Cale benar-benar bingung ketika Vele memintanya meliburkan diri hari ini. Vele beralasan jika ia ingin menunjukkan suatu hal yang penting dan dia juga menjelaskan jika mungkin mereka membutuhkan waktu seharian. Tentu Cale tak mengerti, tetapi dengan terpaksa ia ijin tak masuk kerja karena dorongan kuat dari putrinya. Vele yang pemaksa memang selalu berhasil membujuk sang ibu.
Vele dan Cale menuju ke hutan. Vale sendiri juga sudah membujuk Albus untuk libur kerja. Tentu pria itu kebingungan. Tetapi, karena Albus sangat menyayangi Vale, maka ia pun menuruti permintaan putrinya. Keduanya juga sama-sama menuju ke hutan.
Di hutan Cale tak mengerti kenapa ia dibawa ke sini. Sempat berpikir jika apa yang akan Vele perlihatkan bukanlah hal penting, tetapi Cale langsung menghapus pemikiran itu. Vele dan Cale lah yang sampai lebih dulu di rumah pohon. Vele tak langsung membawa Cale masuk ke rumah pohon, dia sedang menunggu kedatangan Albus dan Vale.
"Ayah. Aku ingin bertanya," seloroh Vale disela-sela ia dan Albus memasuki area hutan.
"Apa?"
"Jika diberi kesempatan untuk bertemu Ibu sekali lagi, apa yang akan Ayah lakukan?" tanyanya tiba-tiba. Tentu Albus tak paham karena tiba-tiba putrinya menanyakan hal itu. Namun, pria ini tetap menjawab pertanyaan Vale.
"Mungkin Ayah akan memeluknya. Sudah lama sekali. Tetapi, itu sepertinya tidak mungkin, Nak," jawab Albus. Vale mengangguk. Hari ini apa yang tak mungkin terjadi bakalan terjadi.
"Ibu, lihatlah itu," tunjuk Vele tepat kepada sosok Albus dan Vale yang berjalan ke arah rumah pohon.
Cale memincing, mencoba meneliti siapa dua orang itu. Seketika matanya membulat sempurna. "Albus." Satu nama itu keluar dari bibir wanita ini dan Vele mendengarnya.
Albus mengendus udara. Ini tidak mungkin. Dia mencium bau Cale di sini. Vale tahu jika Albus sudah mendeteksi keberadaan Cale. "Ayah, lihatlah ke depan," perintah Vale sembari menunjuk dua sosok yang menunggu mereka di bawah rumah pohon miliknya.
Albus yang memang adalah seorang werewolf memiliki indra pencium dan penglihatan yang lebih kuat dibanding para wizard. "Cale." Dan satu nama itu lolos dari mulut Albus. Vale senang setiap kali sang ayah menyebut nama sang ibu. Albus dengan kekuatan werewolf langsung berjalan cepat menghampiri tempat Cale dan Vele.
Tangisan Cale pun pecah. Setelah dua puluh tahun lamanya mereka tak bertemu, kini keduanya kembali bertemu lagi. Albus segera membawa Cale ke dalam pelukannya, seperti perkataannya kepada Vale tadi.
Vele dan Vale juga sama-sama terharu. Vale menangis sedangkan Vele nampak lebih tegar dari pada kembarannya ini.
"Albus, kenapa kamu bisa di sini?" tanya Cale menatap sang mate penuh. Sudah lama sekali ia tak merasakan kenyamanan ini.
"Seharusnya aku yang bertanya, Cale. Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Albus kembali.
"A-aku diajak Vele karena dia ingin menunjukkan sesuatu--tunggu dulu." Seakan menyadari jika ini rencana putrinya, Cale langsung mencari keberadaan Vele. Dan dia terkejut ada dua putrinya yang ia yakini adalah Vale.
"Itu Ibu, apakah kamu tidak ingin memeluknya?" bisik Vele kepada kembarannya yang sudah sesenggukan sejak tadi.
Mendengar perkataan Vele membuat Vale langsung berlari dan menubrukkan diri pada Cale. Cale langsung membawa putrinya itu ke dalam pelukannya. "Ibu." Setelah sekian lama akhirnya Vale bisa memanggil seseorang dengan nama itu. Terlihat Cale yang menangis haru memeluk putri yang sudah lama tak ia temui.
Fokus Albus beralih kepada Vele. Gadis itu tampak gugup ketika pertemuan pertamanya dengan sang ayah. Vele yang memiliki sifat berbeda dari Vale pun tampak lebih tenang. Albus menghampiri putrinya itu. "Kamu pasti Vele," tebak Albus. Vele mengangguk. "Tidakkah kamu mau memeluk Ayah?" tanya Albus.
Vele terlihat ragu, tetapi gadis ini tetap memeluk pria itu. Ini adalah kali pertama ia memeluk pria dan dipeluk seorang pria juga. Dan ini benar-benar nyaman. "Kamu sudah besar, Nak. Ayah merindukanmu," bisik Albus. Dia sangat menyayangi Vale dan Vele meskipun Vele cukup jauh darinya.
Mereka pun saling memeluk satu sama lain untuk melampiaskan kerinduan mereka selama dua puluh tahun lamanya. Setelah semuanya membaik, Vale mengajak mereka ke rumah pohon miliknya. Di sana benar-benar cukup untuk mereka gunakan mengobrol. Rencana yang Vale dan Vele buat ternyata membuahkan hasil.
"Bagaimana kalian bisa tahu?" tanya Cale segera. Ia masih tak menyangka bisa bertemu Albus dan Vale.
Vale dan Vele saling pandang dan tertawa. "Ceritanya panjang Ibu, yang jelas aku menemukan Vele pertama kali di hutan ini. Tepat ketika dia dikejar-kejar oleh beberapa vampir brutal," jelas Vale yang langsung membuat kedua orang tua mereka khawatir.
"Kamu seharusnya tidak ke sini, Vele. Ibu sudah katakan jangan bermain terlalu jauh," tegur Cale.
"Aku bosan di rumah, Bu. Makanya aku coba ke hutan," sahut Vele.
"Sudahlah, yang terpenting kedua putri kita selamat," sela Albus. Vele tahu jika sang ayah adalah orang penyabar, mungkin sama sifatnya dengan Vale. Sedangkan Cale sendiri bersifat tegas dan sering mengomeli Vele.
"Ibu, pulanglah bersama kami. Aku merindukan Ibu dan Vele. Ayah pasti juga begitu," pinta Vale. Cale menatap putrinya dengan sendu. Tentu sejak dulu ia ingin hidup bersama Albus, Vele, dan Vale, tetapi peraturan raja vampir menghantuinya. Dia tak ingin nantinya semuanya mendapat hukuman di mana seumur hidupnya mungkin ia tak akan bisa bertemu dengan kedua putrinya lagi termasuk Albus juga.
"Nak ... Ayah tau jika kalian pasti menginginkan keluarga kita kembali utuh, tetapi itu tidak bisa kita lakukan karena peraturan tetaplah peraturan. Jika kita memaksa, mungkin semuanya akan semakin memburuk," jelas Albus mencoba membantu Cale memberi pengerikan kepada kedua putri mereka.
"Ayah ... kita bicara saja kepada raja vampir. Sudah dua puluh tahun berlalu, apa mungkin dia tega menghukum Ayah dan Ibu?" sela Vele. Gadis ini benar-benar berani yang mana Vale sedikit tak setuju dengan ide Vele yang akan menemui sang raja.
"Vele, ini semua tidak akan mudah. Raja vampir terkenal tegas dan tidak suka dibantah. Ayah tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk kepada kalian. Biarkanlah kita hidup seperti ini. Kita bisa saling mengunjungi satu sama lain atau bertemu di sini," kata Albus.
Vele tentu tak menyukai hal itu. Ia ingin tinggal bersama keluarganya secara utuh. "Ayah, Ibu, Vele ... tadi aku membuat beberapa kue. Silakan dicoba." Vale mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia tahu Vele tak akan menyerah sebelum bisa berbicara dengan raja vampir mengenai peraturan itu.
Keempatnya menghabiskan waktu bersama di rumah pohon hingga sore hari. Untung saja baik Vale dan Vele membawa makanan untuk mereka santap.
Vale dan Albus mengantar Cale dan Vele ke perbatasan. Perpisahan mau tidak mau harus mereka lakukan. Semuanya kembali bersedih. Sekali lagi mereka saling memeluk satu sama lain dan berjanji akan bertemu lagi.
"Jaga Vale baik-baik. Kapan-kapan aku akan mampir ke rumah kalian," ucap Cale kepada Albus.
"Aku juga, jagalah Vele dan kami akan berkunjung ke rumah kalian," balas Albus.
"Ibu ... jaga diri baik-baik ya. Jangan bekerja terlalu keras, banyak-banyaklah istirahat," ujar Vale penuh perhatian kepada sang ibu. Cale tersenyum hangat.
"Vale. Jangan lupa besok ketemu di rumah pohon. Kamu sudah janji, bukan?" kata Vele mengkode kembarannya. Vale pun mengangguk saja padahal dia tak menjanjikan apa pun.
Cale dan Vele pun masuk ke wilayah wizard. Albus dan Vale berbalik untuk kembali ke wilayah mereka. Kali ini hanya Albus yang berubah wujud, sedangkan Vale nampak memilih duduk di punggung sang ayah.
"Jika bepergian dengan Vale jangan terlalu jauh, Vele. Akhir-akhir ini Ibu mendengar juga perihal vampir-vampir yang tak terkendali di mana sering menyerang warga," kata Cale memperingati putrinya.
"Tenang, Bu. Ada Cesse serigala milik Vale. Dia sangat kuat," sahut Vele dengan bangga.
----
Jangan lupa komen ya ^^