Bagian 2

1712 Kata
"Ibu," panggil Vele ketika dia akan sarapan. Cale sudah menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Makanan kesukaan sang putri. "Ada apa, Vele? Ibu sebentar lagi harus berangkat kerja. Kamu bisa bantu Ibu beres-beres kamar, kan?" ucap Cale yang terus bergerak ke sana ke mari. Vele pun sedikit kesal karena diabaikan. Gadis itu menghentikan langkah sang ibu. Cale mengernyit, menatap sang putri dengan penuh. "Ibu, jujur padaku. Apa yang sudah Ibu sembunyikan dariku?" cecar Vele yang membuat Cale semakin bingung. "Vele, Ibu tidak punya banyak waktu untuk menjawab teka-tekimu. Lebih baik kamu segera beritahu Ibu ada apa," sahut Cale. "Siapa pria itu, Bu? Siapa pria yang bernama Albus itu? Apa dia kekasih Ibu?" tanya Vele secara gamblang yang mampu membuat Cale tak bergerak bak patung. Vele tahu sang ibu pasti terkejut, dan dia sudah mengira jika ibunya pasti menyembunyikan sesuatu darinya. "Siapa pria itu, Ibu? Ini bukan kali pertama aku mendengar Ibu menyebut namanya dalam tidur. Aku pikir mungkin salah dengar, tetapi rasanya tidak mungkin ketika aku mendengarnya secara berulang. Siapa pria yang bisa membuat Ibu menyebut namanya terus menerus di saat tidur dan tak sadarkan diri?" desak Vele. Berkali-kali Cale mengeembuskan napasnya. Memang sejak dulu ia tak pernah menceritakan perihal Albus. Itu semata-mata agar Vele tak nekat untuk mencari Albus. Ia pikir itu pilihan terbaik ketika Cale tahu persis bagaimana sifat putrinya. "Dia ... dia ayahmu, Nak." Ayah? Ini kali pertama Vele mendengar namanya. "A-ayah? Albus? Dia nama ayahku?" tanya Vele memastikan. Cale mengangguk. Mendengar nama sang ayah untuk pertama kalinya membuat Vele terlihat bahagia. Cale tahu jika putrinya senang sedikit tahu tentang ayah kandungnya. "Di mana dia sekarang, Bu? Setelah sekian lama Ibu selalu menutup mulut perihal ayah, sekarang Ibu mulai terbuka kepadaku." "Dia tidak ada di sini, Vele," terang Cale. "Tapi dia masih hidup, kan?" Cale mengangguk. "Ini berita baiknya. Kita bisa bertemu Ayah," lanjut gadis ini penuh antusias. "Tidak bisa, Nak. Kita tidak bisa bertemu dengannya," jelas Cale. "Kenapa?" "Karena dia bukanlah dari bangsa wizard." Dan pikiran Vele pun menjadi buruk. Lantas dari mana asal sang ayah? Bangsa vampir atau werewolf? "Terus, dia dari bangsa apa, Bu? Vampir atau werewolf?" tanyanya lebih lanjut. "Ayahmu adalah seorang werewolf, Nak," ungkap Cale yang kentara sekali jika wanita paruh baya ini nampak sedih. Werewolf, wow, ini berita bagus bagi Vele. Kapan lagi dia memiliki keluarga seorang werewolf. Tunggu dulu, werewolf? "Ibu, dari dulu Ibu tidak pernah bercerita tentang Ayah. Bolehkah Ibu ceritakan bagaimana pertemuan awal Ayah dan Ibu?" pinta Vele. "Ibu harus siap-siap bekerja, Vele," jawab Cale seperti menolak. "Ayolah, Bu. Garis besarnya saja bagaimana?" mohon gadis ini sekali lagi. Cale mengembuskan napas beratnya lagi, Vele tak akan berhenti mengganggunya. Wanita paruh baya itu mengambil buku yang biasa ia bawa, di dalamnya terdapat foto Albus. Vele memperhatikan setiap hal yang sang ibu lakukan. Setelah menemukan foto Albus, Cale pun memperlihatkannya kepada Vele untuk yang pertama kali. Ia rasa putrinya memiliki hak untuk tahu tentang ayahnya. "Dia Albus, ayahmu," ungkap Vele. Gadis itu memperhatikan potret pria yang berdiri di sebelah sang ibu. "Ibu dan Ayah bertemu di wilayah Kerajaan Vampir. Setiap satu tahun sekali akan diadakan pertemuan antar kaum di sana untuk mempererat tali persaudaraan," cerita Cale dengan senyum di wajahnya. Kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Albus membuat wanita kembali merasakan kebahagiaan itu. Vele yang melihat sang ibu pun juga ikut senang. "Ayahmu lah yang menemukan Ibu pertama kali. Awalnya Ibu merasakannya juga, tapi Ibu tak yakin. Seperti yang kita tahu jika bangsa wizard cukup sulit