Keesokan harinya seperti kesepakatan jika Vele dan Vale akan bertemu di rumah pohon. Vale datang pertama kali, beberapa saat kemudian menyusul Vele yang datang sembari membawa kotak makanan.
"Ibu menyuruhku membawa ini untuk bekal kita," terang Vele. Vale pun mengangguk paham dan langsung menyimpan makanan itu untuk makan siang nanti.
"Vale. Aku sudah memikirkan ini sejak kemarin. Aku benar-benar ingin menemui raja vampir," kata Vele langsung tanpa berbasa-basi lagi. Tentu pernyataan gadis ini membuat sang kembaran tak habis pikir dengan jalan pikiran Vele.
"Ayah sudah bilang untuk jangan melakukan itu, Vele. Aku takut keadaannya makin buruk nanti," kata Vale. Vele tahu sedikit demi sedikit sifat sang kembaran yang selalu patuh terhadap peraturan. Berbeda sekali dengan dirinya.
"Vale, coba kamu pikirkan jika di masa depan nanti kamu memiliki mate dari bangsa lain? Apakah kamu akan tetap melaksanakan peraturan itu dan terus hidup sendirian seumur hidupmu? Apakah Cesse bisa menerima takdir itu?" tutur Vele.
Vale pun terdiam. Pertanyaan Vele membuat dirinya menjadi sedikit goyah. "Apakah kamu mau bernasib sama seperti kedua orang tua kita? Dan mengorbankan anakmu juga," lanjut Vele yang terus menekan sang kembaran. Vele memiliki trik sendirian bagaimana mendesak seseorang agar mau mengikuti apa yang ia mau. Terdengar egois memang.
"Aku tidak mau itu terjadi, Vele," jawab Vale akhirnya. Vele mengangguk setuju.
"Untuk itulah kita harus bertindak cepat. Bukan hanya untuk ayah, ibu dan kita, tetapi ini semua demi seluruh makhluk yang memiliki mate berbeda bangsa. Keadilan harus kita tegakkan bukan?" papar Vele. Sekali lagi Vale mengangguk setuju, Vele senang akhirnya sang kembaran setuju dengan pendapatnya.
"Ayo, kita berangkat sekarang dan temui raja," ajak Vele yang langsung berdiri dari tempatnya.
"Kita ke kerajaan vampir hari ini?" tanya Vale yang mengikuti sang kembaran turun dari rumah pohon.
"Ya, lebih cepat lebih baik, Vale. Lagi pula kita akan cepat sampai ke sana karena ada Cesse yang berlari sangat cepat," jawab Vele.
Vale pun setuju-setuju saja. Gadis ini segera bertukar shift dengan Cesse. Vele pun dengan cepat menaiki punggung serigala ini. Dan seperti kata Vele jika Cesse berlari dengan cepat. Ini hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai di kerajaan vampir.
Di kerajaan tempat Easter memimpin tengah terjadi suasana yang penuh ketegangan. Sang penguasa nampak murka ketika mendengar warganya mati karena diserang oleh vampir brutal itu lagi. Easter kesal karena belum menemukan siapa dalang di balik ini semua.
"Jake! Cepat selidiki ini semua. Dalam beberapa minggu aku mau pengacau itu dibawa ke hadapanku dalam keadaan hidup atau mati terserah," perintah Easter. Hidup atau mati dia pun tak peduli. Jake membungkuk dan undur diri bersama prajurit lain yang sering bersamanya.
"Bukankah Raja akhir-akhir ini sering marah-marah?" kata salah satu dari mereka dengan berani membicarakan Easter.
"Itu semua karena Raja belum menemukan Ratunya. Kalau saja kita memiliki Ratu, pasti Raja tak akan sekejam ini," balas pria satunya lagi.
Jake memberhentikan langkahnya, sejak tadi dia hanya diam mendengar obrolan keduanya. Jake menatap dua pria ini dengan penuh. "Bagaimana dengan pencarian kalian? Apakah kalian sudah menemukan di mana rumah gadis yang kita temui di hutan itu?" tanyanya.
"Maaf, Jake. Aku sudah ke wilayah werewolf, tetapi tidak menemukannya."
"Aku juga. Aku sudah ke daerah wizard tetapi sepertinya gadis itu tak tinggal di sana," jawab mereka masing-masing.
"Itu tidak mungkin. Jelas-jelas salah satu dari mereka serigala. Bagaimana dengan baunya? Kalian tidak mengendusnya?" tanya Jake lagi.
Pria ini memimpin menuju ke gerbang kerajaan. Belum selesai dengan mencari gadis itu, sekarang ia mendapat tugas mencari dalang dibalik vampir brutal itu. Mungkin memang benar jika ada sang ratu pekerjaannya tak akan seberat ini.
Tepat ketika Jake dan kedua pria lainnya hendak pergi, jalan mereka terhadang oleh serigala milik Cesse. Tentu Jake terkejut pasalnya merekalah yang ia cari sejak dua hari lalu.
Vele langsung turun dan mengernyit ketika bertemu kembali ketiga pria yang sempat ia temui di hutan beberapa hari lalu.
"Kamu?"
"Selamat pagi, Tuan," sapa Vele. "Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," tambah gadis ini. Kemudian Cesse langsung berubah wujud menjadi Vale lagi. Dan bertambah terkejutlah ketiga pria di depan Vele melihat kedua gadis ini kembar. Vele cukup terhibur dengan wajah kembar mereka.
"Ka-kalian kembar?" tanya Jake tak percaya. Tunggu dulu. Mereka kembar, tetapi gadis tadi adalah werewolf, dan dia juga mencium bau wizars pada gadis satunya. Apa ini?
"Seperti yang kamu lihat, Tuan."
"Jake. Panggil aku seperti itu. Tuan terlalu formal untukku, Nona," ralat Jake. Sepertinya pekerjaannya tidaklah berat hari ini mengingat dia sudah menemukan gadis yang ia cari. "Kalian berdua pergilah dan selidiki vampir-vampir itu, aku akan mengurus yang ini," titah Jake kepada dua pria di sebelahnya. Keduanya mengangguk dan segera pergi ke dalam hutan.
Atensi Jake beralih kepada kedua gadis kembar ini. "Halo, Jake. Biarkan kami perkenalkan diri lebih dulu. Namaku Vele dan dia adalah suadaraku yang bernama Vale," kata Vele mewakili. Dibanding Vale, gadis ini lebih mudah untuk membuat percakapan dan menjalin pertemanan. Maklum, Vale cukup tertutup orangnya.
"Baiklah, ini nama yang mudah untuk dihapal, tapi mengingat wajah kalian yang mirip mungkin itu sedikit menyulitkanku," balas Jake dengan sedikit suara tawa di sana.
Vele juga ikut tertawa sedangkan Vale hanya tersenyum kecil. "Tenanglah, Jake. Ini cukup mudah. Aku rasa kamu sudah bisa mencium aroma berbeda dari kami. Aku adalah seorang wizard, sedangkan Vale adalah werewolf."
"Kamu benar juga. Tapi, kenapa kalian berbeda?" tanya Jake.
Vele terdiam. "Itulah tujuan kami ke sini, Jake. Bolehkah kami menemui Raja? Kamu akan tahu jawabannya setelah kami bertemu dengannya," jawab Vele.
Jake mengangguk, memang itu yang akan ia lakukan, membawa keduanya ke Easter. "Ayo, lewat sini," ajak Jake berjalan lebih dulu diikuti oleh Vale dan Vele di belakangnya.
Easter sendiri sedang berada di kamar mandi kamarnya. Permasalahan mengenai vampir-vampir itu membuatnya pusing. Dia ingin tahu siapa dalang dibalik ini semua.
Setelah selesai, pria ini bergerak menuju ke lemari. Dia mengambil satu setelan baju kebesaran miliknya.
Ketukan pintu terdengar tepat ketika dia selesai dengan pakaiannya. Dicium dari aromanya ini adalah Jake. Tapi, Easter mencium bau lain. Ini seperti bau yang ia cium beberapa hari lalu. Mate. Ya, dengan cepat Easter pun menuju ke pintu dan membukanya. Bisa dilihat jika Jake sudah berdiri sendirian di sana.
"Raja, saya sudah--"
"Ayo cepat, aku ingin bertemu dengan gadis itu," potong Easter yang mana langsung berjalan pergi dengan terburu-buru. Jake hanya mengikuti rajanya itu dari belakang. Dia tak mengerti kenapa Easter sangat ingin bertemu dengan kedua gadis itu.
Vele dan Vale sudah dibawa ke ruangan Easter. Keduanya mencoba duduk dengan tenang, tetapi Vale merasa tempat ini sedikit menyeramkan apalagi di bagian ruangan milik sang raja ini penuh aura mengintimidasi.
"Vele ... aku tidak yakin dengan ide ini," ungkap Vale. "Apa tidak sebaiknya kita pulang saja? Mengendap-endap pergi bukanlah ide yang buruk," lanjutnya.
Vele menggeleng. Tekadnya untuk bertemu raja vampir sangatlah kuat meskipun Vele sendiri belum pernah bertemu dengan sang penguasa dunia immortal ini secara langsung. "Kita sudah di sini, Vale. Tidak ada salahnya berbicara dengan raja vampir itu," timpal Vele.
Tepat setelahnya pintu pun terbuka. Vale dan Vele menoleh sembari berdiri. Easter masuk ke dalam ruangannya dengan cepat. Matanya hanya tertuju kepada satu sosok yakni Vele di mana bau itu semakin tercium kuat di dalam ruangannya ini. Bau mate.
Vele yang melihat kedatangan rajanya pun sejak tadi hanya diam. Namun, kediaman itu berubah menjadi keterkejutan tatkala Easter memeluknya dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di leher Vele dan menghirup aroma gadis itu dengan dalam. Sensasi geli Vele rasakan di sana, tetapi entah kenapa tubuhnya tak menolak pelukan tiba-tiba itu.
Vale dan Jake yang berada di ruangan itu pun nampak syok. Pelukan itu terjadi selama dua menit di mana tak ada dari kedua yang ingin mencoba melepaskan diri. Jake yang menyadari situasi ini pun mencoba menyadarkan Easter dengan menyentuh bahu rajanya itu.
"Raja?"
Mendengar suara Jake membuat Vele tersadar. Dengan cepat gadis ini mendorong Easter yang menyebabkan pria itu terdorong dua langkah ke belakang. Semuanya terkejut karena Vele berani mendorong penguasa dunia immortal.
"Dasar pria m***m! Berani-beraninya kamu memelukku!" seru Vele dengan mata nyalang. Hanya ada dua pria yang boleh memeluknya, yakni Albus dan mate nya sendiri.
Easter yang mendengar nada tinggi dari sang mate pun cukup terkejut. Sepertinya ia memiliki mate yang cukup kuat dan sedikit keras kepala mungkin, ia merasakan ini. Easter mencoba mengatur suaranya, dia tetaplah raja di sini.
"Maaf atas semua kesalahan ini, Vele. Bisakah kita bicarakan semuanya secara baik-baik?" Jake menyela. Easter tidak suka ketika Jake dengan leluasanya berbicara dengan mate Easter apalagi Jake lebih tau nama mate nya ini. Sial, Easter selalu terlambat.
"Vele, lebih baik kita duduk. Benar kata Jake, kita harus bicara baik-baik," bisik Vale. Easter yang melihat kedua gadis di depannya tampak kembar pun terkejut.
Vele mengatur emosinya. Dia mengikuti saran Jake dan Vale. Easter dan Jake juga duduk di mana Easter duduk di kursi kebesarannya menatap Vele dengan pandangan penuh.
"Apakah kamu tidak akan meminta maaf kepadaku karena ketidaksopananmu itu, Raja?" tegur Vele. Tak ada nada formal, hanya ada nada kesal dan marah yang Vele tunjukkan.
Mendengar tegurannya membuat Easter tersenyum tipis. "Aku tidak perlu melakukan itu, Nona. Langsung saja ke permasalahannya. Ada kepentingan apa kalian ke sini?" tanya Easter langsung.
Vale menyentuh tangan Vele mengisyaratkan kembarannya untuk bicara baik-baik.
"Aku ingin kamu menghapus peraturan itu. Peraturan yang melarang pernikahan antar bangsa," ucap Vele.
Permintaan gadis ini mengejutkan Easter dan Jake. Tentu hingga sekarang tak ada yang berani menentang peraturan yang Easter buat apalagi protes seperti yang Vele lakukan.
"Maaf, Nona. Aku tidak bisa melakukan itu," jawab Easter dengan aura penguasanya. Meskipun Vele adalah mate nya, tetapi tetap saja sekarang Easter masihlah bertindak sebagai raja.
Penolakan Easter membuat Vele geram. Gadis itu berdiri dari duduknya dan menunjuk Easter dengan telunjuk kanan miliknya tanpa kenal takut. "Kenapa kamu begitu egois?! Kamu telah memisahkan dua orang yang saling mencintai. Kamu telah membuat keluargaku menderita. Kamu yang membuat aku tidak bisa bertemu dengan ayah dan saudaraku. Kamu benar-benar raja yang kejam! Dan aku membenci pria sepertimu!"
Makian yang Vele lakukan membuat Jake dan Vale terkejut sekaligus khawatir. Tak ada satu orang pun hingga sekarang yang berani memaki Easter.
"Turunkan nada bicaramu itu, Nona. Ingatlah aku di sini sebagai apa," ucap Easter dengan tegas.