"Turunkan nada bicaramu itu, Nona. Ingatlah aku di sini sebagai apa," ucap Easter dengan tegas.
Mendengar teguran itu membuat Vele tak suka. Bahkan gadis ini dengan terang-terangan memandang Easter penuh persengitan.
"Untuk apa aku harus bersikap baik kepada orang kejam dan egois seperti dirimu? Bahkan aku tidak peduli kalaupun kamu adalah raja di sini. Karena bagiku kamu tak lebih dari sekedar pria egois."
Entah sudah berapa kali Vele mengucapkan kata egois hari ini. Satu kata itu benar-benar melekat pada diri Easter pada pandangan Vele sendiri.
Easter mengembuskan napasnya berkali-kali. Mate nya ini benar-benar menguji kesabarannya. Tentu ia harus mengontrol diri. Melihat sikap Easter yang tak biasa membuat Jake tak paham. Biasanya pria itu akan marah jika ada orang yang dengan sangat berani merendahkan dirinya. Bahkan kata 'mati' terasa mudah untuk dikatakan.
"Beri aku satu alasan untuk menghapus peraturan itu, Nona," balas Easter.
"Orang tuaku sudah berpisah selama dua puluh tahun lamanya. Apakah sedikit pun hatimu tak tergerak? Bahkan selama dua puluh tahun juga aku hidup tanpa serorang ayah. Itu hanya keluargaku yang mengalaminya. Bagaimana dengan orang lain? Karena peraturanmu itu pasangan yang harusnya hidup bersama malah harus terpisah."
"Tunggu dulu. Orang tuamu? Orang tua kalian? Berasal dari bangsa mana?"
"Ayah dan saudaraku berasal dari bangsa werewolf, sedangkan aku dan ibu adalah seorang wizard."
"APA?! Berani-beraninya mereka mengkhianatiku!" pekik Easter dengan suara tingginya. Vale nampak meringis, pastinya sang raja akan marah besar ketika tahu kedua orang tuanya berani melanggar peraturan yang ia buat.
"Jake! Cari mereka dan bawa segera ke hadapanku!" perintah Easter kepada bawahannya.
Vele melotot dan terlihat panik begitu juga dengan Vale. "Tunggu. Tunggu. Untuk apa kamu mencari orang tuaku?" sergah Vele cepat. Jake tak jadi untuk pergi.
"Tentu saja ada hukuman bagi siapa saja yang melanggarnya," jawab Easter dengan tenang.
"Hukuman apa yang akan mereka dapatkan, Raja?" tanya Vale yang akhirnya mengeluarkan suaranya sekarang.
"Mati."
"TIDAK!" seru Vele cepat. Pandangan gadis ini benar-benar tak bersahabat kepada Easter. Tentu pria ini juga tak peduli dengan hal itu. "Jika kamu berani melukai atau membunuh mereka, maka langkahi dulu mayatku," lanjutnya.
Senyum semirik terpatri tepat di wajah Easter. Membunuh Vele, apakah dia terlihat bodoh?
"Raja ... maafkan kami sebelumnya. Bisakah kita bicarakan semuanya baik-baik? Saya mohon jangan hukum mati orang tua kami," pinta Vale. Hanya ini yang bisa ia lakukan.
Melihat tindakan Vale membuat sang kembaran menjadi geram. "Vale, untuk apa kamu memohon kapada pria jahat ini? Kita tidaklah salah, kita hanya menuntut keadilan di sini," sergah Vele..
Vale merasa kembarannya sudah bertindak berlebihan dan tak menghormati raja sama sekali. "Vele sudah cukup. Kamu sudah keterlaluan. Seharusnya kita tak di sini. Sudahlah, cepat minta maaf dan kita segera pulang," titah Vale tegas. Ternyata gadis ini bisa bertindak tegas juga, tetapi yang namanya Vele pasti tak terpengaruh sama sekali.
"Maaf, Raja. Kalau bisa saya beri saran, bagaimana jika saya mencari kedua orang tua mereka untuk menyelesaikan semuanya dengan baik-baik. Misal sebagai hukumannya adalah mereka tak boleh bertemu seumur hidup mereka," papar Jake.
Vele memandang Jake tak suka. Ide pria itu benar-benar buruk, tetapi bagi Vale ini lebih baik dari pada mereka tiada.
"Apakah kau bisa menjamin mereka tak akan diam-diam untuk bertemu Jake?"
"Yak! Apakah kamu pikir dua puluh tahun ini kami bisa bertemu? Tidak sama sekali. Dan itu semua gara-gara peraturan bodohmu. Bahkan kami baru bertemu beberapa hari lalu. Dasar pria menyebalkan," sembur Vele yang selalu emosi setiap kali Easter bicara bahkan terang-terangan memaki Easter. Tindakan gadis ini membuat Vale dan Jake terkejut.
"Raja, sekali lagi maafkan tindakan Vele. Emosinya sedikit tak terkontrol," kata Vale yang terus saja meminta maaf. "Vele, sebaiknya kita pulang sekarang," perintahnya kepada sang kembaran.
"Tapi--"
"Pulang atau kamu mau melihat ibu dan ayah tiada?"
Vele mengerucut sebal ketika Vale bisa membungkam dirinya. Baiklah, sepertinya Easter sudah tahu sedikit kelemahan mate nya kali ini.
"Jake, bisakah kamu antarkan kami pergi?" tanya Vale.
Jake mengangguk dan memberi keduanya jalan.
"Tunggu!" cegah Easter cepat. "salah satu dari kalian harus tinggal," paparnya.
Ketiganya mengernyit tak terkecuali Jake juga. Vale melirik Vele. Tentu jika Vele yang ada di sini maka gadis itu akan terus saja marah-marah dan bisa saja Easter murka dan kemudian membunuhnya saat itu juga. Tidak, Vale tak ingin kehilangan keluarganya.
"Biarkan saya yang tetap tinggal, Raja," ujar Vale. Vele melotot, saudaranya tengah berkorban.
"Maaf, Nona. Tetapi yang aku butuhkan adalah saudaramu," papar Easter.
"Aku? Tidak! Aku tidak mau tinggal di sini apalagi berdekatan dengan pria menyebalkan sepertimu," tolak Vele mentah-mentah.
Easter berdiri dari duduk singgasananya, berjalan menuju ke tiga orang itu. Vale sendiri sudah was-was. Jika terjadi sesuatu maka Cesse akan mengambil alih untuk menyelamatkan Vele.
Langkah Easter berhenti tepat di depan Vele yang terus menghunuskan tatapan penuh peperangan. Ia tak mengerti kenapa Vele bersikap sebenci ini kepadaya. Apa mungkin hanya karena peraturan itu? "Kamu harus tetap tinggal di sini. Ini perintah," kata Easter mencoba bernegosiasi.
"Beri aku alasan untuk tinggal," sahut Vele. Vale sendiri nampak pusing karena perdebatan ini tak kunjung usai.
"Karena aku membutuhkanmu. Kerajaan ini membutuhkanmu," jawab pria itu.
Vele mengernyit. Kenapa dia membutuhkan dirinya? Jangan-jangan Easter berniat menjadikan dirinya seorang maid?
"Apakah kamu pikir aku setuju untuk menjadi pelayan di istanamu ini? Tidak. Aku tidak mau," tolak Vele. Pria ini benar-benar melukai harga dirinya.
Easter tertawa kecil, hal yang tak pernah Jake lihat sebelumnya. Ada apa ini?
"Berhentilah keras kepala dan cobalah untuk menghormatiku sebagai rajamu sekaligus mate mu," papar Easter yang membuat ketiganya syok dengan kata terakhir yang pria itu katakan.
Vele mundur beberapa langkah. Ini tidak mungkin. Dia adalah mate dari pria egois ini? Melihat Vele yang terkejut membuat Easter paham. Bangsa wizard memang sulit untuk menemukan pasangannya kecuali pasangannya sendiri yang menemukan mereka atau sama-sama berasal dari bangsa wizard juga.
"Sekarang kalian semua sudah tahu. Aku sejak tadi menahan diri untuk tidak emosi karena dia adalah mate ku. Aku mencoba mengendalikan diriku. Dan maaf aku tidak bisa membiarkan dia pergi sekarang," jelas Easter.
Vale benar-benar syok karena takdir Vele yang mencengangkan. Bahkan kembarannya itu terlihat sangat membenci Easter. Lantas, bagaimana bisa dia hidup bersama dengan pria ini?
Vele yang awalnya diam dan mencoba mencerna segalanya pun tiba-tiba mengangkat wajah dan menatap Easter dengan senyum kemenangan di wajahnya. Easter tak mengerti dengan ekspresi yang gadis ini tunjukkan.
"Sayang sekali, Raja. Kita tidak akan pernah bisa bersama," papar Vele. Tangan Easter mengepal ketika mendengar penolaka mate nya.
"Kamu tidak bisa menolakku, Vele. Ingatlah aku siapa di sini," balas Easter. Atmosfer di sekeliling keduanya sedikit berbeda sekarang. Baik Vale dan Jake merasakan itu.
"Kenapa? Apa kamu sakit hati? Ingatlah peraturan yang kamu buat itu, Raja. Tidak ada pernikahan antar bangsa. Aku adalah seorang wizard, dan kamu adalah vampir. Itu sudah sangat jelas bukan?"
Vele tahu dia akan menang. Easter pasti akan menyerah dan menghapus peraturan itu. "Tentu peraturan itu tidak berlaku untukku."
Satu kalimat itu mampu membuat emosi Vele kembali lagi. "Benar-benar pria egois. Entah kenapa kami harus memiliki raja egois seperti dirimu. Andai bisa memilih, aku tidak mau menjadi mate mu."
"VELE!" sentak Easter kuat yang membuat kedua gadis ini berjengkit kaget. Jake sendiri seperti sudah terbiasa melihat emosi yang Easter tunjukkan. "Aku sejak tadi sudah menahannya, dan kamu terus menerus merendahkanku. Jika saja kamu bukan mate ku, maka nyawamu sudah tiada sejak tadi," papar Easter. Jujur, sejak tadi dia sudah muak dengan perdebatan ini.
"Kenapa tidak kamu bunuh saja aku sekarang?" tantang Vele.
"Jangan menguji kesabaranku."
Vele memegang tangan Vale. "Aku tidak berharap kamu adalah mate ku. Takdirku benar-benar buruk. Dan ya, seperti peraturan yang kamu buat, sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa bersatu, Raja. Dan ya, aku menolak untuk tinggal di sini. Maaf, aku harus pergi."
Wush
Vele menggunakan kekustan berpindahnya. Easter tentu saja kesal melihat kekeras kepalaan mate nya. "Jake! Cari dia dan bawa ke hadapanku!" perintah pria ini mutlak. Jake mengangguk dan segera pergi untuk menemukan Vele.
Mantra untuk berpindah dengan cepat cukup menghabiskan tenaga, namun Vele berhasil. Bahkan dia dan Vale sudah sampai di dalam rumah pohon. Dan di saat itu tangis Vele pun pecah di sana.
Vale tak mengerti kenapa kembarannya menangis histeris seperti ini, namun ia mencoba menenangkannya dengan memberi sedikit pelukan.
"Kenapa? Kenapa harus aku, Vale? Aku tidak mau menjadi pasangan raja vampir," ungkap Vele yang sesenggukan dalam pelukan Vale.
"Ini sudah takdir dari sang pencipta, Vele. Ada hikmah dari apa yang sudah pencipta tetapkan."
"Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau menjadi pasangannya. Aku benar-benar membencinya," papar Vele.
Vale melepaskan pelukannya. Vele masih saja sesenggukan. Jika Cale dan Albus tahu bila Vele adalah mate dari Easter, maka mereka akan benar-benar terkejut.
"Tidakkah kamu sadar jika ikatan mate bisa merubah seseorang, Vele? Lihatlah raja vampir tadi. Kita sudah mendengar dari semua orang jika dia adalah raja yang dingin dan kejam. Dia akan menghukum orang yang sudah merendahkan harga dirinya. Tapi seperti yang kita lihat tadi, itu tidak berlaku untukmu. Dia tidak akan seberani itu menyakiti dirimu. Kita bisa mengambil kesimpulan jika mungkin kamu bisa membujuknya untuk membiarkan ayah dan ibu hidup bersama."
Vele mengusap air matanya. "Tapi tetap saja, aku tidak mau tinggal dan hidup bersamanya."
"Jika kamu tidak hidup bersama mate mu, lantas akan hidup dengan siapa?" serang Vale. Vele pun terdiam.
Gadis ini benar-benar membenci takdirnya. Melihat wajah Easter saja membuat dirinya naik pitam. Vele tak yakin mereka akan hidup bersama dalam damai.
____
Apakah ini akan jadi nasib buruk bagi Vele? Hidup bersama Easter?