untuk menemukan pasangannya sendiri jika itu bukan dari bangsa wizard juga." Vele menyimak dengan benar. Ia tak ingin kehilangan satu momen tentang kedua orang tuanya. "Kemudian Ayahmu mengatakan jika Ibu adalah mate nya. Kami pun menghabiskan waktu bersama saat itu. Beberapa hari kemudian kami menikah." Cale menatap sang putri penuh. "Ada satu hal yang harus kamu tau, Vele. Sejak dulu raja vampir membuat sebuah peraturan, peraturan yang harus Ibu dan Ayah tentang saat itu." Vele terus menatap dan mendengar sang ibu dengan serius. Ia merasakan apa yang akan sang ibu katakan bukanlah hal yang baik. "Raja vampir membuat peraturan jika tak ada pernikahan antar kaum dan tidak akan ada anak yang lahir dari pernikahan silang." "Kenapa begitu, Ibu? Bukankah ini tidak adil? Kenapa raja vampir sangat egois? Terus, bagaimana dengan Ibu dan Ayah?" respon Vele beruntun. "Itu adalah bencana bagi Ibu dan Ayah, tapi kami tetap melanggarnya karena perasaan cinta kami berdua. Untuk itulah Ibu dan Ayah memutuskan untuk mencari tempat yang cukup jauh dari wilayah kerajaan vampir." "Namun, tidak mungkin selamanya kami bersembunyi. Untuk itulah aku dan Albus sepakat untuk kembali ke wilayah kelahiran kami dengan membawa masing-masing satu bayi?" "Masing-masing satu bayi?" potong Vele cepat. Cale mengangguk. "Dulu Ibu mengandung bayi kembar. Kemudian lahirlah kamu dan saudara kembarmu. Di dalam darahnya dia adalah seorang werewolf, untuk itulah Albus membawanya dan Ibu membawamu." Sebuah pengakuan besar ini membuat Vele syok. Terlebih lagi ketika sang ibu mengatakan jika dirinya memiliki kembaran. Kembaran? Pikiran Vele tertuju kepada Vale. Vale adalah seorang werewolf dan wajah keduanya mirip. Kemudian, nama mereka juga hampir mirip. Oh god! Ini bukanlah sebuah kebetulan semata. "Aku benci kepada raja vampir itu, Ibu. Dia tega memisahkan keluarga kita. Kalau aku punya kesempatan untuk bertemu dengannya, aku akan maki-maki dia, Bu," papar Vele dengan menggebu-gebu. "Kamu tidak bisa melakukan itu, Nak. Itu berbahaya, kamu akan dihukum nantinya," jelas Cale. "Kalau dia bisa menghukumku, maka aku pun bisa menghukumnya, Ibu. Sungguh malang nasib wanita yang akan menjadi pendampingnya nanti. Pria egois sepertinya tak pantas untuk diajak hidup bersama," omel Vele terus menerus. Cale tersenyuk kecil melihat putrinya kesal. "Ibu dengar jika sang raja belum menemukan pasangannya." "Itu karma, Ibu. Lagi pula tak akan ada yang mau jadi pasangan pria itu," jawab Vele. Dia sangat yakin jika raja vampir itu pasti tak merana sekalipun belum bertemu pasangannya. "Takdir seseorang siapa yang tau, Nak. Bisa jadi sebentar lagi kita memiliki ratu atau mungkin salah satu anak Ibu akan menjadi pasangannya." Vele memandang horor sang ibu. "Semoga bukan aku. Tapi, jangan sampai saudara kembarku juga, kasihan dia harus hidup bersama pria sepertinya," sahut Vele. "Ibu, apakah Ayah dan saudara kembarku masih hidup?" tanya Vele mengalihkan pembicaraan. "Ibu ... Ibu tidak tahu. Dua puluh tahun sudah kami berpisah dan tak ada salah satu dari kami yang saling mengabari. Sesuai kesepakatan, kita tak akan saling bertemu lagi," ungkap Cale yang begitu menyayat hati. Dari cerita yang Cale dan Albus ceritakan kepada anak mereka ada sedikit perbedaan. Albus yang menutupi perihal Vale memiliki saudara kembar, sedangkan Cale dengan terang-terangan mengungkap fakta jika Vele memiliki saudara kembar. Melihat raut wajah Vele terlihat sedih dan tak semangat seperti tadi membuat Cale merasa bersalah. "Sudahlah, jangan kamu pikirkan itu. Kita sudah lama berpisah dan Ibu masih punya kamu, begitu juga dengan ayahmu. Sekarang kita jalani hidup kita saja. Oh iya, Ibu harus berangkat bekerja sekarang sebelum terlambat. Ibu bawa bekal saja. Kamu makanlah," kata Cale dengan cepat dan sigap menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri. "Ibu, fotonya tidak disimpan?" sahut Vele yang membuat Cale mengurungkan kepergiannya. "Fotonya buat kamu saja," jawab wanita itu. Cale pikir Vele sangat membutuhkan foto itu. Mendengar jawaban sang ibu membuat Vele senang sekali. Bahkan gadis ini memeluk foto yang baru saja ia dapat. Cale sudah pergi bekerja, sekarang hanya tinggal Vele sendirian di rumah. Vele mengingat jika ia sedang mengadakan janji dengan Vale. Sepertinya ia harus segera memberitahu teman barunya itu jika kemungkinan mereka adalah saudara. Tapi sebelum itu, Vele menjalankan perintah Cale lebih dulu yakni membersihkan kamar. *** Sesekali gadis ini menoleh ke belakang. Untuk berjaga-jaga siapa tau ia kembali diserang oleh vampir aneh seperti kemarin. Vele terus memasuki hutan di siang ini. Kemudian langkahnya berhenti tepat di bawah rumah pohon. Secepat kilat ia menaiki setiap anak tangga. Tak disangka ternyata Vale juga sudah datang. Melihat gadis itu membuat Vele teringat dengan Albus. Dan Vele tak bisa mengontrol perasaannya. Gadis yang biasanya keras kepala ini menangis di pelukan Vale. Tentu saja Vale kebingungan. "Hei, kamu kenapa?" ucap Vale panik. Apakah dia sudah berbuat salah hingga Vele menangis? "Vale ... hiks ... Vale," lirih Vele. Gadis yang aneh pikir Vale saat itu. Vale hanya diam, bersabar menunggu kapan tangis Vele reda. Vele sendiri merasa terharu bisa bertemu saudara kembarnya di hutan ini. Kalau saja dia kemarin tak diserang oleh vampir brutal itu, maka dia dan Vale pasti tak bertemu. Adanya Vale bisa membuka peluang Vele untuk bertemu dengan ayahnya. "Coba ceritakan kepadaku ada apa?" tanya Vale dengan lembut setelah gadis di depannya sudah tenang. Vele mengusap ingusnya, Vale terlihat seperti sang ibu yang selalu sabar menghadapinya. Gadis ini benar-benar memiliki sikap yang berbeda dengan dirinya. "Vale ... aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu," ucap Vele mengawali sebelum ia mengambil napas panjang dan langsung mengeluarkannya. "Sepertinya ... kita berdua bersaudara," ungkapnya kemudian. Vale melotot, memandang gadis ini tak percaya. "Vele, aku tau wajah kita mirip, tetapi bukan artinya jika kita ini bersaudara. Mungkin saja memang kebetulan. Bukankah kita sudah sepakat kemarin untuk tak membahasnya?" kata Vale. Vele sedih, saudaranya tak mempercayai dirinya. Tapi, Vele sudah membawa foto Albus, jika Vale mengenali sang ayah berarti keduanya memang saudara kandung. "Ini, lihatlah foto ini. Aku baru mendapatkannya tadi pagi dari Ibu. Ini foto ayahku, namanya Albus," ujar Vele yang lagi dan lagi mengundang keterkejutan. Dan Vele sudah mendapat jawaban dari ekspresi terkejut gadis ini. "Ini ... ini ti ... dak mungkin, Vele," komentar Vale. Vele tahu jika Vale pasti bingung dan tak percaya. "Jujur, aku terkejut juga awalnya. Bahkan aku baru tau wajah Ayah dan aku juga baru tau kalau memiliki saudara kembar. Dan pikiranku saat itu langsung tertuju kepadamu, Vale. Kamu adalah werewolf, itu salah satunya karena ayahku juga werewolf." Vale menatap gadis yang baru ia temui kemarin. Mencoba mencari kebohongan di sana, namun ia tak menemukan itu. Dan juga ini benar-benar foto Albus, ayahnya. "Bagaimana? Apakah ini benar ayahmu?" tanya Vele memastikan. "Benar. Dia ayahku." Vele bernapas lega. Akhirnya apa yang ia rasakan adalah benar adanya. "Vale, ini berita baik. Setelah dua puluh tahun lamanya akhirnya kita bisa bertemu. Kamu bisa memiliki kesempatan bertemu dengan Ibu, sedangkan aku memiliki kesempatan bertemu dengan Ayah," ujar Vele penuh semangat. Mendengar kata 'ibu' terucap dari bibir Vele membuat Vale tersenyum. "Apakah aku bisa bertemu dengan Ibu?" tanyanya hati-hati. "Tentu!" jawab Vele cepat. _____ Kembali update. Selamat menikmati bacaan barunya ya. Stay safe dan selalu lakukan protokol kesehatan ^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN