HS 4 | Ungkapan Kedua

806 Kata
"Aku tidak akan menyerah selagi kamu masih sendiri." [Tsani Moreno Aprilian] ? •Ungkapan kedua• Setelah pulang dengan suasana hati tidak enak, Rikka juga tidur dengan rasa kesalnya. Rasa kesal yang meluap-luap karena dia gagal makan bahkan gagal belanja. Hingga pagi tiba, rasa kesalnya masih belum mereda. Mungkin terkikis sedikit? Hari ini, Rikka datang ke sekolah dengan wajah dingin. Tidak seperti biasanya yang datang dengan senyum meski tipis. "Rikka!" panggil Vania yang berdiri agak jauh didepan Rikka. Gadis itu hanya mengangkat sebelah tangannya. Tanpa menjawab, tanpa tersenyum. Bahkan, setelah berhadapan dengan Vania pun gadis itu masih berwajah datar. "Senyum dong biar fresh keliatannya!" Ujar Vania. "Berisik ah! Gue masih kesel gara-gara kemaren!" Sahut Rikka. "Aelah tinggal belanja lagi kan?" "Males!" Vania hanya menghela nafas, Rikka memang begini jika saat berbelanjanya diganggu. Mereka berjalan sampai ke kelas tanpa berbicara. Hingga keduanya sampai dipintu kelas, seseorang menghadang jalan mereka. "Awas!" titah Vania. "Hm?" "Lo halangin jalan gue sama Rikka!" Tutur Vania. Orang itu hanya menatap Rikka. Sedangkan Rikka hanya menatap malas sekelilingnya. "Ri-" Tanpa memedulikan orang yang hendak menyebut namanya, gadis itu langsung masuk ke dalam kelas, menyenggol bahu orang itu agar menjauh dari jalannya. Orang itu hanya diam menatap punggung Rikka yang terus menjauh. "Gue bilang juga apa, makanya minggir! Dia lagi badmood." Ujar Vania. *** Sudah jam istirahat, mood Rikka tidak terlalu buruk sekarang. "Makan?" tanya Nara. "Gas!" sahut keempat sahabatnya. Kelima gadis itu langsung menuju kantin utama. Menggunakan lift agar cepat sampai, karena biasanya banyak para badboy nongkrong disepanjang tangga. Setelah sampai dikantin, seperti biasa. Kelimanya memilih meja didekat jendela. "Mau makan apa?" tanya Tiara. "Corndog mozzarella dua porsi toppingnya coklat, stup roti banyakin kejunya, dimsum nori 3 porsi, martabak rasa coklat keju, es boba rasa greentea sama jus jambu." Tutur Rikka panjang lebar. Keempat sahabatnya dibuat melongo. Pesanan Rikka terlalu banyak. "Itu buat kita juga?" tanya Nara. "Gak! Punya gue semua!" Cetus Rikka. Tanpa banyak tanya, Tiara langsung menuliskan semua pesanan Rikka. Gila memang. "Gue juga corndog, tapi toppingnya rasa matcha ya, minumnya thai tea aja." Imbuh Nara. "Kita juga sama kayak Nara." Tambah Vania sambil menunjuk dirinya dan Rachel. Tiara langsung melesat ke setiap penjual makanan yang disebutkan sahabatnya. Saat Tiara pergi, seseorang menghampiri meja keempat gadis itu. Mereka tengah tertawa ria. "Rikka," panggil orang itu. Rikka hanya merotasikan bola matanya. Malas. Dia lagi dia lagi yang datang. "Hm?" Sahut Rikka. Orang itu duduk dikursi kosong milik Tiara. Dia menatap Rikka yang tengah sibuk dengan ponselnya. "Kamu masih gamau nerima aku? Aku suka kamu loh." Ujar orang itu. Ketiga sahabat Rikka hanya diam. Menunggu respon dari Rikka. Gadis itu menghentikan aktivitasnya, menutup ponselnya lalu menatap orang tadi. "Sekali gue tolak ya udah gada harapan buat lo!" cetusnya. "Selagi kamu masih jomblo aku sih ngejar terus." Sahut orang itu dengan entengnya. "Terserah, lo minggat gih! Itu tempat Tiara!" Orang itu tersenyum tipis lalu melangkah pergi meninggalkan kantin. "Ga abis thinking, udah ditolak masih aja ngejar." Ucap Nara. Setelah itu, Tiara datang dengan nampan berisi 4 corndog dan 4 thai tea. "Punya gue?" Tanya Rikka. "Nanti, tunggu aja abangnya kesini, kebanyakan punya lo." Sahut Tiara. *** Kini kelima gadis itu tengah berjalan, kembali ke kelasnya. Dengan menaiki tangga. "Gue ke toilet dulu ya," tutur Rikka yang merasa ingin buang air kecil. "Temenin?" Tanya Nara. "Gausah," sahut Rikka. Gadis itu langsung berlari memasuki lift menuju lantai 3. Setelah sampai dilantai 3, dia berlari sekencangnya, tak peduli keadaan sekitar. Yang penting ke toilet dulu. Sampai ditoilet, dia menuntaskan niatnya. Lega rasanya. Saat hendak keluar, Rikka dihadang oleh 4 orang siswi kelas XII. "Mau kemana lo?" Tanya salah satu siswi ber-name'tag Jessie Nandini. "Mau keluar." Sahut Rikka datar. "Rikka La Carolina Dareena, nama doang bagus tapi attitude-nya jelek!" Cibir siswi bername-tag Vivi Cahyani. Rikka menaikkan sebelah alisnya. "Songong juga lu dekel!" Ucap siswi bername-tag Sonya Maharani Pertiwi. "Langsung aja gays!" Ujar siswi bername-tag Karina Anindira. Keempat siswi yang berstatus kakel itu mendorong Rikka masuk kedalam kamar mandi. "Kalian mau ngapain!?" Tanya Rikka. "Ngapain? Masih nanya? Bodoh!" Sahut Vivi. "Karina, ambil air segayung!" Titah Jessie yang langsung dituruti oleh Karina. "Pertama, lo ga sopan lewat didepan gue tanpa permisi." Tutur Jessie sambil mengguyur Rikka dengan air yang diambil oleh Karina tadi. Plak! "Kedua, lo pura-pura pingsan biar digendong sama Lian!" Ucap Jessie sambil melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Rikka. Byurrr "Ketiga, mentang-mentang lo cantik, lo belagu disekolah ini!" Jessie menumpahkan segayung air lagi. Jadilah basah seragam Rikka. Rikka hanya diam. Tanpa berbicara, tanpa membalas. Hal itu masih berlanjut dan semakin parah. *** Sekitar 20 menit Rikka tidak kembali dari toilet, membuat Nara cemas. "Tu bocah lagi *eq ya? Kok lama bener!" Desis Nara. Sedangkan KBM terus berlanjut. Hingga selesai pelajaran, Rikka belum kembali. Sebelumnya, tidak pernah ada yang mengganggu Rikka. "Van, Rikka lama amat ya?" Tanya Nara pada Vania. "Gatau, *eq kali," sahut Vania dengan entengnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN