Bagian 7

1473 Kata
“Kamu kenapa, Nak? Ada apa dengan wajah lesu ini?” tanya Cale kepada Vele yang nampak kusut dan tak bersemangat ketika membantu dirinya menyiram beberapa tanaman yang tumbuh di depan mereka berdua. Meskipun sudah berganti hari sejak kedatangannya ke kerajaan vampir, tetapi tetap saja Vele masih kesal dengan Easter. Dan semakin kesal dengan nasibnya yang harus memiliki takdir bersama pria itu. “Aku sedang kesal dengan seseorang Ibu,” jawab Vele dengan wajah yang ditekuk malas. Pertemuannya dengan penguasa seluruh wilayah saat itu membuat hati Vele dilanda kekesalan dan kegelisahan. “Siapa orang yang berani membuat putri Ibu seperti ini? Ayo ceritakan ke Ibu,” pinta Cale. “Raja vampir,” jawab Vele cukup jelas. Tentunya Cale tak mengerti kenapa putrinya menyebut raja vampir di dalam obrolan mereka ini. “Maksud kamu apa, Nak?” Vele menatap penuh sang Ibu, haruskah dia menceritakan semuanya? Tidak, Vele tidak bisa memberitahu Cale mengenai dirinya yang merupakan mate dari raja vampir. Sesuai kesepakatan, Vale dan Vele tak akan bercerita apa pun kepada ayah dan ibu sebelum keduanya berhasil menyatukan keluarga mereka. Pasti Cale akan syok sekali jika mengetahui nanti. “Bu, aku ingin bertanya. Bagaimana jika suatu hari nanti aku memiliki mate yang berbeda denganku? Apakah nantinya kita juga tidak bisa bersatu? Atau kami langgar peraturan itu saja?" Cale tak mengerti kenapa Vele bertanya pertanyaan random seperti ini. "Kalau bisa, kalian buat kesepakatan. Jika nantinya kalian memilih untuk hidup masing-masing, pastikan kalian tidak akan menyesal. Kalaupun kalian ingin melanggar peraturan itu, pastikan kalian sanggup menerima konsekuensi jika raja vampir tahu," jawab Cale. Vele pun berdecak kesal mengingat keegoisan raja vampir yang mengaku sebagai mate nya itu. Mate? Bahkan Vele tak pernah berharap jika matenya adalah si penguasa seluruh jagat raya ini. Lagi pula peraturan itu nanti akan dilanggar oleh si pembuat peraturan, lantas untuk apa semuanya dibuat? Aneh. “Aku tidak terima dengan peraturan aneh itu, Ibu. Setiap orang berhak untuk menjalani takdir mereka, misalnya dengan pasangan yang berbeda kaum. Memang apa salahnya menikah dengan kaum yang berbeda? Apakah itu sebuah dosa? Jika memang dosa, kenapa sang pencipta membuat pasangan itu menjadi takdir. Aku benar-benar tak mengerti di sini yang salah itu raja vampir atau sang pencipta," keluh Vele. Tentu saja yang salah adalah Easter. “Tidak ada kesalahan dari takdir yang sudah dibuat oleh sang pencipta, Nak,” jelas Cale. “Jadi ... raja vampir yang bersalah, kan, Ibu?” sahut Vele dengan cepat. Dia sudah tahu ini. “Raja vampir adalah penguasa seluruh jagat raya ini, jadi sudah sepantasnya kita mematuhi setiap apa yang dia katakan.” “Aish, aku benar-benar membenci raja egois itu,” cecar Vele seakan tak takut dengan sosok yang ia bicarakan saat ini. Cale hanya bisa menggeleng penuh melihat kelakuan putrinya. Wanita paruh baya ini berharap putri-putrinya tidak mengalami nasib seperti kedua orang tuanya. *** Seperti biasa, Vale menjemput Vele di perbatasan di mana Vele akan menaiki punggung Cesse untuk menuju ke rumah pohon. Mereka akan kembali membicarakan rencana mengenai menyatukan orang tua mereka agar menjadi keluarga yang utuh. Langkah Cesse berhenti tepat di bawah pohon yang seharusnya menjadi rumah pohon milik Vale, namun keadaan benar-benar berbeda dari biasanya. Rumah pohon itu rusak, bahkan barang-barang di dalamnya berserakan di tanah membuat kedua gadis kembar ini menganga seakan tak percaya rumah pohon itu seperti diterjang angin p****g beliung. “GRRR.” Geraman yang berasal dari belakang tubuh keduanya dengan cepat membuat mereka waspada. Vele menganga melihat sekumpulan pria yang nampak lapar berdiri di depan dirinya dan Vale. Mata orang-orang ini berwarna merah pekat, sama seperti pria-pria yang beberapa waktu lalu pernah mengejar Vele. Kemudian, Vele bisa menyimpulkan jika pria-pria ini yang menjadi dalang dibalik rusaknya rumah pohon milik Vale. Mereka juga merusak beberapa pohon yang ada di sekitar. Vale yang dalam bentuk tubuh serigalanya alias Cesse pun dengan cepat menerjang pria-pria itu. Vele sendiri mencoba menggunakan mantra yang dirinya bisa sekaligus ilmu bela diri yang sempat dia pelajari. Geraman marah dari serigala Cesse nampak terdengar di sana. Vale dan Vele sama-sama dikepung oleh masing-masing dua pria. Dengan menyerang pria-pria itu, sesekali mata Vele melirik tempat Cesse di mana terlihat kaki serigala itu terluka cukup parah. “Oh, sial!” umpat Vele keras ketika dirinya mendapat luka memanjang di lengan kanannya. Darah merembes dari sana membuat Vele ingin muntah saja, namun dirinya coba tahan. Vele dengan cepat berlari menuju ke tempat Cesse di mana gadis itu malah berubah menjadi tubuh manusia kembali dan dalam keadaan yang benar- benar mendapat luka banyak. “Vale! Vale!” panggil Vele dengan panik ketika melihat kembarannya ini hampir tak sadarkan diri. Tidak, jangan sampai Vale pingsan. Vele tak tahu bagaimana cara melawan vampir-vampir brutal ini. “Awas!” seru Vale cepat mendorong tubuh Vele untuk menjauh sedangkan dirinya menendang salah satu vampir gila tadi yang ingin menyerang belakang tubuh Vele. Terlihat Vele yang terkejut dengan tindakan Vale di mana sangat nekat itu. “Vale, berhentilah, kamu sudah sangat lemah sekarang,” titah Vele yang terlihat jelas khawatir di sana. Dia tak ingin keadaan kembarannya semakin buruk. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Vale dengan mata yang sedikit sayup. Gadis ini mencoba mempertahankan kesadarannya. “Aku baik. Kamu diamlah di sini, aku akan melawan mereka,” putus Vele yang dengan cepat menyerang pria-pria tadi di mana dia dan Vale kalah jumlah dalam hal ini apalagi mereka adalah perempuan. Sring Sring Wush Tiba-tiba saja ada banyak pasukan datang dengan beberapa pedang di tangan mereka. Pasukan itu membantu Vele, membuat gadis itu bernapas lega. Dengan cepat Vele pun kembali ke tempat ia meninggalkan Vale, namun keadaan kembarannya semakin parah bahkan Vale hampir tidak sadar. “Vale!” teriak Vele agar gadis itu tetap sadar dalam hal ini. “Vale, bertahanlah. Kita mendapat bantuan sekarang. Ayo, aku akan membawamu,” ucap Vele yang hendak memapah Vale dan untuk segera diobati. Uhuk uhuk “VALE!” Gadis itu terbatuk dengan darah yang keluar dari mulutnya lumayan banyak. Vele pun panik, apalagi melihat Vale yang sekarang benar-benar tak sadarkan diri. “VALE ... VALE,” teriaknya namun tak mendapat respons apa pun dari gadis itu. “Vale ... bangunlah ... jangan tinggalkan aku. Aku mohon,” lirih Vele dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya. “Va—” “HEI!” sentak Vele cepat ketika tubuhnya tiba-tiba dijauhkan dari saudarinya. Gadis itu pun menoleh hendak protes kepada orang yang menariknya. “Dia harus segera dibawa ke rumah sakit,” potong Easter dengan cepat di mana ternyata pasukan-pasukan yang membantu Vele adalah bantuan dari pria ini. Tentu kedatangan Easter tak pernah gadis ini duga. “Aku akan ikut de—” “Bisakah kamu berhenti keras kepala, Vele? Tidakkah kamu lihat saudaramu sedang sekarat sekarang?” sembur Easter dengan cepat. “Sudah, lebih baik kamu ikut denganku. Kamu benar-benar harus aku hukum,” lanjut Easter yang langsung menggendong tubuh gadis itu di mana Vele terus menyuarakan protesnya. Vele terus memberontak tatkala Easter membawanya berlari menuju ke kerajaan vampir. Karena semua vampir bisa berlari dengan sangat cepat, maka hal ini cukup mudah untuk Easter lakukan. Untung saja tadi dia sedang mengadakan keliling rutin di hutan ini untuk mencari vampir-vampir brutal itu. Dan benar saja dia mendapatkan vampir itu berbuat ulah lagi. Apalagi sekarang targetnya adalah Vale dan Vele. Tentu Easter tak akan tinggal diam. Namun, sepertinya ia sedikit terlambat ketika melihat kedua gadis itu yang sudah dalam keadaan buruk di mana Vale lah yang paling parah di sini. Easter membawa Vele ke sebuah kolam besar yang ada di dalam kerajaan. Kolam itu biasanya digunakan pria ini untuk dia berendam dan menenangkan diri. Tempatnya ada di ruang tertutup karena dia tak ingin dilihat oleh orang lain. Bisa dibilang hanya dirinyalah yang boleh menggunakan kolam ini. "Yak! Apa yang mau kamu lakukan?!" pekik Vele tatkala Easter berhenti tepat di pinggiran kolam. Vele menatap horor kolam yang mengeluarkan seperti asap-asap putih itu dan jangan lupakan gadis ini tetap berpegangan pada leher Easter agar tak terjatuh. "Lihatlah tubuhmu itu. Kamu perlu mandi dan membersihkan diri," papar Easter yang tanpa susah payah tetap menggendong Vele di depan tubuhnya. Vele memperhatikan tubuhnya, Easter benar jika dia sangat kotor di mana darah Vale melekat di bajunya. "Biarkan aku mandi di kamar mandi. Mandi di kolam bukanlah pilihan yang bagus." "Tenanglah. Tak akan ada yang berani masuk ke sini kecuali aku yang memerintahkan." Vele berkedip beberapa saat. "Baiklah, turunkan aku sekarang dan keluarlah dari sini," perintah Vele. Easter mengangkat satu alisnya mendengar pengusiran Vele. "Ini tempatku, rumahku, istanaku. Tidak ada yang berani memerintahku sepertimu," ucapnya. "Kenapa? Apa salahnya memerintah dirimu? Aku punya hak untuk melakukan apa yang aku mau," sahut Vele menantang. "Baiklah, jika kamu memiliki hak untuk melakukan apa yang kamu mau, maka aku pun juga sama," tutur Easter yang mulai menuruni anak tangga yang ada di kolam. "Hei! Turunkan aku!" "Diamlah," jawab Easter yang langsung menceburkan diri bersama dengan Vele. -------- Ciee, mandi bareng ._.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN