuatan yang lebih besar, bukan mustahil untuk mendapatkan 'benda-benda pusaka bulan' dengan cepat. "Aku tidak pernah menginginkan menjadi Kaisar. Aku memang menginginkan kedamaian, tapi itu akan dilakukan oleh peri yang lebih kuat dariku. Bagiku, cukup hidup dengan bersembunyi dari peri jahat dan hidup bersama nenek." Whitemoon menunduk lesu sambil memegang erat tongkat perinya. Namun, jauh dari lubuk hatinya untuk mendamaikan Dunia Peri Bulan dengan tangannya sendiri, agar tidak lagi banyak peri yang kehilangan orang-orang terdekatnya. Untuk melakukan itu membutuhkan kekuatan yang besar untuk melakukan musuh, sayangnya Whitemoon tidak memiliki kekuatan besar itu. Peri Perempuan mengatakan jika Whitemoon bisa melakukannya maka tidak perlu mencari peri lain. Dirinya juga mengatakan untuk menjadi Kaisar bukan hanya mencari benda-benda pusaka yang sekarang entah berada di mana. Whitemoon mendongak menatap bingung Peri Perempuan. "Kau tahu apa? Sesuatu yang dibutuhkan para peri yang sebenarnya-- " Peri Perempuan mencoba menjelaskan tetapi kalimatnya terpotong oleh Whitemoon yang menolak karena alasan sayap. "Tapi sayapku rusak." Whitemoon tidak seperti peri lain yang memiliki sayap indah. Sayap Whitemoon usak sejak lahir, entah apa penyebabnya. Setiap kali dirinya menanyakan pada nenek, selalu tidak dijawab. Membuatnya menginginkan sayap yang lebih baik daripada sayap rusak yang terus berada di punggungnya. "Itemoon, kau bisa terbang menggunakan kekuatan tongkatmu tanpa perlu menggunakan sayap." Peri Perempuan terus membujuk Whitemoon agar mau melakukan misi yang memang harus Whitemoon yang melakukannya. "Aku memang bisa terbang tanpa sayap, tetapi akan lebih cepat menguras kekuatanku. Dan lagi kenapa harus aku yang melakukan misi ini? Aku masih kecil! Mengapa tidak kalian saja yang sudah besar?" Pertanyaan Whitemoon membuat Peri Perempuan terdiam. Dirinya melirik peri di sampingnya yang sedari tadi hanya diam. Peri Laki-laki menghela nafas panjang sebelum mengeluarkan suara. "Jika kami bisa melakukannya, sudah dari dahulu." Whitemoon menaikan sebelah alis. Jika kedua peri di depannya saja tidak bisa melakukannya, lalu bagaimana dengan dirinya yang masih berumur sembilan tahun? Ini sangat mustahil dilakukannya! Peri Perempuan, "Itemoon, kau memang masih muda, tetapi kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki peri lain." Whitemoon, "tapi untuk menjadi Kaisar harus memiliki tiga benda pusaka. Dan untuk mencari benda pusaka itu aku harus melawan musuh yang lebih kuat dariku. Bisa saja sebelum aku melawan mereka aku mati duluan. Apa kalian berniat mengantarkan nyawaku saja? Huh ...." Whitemoon melipat kedua tangannya di depan d**a sambil meniup-niupkan poninya. Tidak habis pikir dengan peri di depannya. "Kau tidak akan lenyap dengan mudah. Dengar, sudah aku katakan untuk menjadi kaisar peri bulan bukan hanya membutuhkan benda-benda pusaka. Namun, sesuatu yang para peri lebih membutuhkan bukan hanya kekuatan." * * * * * NENEK WHITEMOON Whitemoon menggaruk pipinya sebab tidak paham apa yang dimaksud Peri Perempuan. "Aku tidak mengerti ...." Peri Perempuan tersenyum hangat, menyentuh lembut rambut Whitemoon, ada sesuatu yang hangat di d**a Ite, entah mengapa sentuhan hangat dari Peri Perempuan membuatnya merasa aman dan nyaman. "Suatu saat kau akan mengerti." Setelah mengatakan itu, dua peri di depan Whitemoon perlahan memudar dan saat itu juga Whitemoon merasakan tubuhnya yang diguncang-guncangkan pelan. Whitemoon perlahan membuka mata, ternyata neneknya yang membangunkannya dari tidur. Wajahnya terlihat cemas namun nenek cantik itu berusaha menutupinya dengan senyuman. "Ite, bangunlah." Nenek Whitemoon bernama Maizemoon, peri pembuat segel. Dirinya selalu menjaga cucu satu-satunya dari serangan-serangan peri lain. Selama ini dia memang dapat melindungi Whitemoon, tapi entah untuk hari ini. Segel pelindungnya yang terus menerus dirusak oleh musuh, perlahan segel pelindung itu mulai retak. Maizemoon memang bisa membuat segel pelindung itu lagi, tapi membutuhkan kekuatan yang besar. Dan untuk saat ini kondisinya sangat tidak memungkinkan. Whitemoon meminum air yang diberikan neneknya. Belum sempat memikirkan mengenai pesan dari dua peri dalam mimpinya, dirinya dikejutkan oleh perkataan Maizemoon. "Kau harus segera pergi dari sini. Dan bawa ini." Maizemoon menyerahkan sesuatu yang dibungkus kain ajaib. Whitemoon menaikkan sebelah alisnya. "Tapi nenek, aku tidak mau. Di luar sana katamu sangat berbahaya, kenapa sekarang kau malah menyuruhku untuk pergi?" Maizemoon tidak memiliki waktu untuk menjelaskan sekarang. Yang dipikirkan hanya keselamatan cucunya saat ini. "Dengar Ite, untuk sekarang kau pergilah dari sini dan jangan pernah kembali." Maizemoon mencoba membujuk cucunya. "Apa maksudmu, nenek?" Whiteemoon jelas merasa bingung dengan neneknya sebab tiba-tiba saja menyuruhnya untuk pergi dari rumah dan jangan pernah kembali. Sebenarnya apa yang terjadi? Sedangkan Maizemoon merasa gemas pada cucunya yang keras kepala seperti ayahnya. Dia terus membujuk Whitemoon agar segera pergi dari rumah untuk mencari tempat yang lebih aman, walaupun sebenarnya di dunia peri bulan sekarang tidak ada tempat yang benar-benar aman. Namun, Whitemoon terus menolak perintah Maizemoon, dirinya jadi merasa cemas sekarang karena neneknya terus mendesaknya agar segera pergi dari rumah persembunyiannya. "Nenek, sebenarnya ada apa? Kenapa kau terus mendesakku untuk meninggalkan rumah? Aku tetap tidak mau ....!" Whitemoon yang keras kepala membuat Maizemoon harus super sabar menghadapi peri kecil. "Sebenarnya, di luar ada--" BAAM!! Belum sempat Maizemoon menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara yang begitu keras mengagetkan kedua peri itu. Wajah Maizemoon menjadi pucat seketika, keringat dingin bercucuran di dahinya. Whitemoon juga merasa kaget bukan main karena suara keras itu. Dirinya menatap neneknya yang berubah cemas. "Nenek, sebenarnya ada apa?" tanya Whitemoon kembali sambil memegang tangan sang nenek. Blaaar!! Suara keras kembali terdengar. Rumah kecil tempat persembunyian mereka hangus sebagian, membuat Whitemoon tersentak melihatnya sebab baru kali ini dirinya melihat serangan dahsyat dari peri. Whitemoon hanya pernah mendengar cerita neneknya tentang para peri yang berkekuatan besar. Mendengarnya saja sudah membuatnya bergidik ngeri, apalagi sekarang dirinya melihat langsung bagaimana serangan besar menghanguskan sebagian rumahnya. Whitemoon kembali mengulang pertanyaannya. Matanya perlahan mengeluarkan air mata. Maizemoon menggenggam erat tangan kecil cucunya. Menatapnya lembut, seakan-akan ini hari terakhirnya melihatnya cucu kesayangan. Walaupun dalam keadaan tidak baik, nenek cantik itu tetap mengulum senyum. "Whitemoon, kali ini ikuti perintah nenekmu. Demi keselamatanmu, sebelum terlambat pergilah. Cari sesuatu yang memang kau harus mencarinya. Bukan hanya untuk dirimu tapi Dunia Peri Bulan juga." Maizemoon menyentuh dahi Whitemoon dengan kuku-kuku tangannya membentuk sebuah segel kecil. Cahaya keemasan bersinar dari dahi Whitemoon lalu perlahan cahaya itu menghilang. Whitemoon merasakan sesuatu di dahinya, ada rasa sedikit perih tapi dia sama sekali tidak mengeluarkan suara karena terlalu cemas dengan keadaan. Rumahnya yang kecil, jauh dari tempat peri-peri lain. Rumah yang selalu diisi dengan senyuman hangat neneknya, sembilan tahun tinggal di rumah kecil ini membuatnya lupa dengan keadaan dunia peri bulan dalam kondisi membahayakan. Whitemoon menatap mata biru milik sang nenek, teduh, menenangkan dan membuatnya merasa aman dan nyaman jika bersamanya. Maizemoon adalah keturunan peri angin dan pembuat segel. Salah satu peri yang sulit ditemukan di dunia peri bulan, karena kekuatannya banyak peri yang merasa iri, mereka berlomba-lomba untuk membunuh Maizemoon. Setiap kali Maizemoon pergi keluar rumah, selalu ada peri yang menyambutnya dengan serangan kejutan. Karena usia Maizemoon yang sudah tua dan banyak peri dengan kekuatan besar, perlahan dirinya mendapatkan serangan yang mematikan. Sudah banyak luka pada tubuh di bagian dalamnya, namun karena ramuannya dirinya sekarang masih bertahan hidup. Segel pelindung buatannya kini benar-benar hancur. Ada peri kuat yang mengetahui bahwa cucu Maizemoon adalah putri dari peri yang memiliki hati emas, dirinya berambisi untuk membunuh keturunan mereka. Entah apa yang direncanakan peri jahat itu. Perasaan Maizemoon mendadak tidak enak. Untungnya dia telah membuat segel didahi Whitemoon agar peri-peri jahat tidak dapat melihat cucunya untuk beberapa hari. Peri yang tak dikenal Whitemoon mendarat di belakang neneknya. Peri itu berjubah hitam dengan sedikit warna merah pada bagian ujungnya, sayapnya mirip seperti angsa, wajahnya putih bersih tetapi warna matanya merah menyala. Whitemoon kesusahan menelan ludah, tanpa mengeluarkan suara air matanya terus keluar. Maizemoon merasakan ada peri di belakangnya, perlahan dirinya menoleh ke belakang. Dia juga ikut kesulitan menelan ludah. Peri Berjubah Hitam adalah peri laki-laki, rambutnya pendek berwarna merah, tongkatnya seperti trisula namun ada ukiran rubah di tengah-tengahnya. Maizemoon kembali menyuruh Whitemoon untuk segera pergi, tetapi cucunya itu tidak mendengarkan masih menatap Peri Berjubah Hitam. "Sudah lama aku mencarimu dan keturunanmu, tapi baru saat ini aku bisa menemukanmu, Mai." Peri Berjubah Hitam tersenyum manis, dahulu Maizemoon sangat menyukai senyuman itu tetapi setelah kejadian tidak terduga dahulu membuatnya menghilang bersama anaknya dengan menggunakan segel pelindung buatannya. Bersembunyi dari peri jahat. "Jangan sebut nama itu! Mulut kotormu tidak pantas menyebut namaku!" Maizemoon memegang erat tongkat perinya, berdiri di depan Peri Berjubah Hitam. Peri Berjubah Hitam, "kau sudah berubah. Sekian lama tak bertemu apa kau tidak merindukanku? Hm." Tanpa menjawabnya, Maizemoon melesat menyerang Peri Berjubah Hitam dengan kekuatan anginnya, membuat lawan terkena serangan di bagian lengan. "Kau terlalu terburu-buru, Mai." Kecepatan Maizemoon dalam menyerang menggunakan tongkatnya seperti angin, tidak terlihat, tetapi kekuatan anginnya tidak bisa dirasakan oleh lawan dan serangannya mematikan. Mereka berdua bertukar serangan membuat tanah putih berubah warna menjadi hitam. Whitemoon hanya bisa menangis melihat pertarungan sengit itu. Entah ada masalah apa neneknya dan Peri Berjubah Hitam. "Kau terlihat sangat cemas, Mai." Peri Berjubah Hitam menggunakan tongkatnya sebagai pelindung dari serangan Maizemoon. Dirinya sedari tadi memerhatikan raut wajah Maizemoon. Walaupun kedua peri itu saling bertukar serangan, namun belum ada yang sampai membuat mereka mundur dari pertarungan sengit itu. "Tsk, untuk apa aku cemas?" tanya Maizemoon. Jauh dari lubuk hatinya sangat mencemaskan cucunya yang sedang menangis, hanya dirinyalah yang bisa melihat Whitemoon karena dahi peri kecil itu telah dibuat segel agar peri jahat tidak dapat melihatnya. "Kudengar kau memiliki cucu. Apa kau tidak mencemaskan cucu mu?" Peri Berjubah Hitam menggunakan tongkatnya untuk menyerang balik lawan, membuat Maizemoon sedikit kewalahan, dirinya berpikir untuk segera melenyapkan Peri Berjubah Hitam karena khawatir dengan cucunya. "Aku tidak memiliki cucu ....!" Setelah mengatakan itu, dirinya terbang setinggi mungkin lalu merentangkan tangannya. Seperti tengah menyerap moonlight, perlahan tongkatnya memunculkan cahaya biru terang dan membentuk sebuah angin yang sangat kencang. Whitemoon yang berada di bawah tersentak melihat angin biru buatan neneknya, bisa saja dengan serangan besar itu akan menghanguskan wilayah kecilnya. Whitemoon memang sedari tadi tidak berpindah tempat, walaupun ada serangan nyasar dari dua peri di atasnya, Whitemoon seperti dikelilingi perlindungan setiap serangan nyasar itu akan memantul. Wajah Peri Berjubah Hitam masih tenang melihat angin biru milik lawan seakan sudah mempersiapkan diri, membuat Maizemoon yang melihatnya mengepalkan tangan kuat. "Dengar, peri seperti mu tidak pantas hidup di dunia ini, tempat mu hanya di neraka ....!" Angin biru milik Maizemoon membesar membuat pepohonan yang di sekitar berterbangan tak tentu arah. "Angin kilat, serangan ke tujuh!!" Angin biru itu melesat ke arah Peri Berjubah Hitam. Bersamaan dengan itu serangan lain datang menyerang Maizemoon sendiri. BAAM! Serangan kejutan yang mengarah pada Maizemoon membuatnya terpental sejauh limabelas meter membentuk sebuah lubang besar. Maizemoon memuntahkan darah segar, tubuhnya yang baru saja mengeluarkan banyak kekuatan melemah membuatnya semakin tak berdaya karena serangan yang besar itu. Whitemoon berteriak histeris melihat neneknya dihantam serangan dahsyat, dengan cepat dirinya berlari menghampiri kepulan asap yang mengelilingi Maizemoon. Peri Berjubah Hitam juga mendapatkan serangan yang mematikan, untungnya dia dapat menyerang balik lawan. Tetapi karena tubuhnya yang telah diberikan kekuatan besar oleh peri, sekarang dirinya masih hidup, mendapatkan serangan dari Maizemoon bukan apa-apa untuknya. Maizemoon yang tengah memuntahkan darah masih bisa mendengar teriakan cucunya. "Nenek ....!" Whitemoon terus memanggil neneknya yang terbaring lemas tak berdaya. Air matanya terus keluar membasahi pipi, rasa khawatirnya semakin menjadi saat neneknya sama sekali tidak menjawab. "Nenek, bangunlah. Jangan tinggalkan aku sendiri, nenek." Keadaan benar-benar di luar dugaan Maizemoon. Dirinya perlahan mengangkat tangannya lalu mengelus lembut pipi Itemoon. Memaksakan senyum agar cucunya merasa lebih baik. "Kau jangan menangis ...." Itemoon menggelang, mulutnya terus berkata agar neneknya tidak meninggalkannya sendiri. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Nenek akan selalu di hatimu. Kau berhentilah menangis." Dengan susah payah Whitemoon menghentikan tangisnya. Whitemoon, "aku tidak mau sendirian, nenek." "Kau tidak sendiri, Ite." Maizemoon kembali memuntahkan darah membuat Ite kembali khawatir dengan kondisi neneknya. Maizemoon mengatakan baik-baik saja, Whitemoon berusaha mengobati neneknya menggunakan tongkat kecilnya. "Ite, pergilah dari tempat ini. Cari sesuatu yang harus kau cari." Whitemoon masih bersikukuh tidak akan meninggalkan tempat kelahirannya. Namun, neneknya mengatakan tempat ini sudah tidak layak dihuni. Wilayah kecilnya telah penuh dengan abu, bukan hanya itu, rumah, tanaman bunga yang dirawatnya pun ikut hangus. Whitemoon menghembuskan napas panjang, dirinya melihat sekeliling, semuanya benar-benar hangus! Peri Berjubah Hitam mendarat di depan Maizemoon. Dirinya tersenyum melihat lawan sudah tidak berdaya. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Peri Berjubah Hitam sambil memperhatikan wajah khawatir, membuat Maizemoon ingin melenyapkannya jika saja dirinya tidak dalam kondisi seperti ini. * * * * * MENCARI BENDA-BENDA PUSAKA "Apa kau baik-baik saja?" tanya Peri Berjubah Hitam sambil memperlihatkan wajah khawatir, membuat Maizemoon ingin sekali melenyapkannya jika saja dirinya tidak dalam keadaan seperti ini. Cucu Maizemoon sendiri tersentak mendengarnya, setelah Peri Berjubah Hitam menyerang Maizemoon dengan serangan mematikan, sekarang malah bertanya bagaimana keadaannya?! Whitemoon mengepalkan erat tangannya, peri itu telah membuat neneknya dalam kondisi seperti ini, dia menghanguskan rumah kecil satu-satunya, tanaman bunga yang dirawat bersama nenek, sekarang hanyalah abu. Tanpa Whitemoon sadari, warna mata biru miliknya berubah menjadi warna emas dengan bentuk seperti naga. Sayapnya yang rusak juga ikut mengeluarkan cahaya keemasan dengan sedikit warna biru dan ungu dibagian ujungnya. Maizemoon yang semakin melemah masih bisa melihat perubahan pada cucunya. Ada rasa khawatir saat Whitemoon mengarahkan pandang pada Peri Berjubah Hitam. Walaupun Peri Berjubah Hitam tidak bisa melihat Whitemoon, tetapi dirinya dapat merasakan kekuatan besar di dekatnya. Dirinya berpikir bahwa yang mengeluarkan hawa kekuatan ini adalah Maizemoon. Perasaannya mendadak tidak enak, dirinya berpikir akan melenyapkan Maizemoon dengan cepat agar misinya selesai. Namun, sebelum itu dia bertanya mengenai cucu Maizemoon, namun Mai-Mai tidak menjawab. Sampai akhir napasnya, dirinya tidak akan pernah mengatakan apapun mengenai cucunya. "Mai-Mai sayangku, jika saja dahulu kau tidak meninggalkanku, mungkin saja kita akan bahagia bersama anak dan cucu kita." Peri Berjubah Hitam menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi sayang sekali, kau malah pergi meninggalkanku." Mendengar itu membuat Maizemoon ingin segera meninggalkan Dunia Peri Bulan secepatnya. Mengenai cucunya, dirinya yakin kalau Whitemoon bisa hidup tanpanya, karena akan ada peri lain yang melindunginya. "Kau, menjijikkan." Peri Berjubah Hitam tersentak mendengarnya, dirinya meminta maaf karena sekarang dia lah yang akan meninggalkan Maizemoon. Cucu Maizemoon bingung mendengarkan semua perkataan Peri Berjubah Hitam dan neneknya, sebab mereka seperti memiliki sebuah hubungan. Saat sedang memikirkan hubungan dua peri itu, Whitemoon dikejutkan oleh asap hitam yang mengelilingi neneknya. Dirinya khawatir pada Maizemoon, apa yang akan dilakukan Peri Berjubah Hitam itu?! Ledakan besar di depannya membuat Whitemoon berteriak karena kaget, ledakan itu menghancurkan Maizemoon, yang sekarang hanyalah abu berwarna emas yang berhamburan. "Nenek ....!" Whitemoon menangis tidak melihat neneknya lagi. Matanya mengarah pada peri yang telah melenyapkan Maizemoon. Dirinya menatap tajam Peri Berjubah Hitam yang tengah tersenyum puas. Beberapa tahun Maizemoon diburu olehnya, namun baru saat ini Peri Berjubah Hitam dapat melenyapkannya. Rasa senangnya berubah kala perasaannya mendadak tidak enak. Peri Berjubah Hitam, "aku telah melenyapkan Mai-Mai, tapi mengapa sesuatu yang aneh ini tidak ikut menghilang?" Whitemoon, "kau telah melenyapkan nenekku. Aku tidak akan mengampuni mu!" Peri Berjubah Hitam tersentak mendengar suara menggemaskan di dekatnya. Tapi di mana? Dirinya tidak melihat peri lain di sini. Peri Berjubah Hitam menggelengkan kepala, mungkin dia salah dengar. Whitemoon mengusap air matanya, dadanya masih terasa sesak. Whitemoon mengangkat tongkat kecilnya, perlahan asap tipis mengelilingi tubuhnya dan saat itu juga sebuah bola besar berwarna ungu muncul. Sebelumnya Whitemoon belum bisa menyerap moonlight, entah bagaimana kali ini dirinya bisa melakukannya, dan saat tongkat kecil miliknya mengeluarkan bola ungu, Whitemoon seperti tengah dikuasai oleh kekuatan moonlight. Seperti tidak menyadari bahwa dirinya telah mengeluarkan kekuatan aslinya. Bola ungu itu mulai membesar, Peri Berjubah Hitam yang terkejut melihatnya tidak sempat menghindar karena serangan bola besar terlalu cepat melesat ke arahnya. Peri Berjubah Hitam terpental sejauh limabelas meter, serangan itu tepat di bagian jantungnya. Dirinya memuntahkan darah segar, meruntuki siapapun yang telah menyerangnya. Serangan dari Whitemoon membuat bagian d**a Peri Berjubah Hitam menghitam. Dirinya terus memuntahkan darah, terasa sangat sakit. "Siapa kau?! Berani menyerang tanpa memperlihatkan wujudmu. Dasar pengecut!" Peri Berjubah Hitam mencoba menyembuhkan lukanya, namun aneh dirinya tidak bisa menyembuhkan luka itu. Ck! s**l. Ada kemungkinan yang menyerang adalah peri pada tahap atas tingkat terakhir. Namun, peri pada tahap ini sangat sulit ditemukan. Sangat mustahil peri pada tahap atas tingkat terakhir berkeliaran di wilayah kecil seperti ini. Peri Berjubah Hitam menggelengkan kepala, dirinya berpikir peri pada tahap ini hanya Tuannya saja, ternyata peri lain juga masih ada di tempat seperti ini. Peri Berjubah Hitam merasakan sesuatu yang berbahaya akan menyerangnya lagi, dengan sisa kekuatan dirinya menghilang menunggu suatu tempat. Dirinya bisa saja kembali menyerang peri yang telah membuatnya terluka. Namun, keadaannya tidak memungkinkan, luka di bagian dadanya masih terasa menyakitkan, seperti tengah menggerogoti jantung. Peri Berjubah Hitam masih ditahap menengah tingkat pertama, tidak mungkin bisa mengalahkan peri yang baru saja menyerangnya. Tidak terlihat juga tidak bisa dirasakan hawa keberadaannya. Peri yang baru mengeluarkan kekuatan besar itu terjatuh ke tanah, merasakan sesuatu pada tubuhnya. Matanya memburam sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. *** Dunia Peri Bulan terbagi menjadi empat wilayah. Bagian selatan adalah wilayah peri bersayap mirip capung, berwarna kuning. Namun, ada juga peri-peri dari wilayah lain menetap di sini. Wilayah bagian selatan merupakan tempat di mana para peri lebih suka menghabiskan waktunya di Perpustakaan Yellibra. Perpustakaan terbesar di Dunia Peri Bulan. Di sana mereka banyak mempelajari kitab-kitab peninggalan leluhur. Tidak heran jika banyak peri dari wilayah lain yang menetap atau hanya berkunjung. Bukan tidak mungkin p*********n serta pencurian di Perpustakaan Yellibra tidak ada. Hampir setiap hari kitab-kitab peninggalan leluhur diincar oleh peri yang serakah akan kekuatan. Namun, satu hal yang sampai sekarang membuat kitab-kitab itu masih utuh, tidak ada yang rusak atau hilang satupun. Walaupun pencurian kitab oleh peri tahap atas tingkat terakhir, tidak ada yang berhasil hidup setelah mengambil kitab peninggalan leluhur, karena kitab-kitab itu seperti memiliki penjaga sendiri. Siapapun yang berniat mencurinya, maka buku itu akan meledakkan peri itu sendiri. Sudah banyak peri yang tewas, namun sampai sekarang masih ada peri yang berniat mencuri kitab tersebut. Wilayah kedua adalah bagian utara, tempat peri bersayap kupu-kupu dengan warna yang berbeda. Tempat di mana para peri membuat eksperimen-eksperimen yang luar biasa. Sudah banyak benda-benda hebat yang diciptakan serta obat-obatan yang langka di wilayah lain. Wilayah utara memang rawan pencurian, tetapi dengan menggunakan benda-benda hebat yang mereka ciptakan serta obat-obatan yang menyembuhkan luka, mereka dapat melindunginya dari musuh. Bagian barat merupakan wilayah ketiga, para peri dari wilayah ini kebanyakan adalah peri hitam, mereka menggunakan kekuatan atau jurus-jurus terlarang untuk memperkuat diri sendiri. Wajah mereka memang mempesona tapi hati mereka sehitam giok. Peri hitam seringkali membuat kerusuhan di tiga wilayah, makanya mereka sangat dimusuhi peri lain. Karena peri hitam jugalah keadaan Dunia Peri Bulan tidak baik. Sayap peri dari wilayah barat mirip seperti angsa. Wilayah yang terakhir berada dibagian timur. Peri-peri ini mempunyai sayap burung perkasa yang indah. Kebanyakan peri dari wilayah barat adalah golongan yang menyukai ketenangan. Ya, ketenangan yang menyembunyikan kebenaran. Setiap angin adalah kehidupan. Setiap air yang mengalir merupakan sumber ketenangan, tanaman-tanaman yang unik dengan warna berbeda-beda adalah kenyamanan untuk mereka. Wilayah timur pinggiranlah Whitemoon tinggal bersama neneknya. Harusnya tempat itu sulit ditemukan sebab jarang para peri menetap atau sekadar singgah. Karena tempatnya yang jauh dari kata nyaman, tempat pinggiran timur juga tempat yang kecil. Jauh dari keindahan. Tetapi, karena Peri Berjubah Hitam menggunakan jurus terlarang yang diberikan Tuannya, dirinya akhirnya bisa menemukan Maizemoon. Namun, untuk mempelajari jurus terlarang tersebut harus menunggu beberapa tahun, agar berhasil dengan baik. Whitemoon membuka matanya perlahan, hal pertama yang dilihatnya adalah awan hitam yang mengepul di udara. Saat sadar, dirinya langsung duduk bersila memijat keningnya yang terasa sakit. Matanya melihat sekeliling, tidak ada apapun, rumah, tanaman bunga, pepohonan, semuanya benar-benar hangus tak tersisa. Peri kecil itu mulai mengingat kejadian yang menimpanya. Perlahan matanya mengeluarkan air mata, hatinya terasa sesak, menelungkupkan wajahnya pada kaki. Sekarang dirinya hanya sendiri. Neneknya telah pergi, rumahnya hangus, Whitemoon tidak memiliki tempat bersembunyi dari peri hitam lagi. Dirinya benar-benar sendiri. Rasanya ingin bunuh diri, pergi ke tempat ayah, ibu dan neneknya. Entah takdir apa yang akan dijalani. Entah apa yang akan terjadi padanya jika banyak peri hitam menunggunya di luar sana. "Nenek. Apa yang harus Ite lakukan sekarang?" Whitemoon terus terisak, tubuhnya gemetar takut dengan Dunia Peri Bulan yang membahayakan. Mungkin jika peri kecil itu membangun kembali rumahnya, tetap berada di tempat ini tidak akan bertemu dengan peri hitam yang kejam. Tetapi bukan tidak mungkin Peri Berjubah Hitam yang telah melenyapkan neneknya akan kembali ke tempat ini. Lalu dirinya harus pergi ke mana? Whitemoon tidak tahu tempat-tempat di Dunia Peri Bulan, tidak pernah melihat hanya mendengar tempat-tempat tertentu yang diceritakan neneknya. Whitemoon menghentikan tangisnya kala mengingat perkataan Maizemoon. Perlahan dirinya berdiri memegang tongkat kecilnya, menatap sekeliling dengan sedih. "Apa yang harus aku cari, nenek?" Peri kecil itu mendongakkan kepala, bayang-bayang dua peri di mimpinya terlintas. Mungkinkah yang dimaksud neneknya sama dengan dua peri di mimpinya? "Benda-benda pusaka?" Whitemoon memikirkan benda-benda pusaka yang mungkin akan dicarinya, tetapi di mana dirinya akan mendapatkannya? Whitemoon menghembuskan napas panjang sebelum menyakinkan hatinya untuk mencari benda penguasa bulan. Entahlah, rasanya sangat berat. Peri kecil yang mungkin akan menjelajahi Dunia Peri Bulan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN