biasa tapi tapi kok rasanya tak biasa
Hari ini hari pertama Dika pindah kerja. Dika bekerja sebagai seorang manager di perusahaan yang bergerak di bidang property. Dihari pertama bekerja, Dika tidak ingin terlambat. Sesampainya di kantor baru, Dika menyapa semua orang yeng berpapasan dengannya. "Semangat Dika, Semangat Dika" Ia menyemangati dirinya sendiri saat hari pertama bekerja di tempat yang baru. Begitulah kebiasaan yang dimiliki oleh Dika jika dia gugup. Sebenarnya tidak ada masalah dengan tempat kerja lamanya, setelah bekerja selama kurang lebih tiga tahun, Dika sudah kerasan sebagai seorang marketing executive. Selama bekerja, Dika selalu menjadi top sales. Karena itu Dika mendapat banyak tawaran di perusahaan lain dengan gaji yang lebih besar. Dika memutuskan untuk menerima tawaran di tempatnya sekarang karena masukan dari orang tuanya. Fyi Dika adalah anak yang penurut dan taat kepada kedua orang tuanya. " Selamat pagi, selamat bekerja Pak" Dika disapa oleh salah seorang staf saat sampai di kantor. "Selamat pagi, terima kasih." Dia membalas sapaan dari staf tersebut sambil melemparkan senyum termanisnya. Dika senang karena ia disambut dengan sangat baik dan welcome oleh staf yang bekerja. "Susan, tolong antarkan Pak Dika ke ruang kerjanya ya. terima kasih" Salah satu manager meminta Susan untuk mengantarkan Dika "Baik Pak Andre" sahut Susan "Silahkan Pak Dika, saya antarkan ke ruangan Bapak." "Oh iya, baik, terima kasih ya" Dika menjawab Dika punya feeling, entah kenapa sepertinya ada aura-aura positif diruangannya. Hal ini membuat Dika berpikir, bahwa hari ini akan ada yang special untuk harinya. tapi apa ya?? "Oya Pak, pagi ini ada meeting rutin dengan para marketing ya. Sekalian Bapak bisa memperkenalkan diri serta mengenal marketing-marketing yang Bapak bawahi" Susan memberitahukan kepada Dika akan jadwal meetingnya pagi ini "Ok, nanti tolong kabari saya jika semua sudah siap ya. terima kasih... Oh iya, apa boleh saya panggil anda Susan" "Iya, boleh Pak. Maaf saya lupa memperkenalkan diri. Saya Susan, saya sebagai Customer Service di sini. Jika Bapak butuh bantuan saya bisa telepon ke extension saya ya Pak. Terima kasih." "Terima kasih, sama-sama ya Susan" sahut Dika Satu persatu staf yang bekerja mulai berdatangan. Kebetulan ruangan Dika hanya dibatasi dengan kaca yang menghadap ke arah pintu masuk kantor. Karena Dika tiba lebih pagi, Dika bisa melihat satu persatu orang-orang yang masuk ke kantor. "kring..kring..." telepon di meja berdering. Dika segera mengangkatnya :"Iya, Halo.." "Maaf Pak, sebentar lagi meeting mau dimulai, Bpk dipersilahkan masuk ke ruang meeting. Ruang meeting ada disebelah kiri dari ruangan Bapak ya." Suara dari balik telepon."ok, saya segera ke sana. Terima kasih Susan." sahut Dika. Tidak butuh waktu lama untuk Dika mengenali suara Susan. Fyi lagi, Susan adalah seorang gadis yang sopan, berpenampilan sopan tetapi juga menarik serta profesional dalam melakukan pekerjaannya. Cukup banyak kaum adam yang menyukainya. :) Dika segera bersiap-siap menuju ruang meeting. sampai di depan pintu yang tertulis "Ruang Meeting", Dika menarik nafas panjang sambil menyemangati dirinya sendiri. "Dika..jangan gugup. everything is ok. Loe bisa memimpin meeting dihari pertama dengan baik... Ayo..semangat." kata hati Dika. Kreek...Dika membuka pintu ruang meeting. Semua marketing yang berada di dalam ruangan serentak mengucapkan salam "Selamat Pagi Pak..." Mereka tentunya sudah mengetahui akan adanya manager baru yang akan memimpin mereka. "Selamat pagi juga semuanya..." seperti biasa Dika membalas salam mereka dengan melemparkan senyuman terbaiknya. Dika tiba-tiba menjadi gugup. Entah kenapa perasaan itu bisa muncul begitu saja. Tapi Dika berusaha mengatasinya dengan berbicara kepada diri sendiri seperti biasa. "Tenang Dika...tenang ya.." Dika menuju tempat duduknya. "Silahkan perkenalkan diri Pak." kata Pak Andre. "Perkenalkan nama saya Dika. Saya bersama Pak Andre yang akan memimpin dalam penjualan produk property kita yang akan launching dalam waktu dekat. Mudah-mudahan kita bisa bekerja sama dan kompak dalam pemasaran serta bisa mencapai target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan." Saat memperkenalkan diri, mata Dika melihat ke semua marketing yang berjumlah sekitar 20 orang. Karena saat itu masih ada beberapa yang berhalangan hadir dikarenakan sudah memiliki janji dengan client. Jumlah marketing wanita dan pria tidak jauh beda. jumlahnya hampir seimbang. Tapi yang menarik perhatian adalah orang-orang yang di rekrut oleh perusahaan rata-rata masih sangat muda. Umur mereka bisa ditebak sekitar 20an saja. Semua marketing berpenampilan sopan dan menarik. Oh iya, peraturan di kantor tempat Dika bekerja tergolong unik. mau tau kenapa?? Di salah satu tembok ruang meeting, terpampang tulisan "Dilarang memakai rok di atas lutut." lucu gak sih? hehe. kayak anak sekolah ya. Tapi Dika sangat salut dengan peraturan seperti itu. Karena biasanya di tempat lain, hal berpakaian dibebaskan dan terkadang untuk wanita "sedikit fulgar" apalagi yang berprofesi sebagai marketing. Tapi gak semua seperti itu ya :) Walaupun cara berpakaian tidak menentukan sikap dan prilaku seseorang, tapi setidaknya jika kita melihat cara berpakaian seorang wanita yang terlalu terbuka, pasti serta merta kita akan reflek mencap orang tersebut juga berkelakuan minus juga. Cara berpikir seperti tidak untuk ditiru ya. hehe Dengan adanya peraturan seperti ini di perusahaan, bisa dibayangkan betapa sopannya pakaian yang dikenakan oleh para marketing wanita yang ada di sana. Adem liatnya. :). Dandanan mereka juga terlihat natural. Cantik alami deh pokoknya :) Dengan penampilan mereka yang sopan, semua marketing di situ terlihat muda, ganteng dan cantik semua. umur Dika juga baru beranjak 25 tahun. Jiwa muda pasti sangat kental di sini ya.:) Setelah Dika memperkenalkan diri, kini giliran para marketing yang memperkenalkan diri mereka. Tiba giliran seorang gadis yang memperkenalkan diri. Jujur, gadis ini sangat menarik perhatian Dika. selain memiliki wajah yang menurut Dika paling cantik, ia juga memiliki badan yang proporsional. "Perkenalkan nama saya Dela. Selamat bekerja ya Pak Dika." Suaranya yang lembut membuat Dika terpana dan gugup saat mengucapkan "Terima kasih" Setelah semua selesai memperkenalkan diri, meeting dilanjutkan dengan pembahasan rencana kerja ke depan untuk meningkatkan penjualan. Dika cukup nyaman di hari pertama bekerja sepertinya semuanya lancar-lancar saja. Dika hanya perlu beradaptasi dan mengenal marketing-marketing yang dibawahinya supaya tercipta hubungan yang baik antara mereka. Jam makan siang telah tiba. Dika menelpon mamanya. "Ma, udh makan? Dika lagi mau cari makan siang nih dengan teman-teman." ujar Dika. "Udah, barusan mama udah makan. ya sudah, kamu makan dulu sudah siang."sahut mamanya. So sweet banget ya. Anak dan mama punya hubungan yang sangat harmonis. Tapi Dika bukan anak mami yang manja ya. Dika sangat mandiri. Karena didikan dari orang tuanya yang sejak kecil sudah membentuk anak-anak mereka menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki karakter yang baik serta bertanggung jawab. Dika sebenarnya berasa dari keluarga ya cukup mampu. Papanya memiliki usaha di bidang meterial bahan bangunan. Sudah menjadi rahasia umum seorang pengusaha barang material memiliki penghasilan yang cukup besar. Dika memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan. Mereka bertiga termasuk good looking semua. Karena mama papanya juga berparas cukup elok. Selesai menelpon mamanya, Dika menuju ke ruangan tempat para marketing berkumpul. Dela juga masih berada di sana. "Teman-teman, sudah waktunya istirahat dan makan siang. Biasanya pada makan dimana?" "Jef, kasih tau Pak Dika tuh..kantin yang enak deket sini yang mana aja." celetuk Daniel salah satu marketing d situ. "Oh iya Pak. Di sini ada beberapa tempat makan favorit anak-anak kalau makan siang. Kalau mau restoran ada. Kantin juga ada Pak. Bapak maunya makan di mana?" timpal Jeffry. "udah, yang gampang-gampang ajalah. Kita makan di kantin aja gimana?" kata Dika. "Boleh..boleh. yuk teman-teman, kita temenin Pak Dika makan di kantin. Siapa aja nih yang mau ikut?" kata Jeffry. Ada beberapa anak yang ikut. Jeffry, Daniel, Nia dan...Dela. :) Sesampainya di Kantin. Mereka akan memesan makanan. "Di sini yang enak apa ya?" Dika bertanya. "Ayam kalasannya boleh dicoba Pak. Lumayan enak." sahut Nia. "Ok.Thank you. Saya coba deh." jawab Dika. Setelah selesai memesan makanan, mereka mencari tempat duduk. Mereka memilih ourdoor untuk menikmati makanannya. Sambil makanan mereka mulai ngobrol satu sama lain. "Gimana Pak? enak gak makanannya?" Nia bertanya. "Enak kok. Tempatnya juga lumayan bersih. Oh iya, btw kalau di luar kantor cukup panggil gue Dika aja ya. biar lebih akrab. Umur gue juga gk terlalu jauh kok dari kalian." jawab Dika. "Siap Pak...eh Dika.".Sahut Jeffry sambil tertawa kecil. Suasana langsung terasa cair setelah Dika berkata demikian. Mereka mulai menyukai Dika yang apa adanya. Rendah hati dan tidak sombong haha.. Dika percaya bahwa mereka bisa bersikap profesional dan bisa menempatkan diri dimana mereka berada. Saat ngobrol, hanya Dela yang cukup pendiam, tidak banyak bicara. Hanya sesekali memainkan handphonenya. Ehm...ini membuat Dika penasaran gak ya? fyi lagi. Dika adalah seseorang yang tidak mudah mengagumi wanita ataupun jatuh cinta. Dika pernah pacaran satu kali. Hanya saja hubungannya kandas di tengah jalan karena ketidakcocokan satu sama lain. Dika menganggap saat itu dirinya masih terlalu muda. Sejak saat itu Dika belum mendapat pasangan lagi alias jomblo hehe.. Sambil sesekali melirik ke arah Dela, Dika mulai memperhatikan Dela. Gak tau sejak kapan, Dika mulai melirik ke arah Dela. Biasanya Dika sangat jarang mau curi pandang ke kaum hawa. Walaupun hati Dika berkata bahwa dia tidak ada rasa dengan Dela, tetapi tidak tau kenapa, matanya selalu tertuju kepada Dela. Kembali hati Dika berkata. " Udah donk Dika, jangan bikin malu. Ntar ketauan kalo loe lirik-lirik Dela." Percakapan saat itu tidak berlangsung lama. Karena waktu terasa cepat berlalu. Mereka harus segera kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Pada saat jam pulang kantor, terdengar Daniel bertanya kepada Dela. "Del, balik ama gue yuk. Gue anter. Mobil loe kan masih di bengkel." "Emang loe gak ada kerjaan. Anterin gue dari ujung ke ujung. Rumah loe kan jauh dari rumah gue. " Dela bercanda. "Hehe..ya gak apa-apa juga sih. Orang gue juga gak ke mana-mana kok." jawab Daniel. "Gak usah deh. G bisa naik taksi online aja. Simple dan gak ngerepotin." Kata Dela. "Ehm..ama gue aja Del Kebetulan gue ada urusan ke arah rumah loe. Deket banget lagi sama rumah loe." Celetuk Jeffry. "Beneran? Emangnya loe ada urusan apa kalau boleh tau." sahut Dela "Ehm..ehm...ehm itu. Itu.....Gue lagi ada janji client ke arah sana. Dia bisanya habis jam pulang kantor." Jawab Jeffry terbata-bata. "Udah deh. Gak usah boong. Gue gak mau merepotkan. Gue bisa pulang sendiri kok. Paling beberapa hari lagi mobil g udah beres kok. By the way thanks ya. Tenang aja, gak ada yang berani culik gue..Guekan makannya banyak.." sahut Dela sambil bercanda. Dela tidak ingin ada yang tersinggung dengan penolakannya. Satu rahasia mulai terbuka. Ternyata Dela banyak disukai oleh teman-teman pria di kantor lho. Ya iyalah...secara diakan cantik. Dika aja suka..walaupun Dika gak mau mengakuinya. Mungkin masih terlalu dini untuk mengatakan suka ya. :) Setelah selesai siap-siap, Dika keluar dari ruangannya. Sesaat Dika merasa ingin buang air kecil. Dia melihat masih ada beberapa marketing yang masih berada di kantor. Karena jarak rumah Dika yang cukup jauh, Dika tidak ingin menahan buang air kecil. Apalagi jika nanti di jalanan terkena macet. Dika menuju toilet pria yang berada di sebelah toilet wanita. Saat melewati toilet wanita, terdengar seperti suara orang menangis lirih.. Dalam hati Dika berkata. "Apaan tuh? Dika tidak ingin ambil pusing dengan suara tersebut. Apalagi ini hari pertamanya Dika bekerja. Ia tidak ingin terkesan kepo. Dika melanjutkan ke toilet pria. Selesai buang air kecil, Dika mau tidak mau harus melewati toilet wanita terlebih dahulu. Saat sampai di depan toilet wanita, tiba-tiba Dela keluar dari toilet bersama dengan Adit salah satu marketing di kantor itu juga. Terlihat Adit sedang menenangkan Dela. Muka Dela terlihat sembab seperti habis menangis. Rasa hati ingin bertanya kepada Dela kenapa menangis. Tapi hati kecil Dika berkata , "Udah deh Dika. Jangan kepo. Bukan urusan loe." Akhirnya Dika mengurungkan niatnya untuk bertanya dan melanjutkan kembali ke ruangannya untuk mengambil barang-barangnya dan segera pulang. Setelah berpamitan dengan teman-teman yang masih berada di kantor. Dika menuju ke arah mobilnya. Hati Dika masih bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan Dela. Bukan ada apa dengan cinta ya. hehe Dika berusaha melupakan apa yang ia lihat barusan di toilet wanita. Tapi kembali rasa penasaran itu muncul. Dika masih bertanya-tanya apa hubungan Adit dengan Dela. Apa mereka ada hubungan spesial atau apa. Dan kenapa Dela menangis. Akh....kenapa kejadian ini sangat mengganggu pikirannya. Dika berkata dalam hati. "Udah..udah..mendingan konsentrasi nyetir aja. Gak usah suudzon. Jangan ambil kesimpulan sendiri. Lagian mereka ada hubungan atau gak bukan urusan loe juga kan.." Dika akhirnya berdamai dengan diri sendiri. Dia mulai berkonsentrasi menyetir mobil karena jalanan menuju pulang mulai macet. Dika suka mendengarkan musik saat menyetir. Hal itu bisa membuatnya menjadi lebih rileks walaupun kondisi jalan sedang macet. Malam hari saat waktunya makan malam. Semua berkumpul di meja makan. Ini merupakan waktunya kumpul keluarga. Ini juga waktu yang dinanti-nantikan oleh semua anggota keluarga karena bisa saling bercerita dan pengalaman dalam satu hari itu. Saling memberi masukan dan saling bercanda ria..Keluarga ini memang jarang sekali berselisih paham karena mereka selalu menjaga komunikasi yang baik dalam keluarga. Ohh...so sweet... Kan udah dikasih tau ...bahwa Dika memiliki keluarga yang harmonis. hehe Kakak laki-laki Dika hanya selisih 1 tahun dengan Dika. sedangkan adik perempuan Dika berjarak 3 tahun dengan Dika. Mereka terlihat sangat kompak satu sama lain. Lucunya adalah tipe cewek Dika hampir sama dengan kakaknya. Pernah ada kejadian lucu saat masih SMA, mereka menyukai cewek yang sama. Cewek yang mereka suka tidak bisa memutuskan memilih yang mana. Karena Dika dan kakaknya merupakan cowok idaman semua wanita juga. haha Selain rendah hati dan tidak sombong, Dika dan kakaknya punya sifat yang sangat baik. Sopan dan sangat menghargai wanita. Karena itu mereka sangat diidolakan di sekolah. Tapi itu jaman-jaman masih cinta monyet ya.hehe. kan masih SMA. Akhirnya mereka berdua sepakat untuk tidak jadian sama cewek itu. Nyesel donk ya ceweknya..^^ Saat ngobrol sehabis makan malam, Mamanya Dika bertanya ,"Dika, gimana hari pertama kamu bekerja?""So far so good Ma, semua lancar. Ini juga berkat saran dan dukungan dari Mama dan Papa. Makasih ya." sahut Dika."Iya, sama-sama. Syukurlah kalau begitu. Mama dan Papa ikut seneng dengernya. "Mamanya Dika bertanya kepada kakaknya." Diki, cewek yang Diki taksir kemaren gimana? kenalin ke mama donk. Temenan dulu aja sambil mengenal satu sama lain." Diki menjawab, "Mama....kan Diki udah bilang, Diki baru beberapa kali ketemu. Itu juga karena kebetulan. Diki belum sempat berkenalan. Kalau memang itu jodoh dari Tuhan pasti ketemu lagi." "Iya, mama do'ain supaya anak-anak mama semua Tuhan berikan jodoh yang terbaik dari Tuhan ya." kata mamanya Dika "Amin...amin.." Semuanya anaknya mengamini do'a mamanya. Papanya Dika menoleh ke arah adiknya Dika dan bertanya, "Adek gimana? Lamaran kerjanya udah ada yang diterima belum? " Sebenarnya nama adeknya Dika adalah Dina. Tetapi lebih sering di panggil adek karena merupakan anak paling kecil dan boleh cukup dimanja. Dina belum lama lulus kuliah. Sudah ada beberapa panggilan kerja tetapi Dina menolaknya dikarenakan lokasi tempat kerja yang terlalu jauh. Karena itu Dia masih berusaha mencari kerja di tempat lain."Belom Pa, do'in aku ya. Aku udah ajukan lamaran di beberapa tempat, mudah2an aja dalam waktu dekat dapat penggilan." jawab Dina"Pasti sayang, Papa pasti do'akan yang terbaik untuk kamu." sahut Papanya. Dika berbaring di tempat tidurnya. Biasanya Dika bersantai sambil menonton televisi hingga terasa mengantuk baru Dika mematikan lampu dan tidur. Tiba-tiba Dika teringat dengan kejadian di kantor tadi siang. Rasa penasaran masih ada, tetapi Dika berusaha mengalihkan pikirannya. Dika mematikan televisi dan lampu. Dika berusaha untuk memejamkan mata, berdoa dan tidur, karena waktu sudah cukup larut.. "Dika, Diki, Dina..ayo sarapan dulu.." Mamanya Dika memanggil.DIka berlari menuruni tangga. Sampai di meja makan Dika melihat roti yang sudah disiapkan oleh mamanya dan berkata, " Ma, aku bawa aja ya rotinya. Aku pengen lebih pagi sampai di kantor."" Ya sudah, tapi jangan lupa di makan ya Nak." sahut mamanya."Siap Ma." Dika menjawab mamanya. Dika mengambil roti, mencium mamanya dan menuju ke arah mobil. Dika membuka ruangan kantornya dan mau memulai pekerjaannya. Ruangan sudah bersih walaupun Dika sampai lebih pagi. Di meja juga sudah tersedia teh. Dika memegang gelasnya dan terasa teh tersebut masih hangat. Dika senang dengan cara kerja karyawan di kantor tempatnya bekerja. Dika duduk dan tidak lupa berdo'a sebelum memulai pekerjaannya. tok..tok..tok.. terdengar seseorang mengetuk pintu ruangan Dika. Dika terkejut seketika karena terlihat dibalik pintu kaca Dela sedang mngetuk pintu. "Silahkan masuk." Dika berusaha tenang dan mempersilahkan Dela masuk."Pak, maaf. Saya mau meminta izin keluar sebentar bersama anak-anak yang lain, kami sudah ada janji dengan client untuk memperkenalkan produk baru kita. Setelah jam makan siang seharusnya sudah kembali ke kantor.""Oya, nanti saya tunggu laporannya setelah kembali ke kantor ya. Semoga hasilnya baik dan client kalian berminat ya.""Amin, terima kasih Pak Dika." sahut Dela"Iya, sama-sama." sahut Dika.Hati Dika entah kenapa merasa senang sekali saat melihat senyuman Dela yang sangat manis dan pastinya membuat semua kaum adam terpesona. Saat jam makan siang, Dika meninggalkan kantor dan menuju ke sebuah pusat perbelanjaan di dekat kantor. Sambil menghilangkan penat Dika berniat untuk makan siang dan melihat-lihat di situ.Sesampainya di sana, Dika mencari tempat makan sambil memilih makanan yang bisa menggugah selera makan siangnya. Kemudian Dika memutuskan untuk menyantap steak. Dika mencari tempat duduk yang berada di pojok yang hanya memiliki dua bangku saja. Karena Dika hanya sendirian. Setelah memesan makanan, terlihat ada dua orang wanita yang masuk ke restoran dan duduk di meja yang berada di seberangnya Dika. Kebetulan suasana di tempat tersebut tidak terlalu ramai. Hanya terdengar musik yang diputar dengan suara yang kecil . Terdengar kedua wanita yang baru masuk tadi asyik ngobrol"Dela anaknya sih baik. Tapi kasian juga ya, harus menghadapi masalah yang cukup rumit. Mudah-mudahan saja dia kuat melewati semua." "Iya ya, g juga kaget bisa ada kejadian seperti ini. Tapi g yakin, Dela anak yang kuat. Dia pasti sanggup melewati semuanya. Untungnya Dela dikelilingi oleh teman-teman yang selalu memberinya support dan banyak orang yang bisa menghiburnya."Tanpa sengaja Dika mendengar pembicaraan dari kedua wanita tersebut. Dika berpikir dalam hati, sebenarnya Dela yang mereka maksud itu siapa? masa iya sih, kebetulan sekali kalau Dela yang dimaksud adalah marketing di kantornya. "Silahkan Pak." terdengar pramusaji mengantar makanan kepada Dika. "Terima kasih ya mba, boleh minta sambelnya lagi mba? " Dika menjawab"Boleh Pak, sebentar ya Pak." sahut pramusaji"Iya, terima kasih ya mba.." DIka menjawab "Persiapan pernikahannya Dela kemaren katanya sudah sembilan puluh persen. Pihak gedung juga sudah tidak bisa mengembalikan uang sama sekali karena waktunya sudah terlelu mepet. Belum lagi undangan yang sudah tersebar. Kasian sekali Dela ya."" Iya, kita do'akan saja yang terbaik untuk Dela ya. Sampai saat ini Dela masih berusaha tegar dan bekerja seperti biasa.""Teman-teman kantornya juga bilang kalo Dela suka menangis jika teringat akan masalahnya."Kembali terdengar obrolan dari kedua wanita tersebut. Kali ini rasa penasaran Dika mulai muncul lagi. "Kenapa semua seperti kebetulan lagi ya?" DIka berpikir dalam hati. Karena kemaren DIka baru saja melihat Dela menagis dan teka teki itu belum terungkap kenapa Dela tiba-tiba menangis. "Apakah ini benar-benar Dela yang sama?" Dika kembali berbicara sendiri."Akh..gak mungkin deh. Ini pasti kebetulan saja. lagi...??"Pikiran Dika kembali berkecamuk. Setelah itu terdengar kedua wanita itu membicarkan masalah yang lain lagi.Makanan Dika sudah habis, jam istirahat juga sudah hampir habis. Dika memutuskan langsung kembali ke kantor. Sesampainya di kantor, Dika melihat Dela dan teman-temannya juga sudah sampai kantor."Selamat siang semuanya..sudah balik kantor? Apa sudah makan siang?" tanya Dika."udah Pak, tadi sekalian makan siang dulu baru balik kantor." jawab Jeffry. Dika masuk ke ruangannya. Dika melanjutkan pekerjaannya mengatur jadwal pameran dan sebagainya. "tok..tok..."Terdengar suara mengetuk pintu. Dia melihat ke pintu dan terlihat Dela di depan pintu. "Silahkan masuk Dela..gimana..hasilnya ok?" tanya Dika "Iya Pak, kemungkinan besar client yang tadi kami temui mau ikut investasi beberapa unit rumah yang akan kita bangun Pak. " sahut Dela "Syukurlah kalau begitu. Mudah_mudahan semuanya lancar ya. Terus gimana?"tanya Dika lagi. "Nanti akan ada penawaran harga yang akan kita ajukan kepada mereka, setelah saya siapkan semua, saya akan antarkan ke Bapak dan minta tanda tangan dari Bapak ya." jawab Dela. "Ok kalau gitu. saya tunggu." "Baik Pak, saya permisi ya Pak." sahut Dela Besok adalah hari Sabtu. Biasanya hari Sabtu ditempat Dika bekerja mereka pulang jam 14.00 wib. "Loe besok mau kemana? Udah acara belom? Gebetan loe kemaren gimana? Udah mau gak diajak jalan?" Tanya Jeffry kepada Daniel. "Eh..jangan ngomong gitu donk di depan Dela. Kan gue sukanya sama Dela" sahut Daniel "Tapikan Dela gak suka sm loe." sahut Jefrry tidak mau kalah. "Emangnya Dela suka sm loe? Gak juga kan? hahaha.." sahut Daniel. "Dela jangan marah ya. Kita cuma bercanda. Biar loe seneng dan melupakan semua masalah loe." Terdengar candaan mereka di depan. "Gimana kalau kita besok hang out bareng. Jarang-jarangkan kita bisa heng out bareng. Karena kemaren Dela sibuk dengan urusannya, loe,loe, loe juga..hehe?" Daniel bercanda sambil menunjuk teman-temannya. "Boleh aja, mau kemana? Makan, nonton atau ada ide lain? Tapi siapa aja nih yang ikut? Rame-rame donk biar seru." Jeffry menimpali. " Kita kuliner aja. Katanya ada pembukaan China Town baru tuh. Banyak makanan enak-enak di sana." sahut Daniel "Nonton juga asyik..Ada film horor baru, katanya sih seru banget filmnya. Kakak gue udah nonton kemaren." Timpal Adir. "Gak akh..gue gak suka nonton film horor. Yang lain aja deh." sahut Dela Akhirnya mereka memutuskan untuk berkumpul di mall tanpa ada acara pasti mau ngapain aja. Tiba - tiba Dika keluar dari ruangan. " Jadinya besok pada mau ke mana? hehe. Sorry tadi gak sengaja nguping." Dika bertanya. "Oh Iya Pak Dika, besok mau jalan-jalan di mall Pak. Kayak anak ABG gitu deh..haha.. ikutan yuk Pak." sahut Daniel "Ganggu gak kalau saya ikut juga?" Tanya Dika. "Sama sekali gak ganggu Pak." Kali ini Dela yang menjawab "Boleh, kalau gitu besok saya ikut ya." sahut Dika Akhirnya deal, besok mereka akan jalan-jalan bareng di mall. Malam hari saat mau tidur, hati Dika tiba-tiba berdebar-debar. Dika bingung kenapa bisa begitu. Padahal hanya akan hang out bareng teman-teman kantor aja. Tidak ada yang spesial. Eits...tunggu dulu. Beneran gak ada yang spesial?? Apa karena ada Dela? Dika berusaha mengingatkan diri sendiri bahwa perasaannya biasa saja kepada Dela. Tapi setiap kali ada hal yang berhubungan dengan Dela kenapa rasanya tidak biasa ya? Biasa tapi kok rasanya tidak biasa ya?? oh...no...jangan-jangan tanpa disadari Dika memang menyimpan rasa kepada Dela. Malam ini rasanya begitu panjang, karena Dika tidak bisa tidur. Pikirannya ke sana kemari. Besok mau memakai baju apa? Pakai parfum yang mana? idih..Dika jadi malu sendiri. Dika mematikan lampu, mematikan televisi dan berusaha menutup rapat matanya supaya bisa tidur. kring................... Dika dibangunkan oleh suara bekernya. Dika segera bersiap-siap untuk ke kantor. Dika mengenakan pakaian casual karena hari ini adalah hari Sabtu. Memakai parfum yang fresh tapi tetap gentleman. Dika terlihat keren dengan gaya pakaian yang dikenakan. Sesampainya di kantor. Dika di sapa oleh Susan. "Selamat pagi Pak DIka." "Selamat pagi.." Dika membalas salam dari Susan. Dika segera menuju ruangannya. Terlihat teman-teman marketing sudah banyak yang sampai di kantor. Belum terlihat ada Dela di situ. Setelah meletakkan tas kerjanya, DIka berjalan menuju ke toilet. Saat melewati toilet wanita, DIka mendengar suara seseorang berbicara lewat telepon dengan suara agak tinggi. "Gak usah telepon-telepon aku lagi. Urusan kita udah selesai. Jangan ganggu-ganggu aku lagi. Tolong biarkan aku menjalani hidup dengan tenang." terdengar suara tangisan setelah bertengkar di telepon. Dika tidak ingin terlihat seperti sedang menguping. Dika segera masuk ke toilet dan buang air kecil. Setelah selesai dan melewati toilet wanita, sudah tidak terdengar suara tangisan lagi. Dika segera menuju ke ruangannya. Dika melihat sudah ada Dela di ruangan marketing. Mata Dela terlihat sembab. "Apa tadi yang nangis itu Dela ya?" hati Dika bertanya-tanya. Sepertinya banyak teka-teki yang belum tertebak dari diri Dela. Walaupun matanya sembab, Dela tetap berusaha untuk tersenyum. Tapi bisa melihat dari matanya, Dela pasti sedang hancur menghadapi masalahnya. Tapi Dika belum bisa ikut campur untuk masalah Dela yang baru dikenalnya beberapa hari. Dika juga tidak tahu pasti apa yang sedang dihadapi oleh Dela. Pada jam kerja, masing-masing marketing melakukan pekerjaan mereka. Ada yang follow up client, ada yang menyiapkan penawaran, dan sebagainya. Dika sendiri mengecek apa saja yang harus dipersiapkan menjelang pameran yang akan diadakan dalam waktu dekat. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.45. Sebentar lagi jam kerja sudah selesai. Pada hari Sabtu kebanyakan dari mereka makan siang di kantor sambil mengerjakan tugas masing-masing. Mereka meminta office boy untuk membelikan makanan. Waktu pulang kantor jam 14.00 WIB hari ini rasanya bergerak sangat cepat dikarenakan kesibukan masing-masing. Semuanya bersiap-siap membereskan barang-barang mereka karena waktu pulang sudah dekat. Pukul 14.15 WIB ada yang sudah pulang dan ada juga yang masih betah di kantor. Anak-anak yang sudah janjian untuk hang out bareng sudah terlihat berkumpul. Ada Dela, Jeffry, Daniel dan Adit. Mereka memang terlihat kompak satu sama lain. "Kok belum pada pulang? Betah amat di kantor?." Terdengar suara Susan bertanya sambil bergurau kepada teman-temannya. "Oh iya...Si Susan lupa kita ajak tuh." ujar Adit "Emangnya pada mau ke mana sih? ajak-ajak donk. gue lagi kosong nih. Alias gak ada acara malam mingguan. " "Yuk, ikutan kita-kita aja ngemall." jawab Dela "Boleh donk. Daripada manyun di rumah." sahut Susan Dika keluar dari ruangannya. "Udah siap semua? yuk kita jalan. udh siang juga." kata Dika. "Ayo..." semuanya menjawab kompak. "Yang ikut mobil gue siapa aja?" tanya Daniel. "Gue ikut loe ya Niel." Susan meminta. "Gue langsung aja ya ketemu di mall. Gue bawa motor." Setelah semua mendapat tumpangan, tiba-tiba Dela berkata." Gue ikut Pak Dika aja ya. Kasian Pak Dika gak ada temennya." Seketika mereka saling berpandangan. Tapi Dika berusaha mencairkan suasana dan berkata." Boleh donk..ayo kalau gitu kita berangkat sekarang. Udah siang juga." Sebenarnya hati Dika dag dig dug duer.... Grogi bercampur senang. Tapi Dika berusaha menutupi itu semua. "Dika, mungkin ini salah satu pertanda kalo loe ada jodoh sama Dela." tiba-tiba hati Dika berkecamuk. "Ngaco, jangan berpikiran yang aneh-aneh ya. Dela cuma kasian loe aja kalo sendiri gak ada temennya. So, jangan ge-er ya. " hati Dika berbicara lagi "Bapak parkir di mana?" Dela membuyarkan lamunan Dika. "Eh..iya. di situ". Dika menunjuk tempat mobilnya diparkir. "Silahkan..." entah panggilan dari mana yang membuat Dika tiba-tiba membukakan pintu mobil untuk Dela. "Makasih Pak Dika." Dela tersenyum. Hati Dika berdegup semakin kencang. Lagi-lagi yang rasanya seperti biasa dan tidak ada apa-apa kenapa menjadi seperti tidak biasa dan ada apa-apanya ya??? "Kantor baru mobil juga baru nih Pak?." Dela membuka pembicaraan sambil bergurau. Memang Dika mengendarai mobil yang baru saja dibelinya. "Akh..kamu bisa aja. Kebetulan mobil yang lama udh mulai ngerongrong. Udah cukup umur juga. Memang sudah waktunya ganti ya udah ganti aja. Daripada nanti repot mogok di jalan." sambil tersenyum Dika menjawab pertanyaan Dela. "Ehm...gitu.." Sahut Dela lagi. Tanpa sengaja tangan Dika menyenggol tangan Dela saat akan meletakkan handphonenya. Padahal cuma nyenggol dikit, tapi rasanya seperti tersengat listrik ratusan volt...haha... Dela terlihat sangat menikmati obrolannya dengan Dika. Dika dan Dela memiliki sifat yang sama. Sama-sama apa adanya. Saat melewati tempat penyeberangan jalan, tiba-tiba saja seseorang berlari menyeberang. Sontak saja Dika menginjak rem dan membuat mobil berhenti mendadak. Dela berteriak kaget. Dika secara reflek langsung memegang tangan Dela dan bertanya. " Kamu gak apa-apa?." Muka Dela terlihat pucat karena kaget. "Iya gak apa-apa." Dela berusaha menenangkan diri Seketika mereka saling berpandangan. Dika kembali bertanya."Bener gak apa-apa? maaf ya tadi gak sengaja rem mendadak." Tangan Dika masih saja menggenggam tangan Dela. "Tin...tin...." Terdengar suara klakson dari mobil belakang. Dika segera melepas tangan Dela dan kembali menjalankan mobilnya. Sesampainya di mall yang dituju, Dika dan Dela turun dan hanya saling tersenyum. Terlihat teman-temannya sudah sampai dan berkumpul di depan mall. "Jadi kita mau nongkrong di mana nih?" tanya Adit. "Di dalam ada coffee shop. Kita ngobrol aja dulu di situ yuk." Sahut Daniel Kemudian mereka masuk dan mencari tempat duduk di coffee shop yang dituju. Selama mereka di coffee shop, handphone Dela tidak berhenti bergetar. Dela enggan untuk mengangkatnya. Teman-temannyapun tidak ada yang berani menanyakannya, seakan-akan mereka tahu apa yang sedang dihadapi oleh Dela. Sepertinya hanya Dika yang tidak tahu jelas masalah Dela. Selama beberapa jam mereka asik mengobrol, sepertinya membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Mereka terlihat senang berbagi cerita. Tiba saatnya mereka akan meninggalkan mall dan pulang ke rumah. "ok..see you ya semuanya." Dika berpamitan dan menuju mobil untuk pulang. "Dela...mama serahin keputusannya ke tangan kamu. Kamu sudah dewasa, bisa memutuskan mana yang terbaik untuk hidup kamu." terdengar mamanya Dela berbicara kepada Dela. " Iya ma, aku berat untuk menerima semua ini. Tapi aku juga gak bisa hidup bersama dengan orang yang gak bisa menjaga komitmen dan sudah mengkhianati aku. belum menikah aja udh begitu. Gimana nanti kalau udah nikah ma...Mungkin ini jalan yang terbaik, Tuhan membuka mata aku untuk tahu semuanya. Tau apa yang udah dilakukan oleh James. Apapun alasannya, aku sulit untuk menerimanya kembali. Maafin aku udh ngecewain mama dan papa karena udah membatalkan pernikahanku padahal sudah dekat hari pernikahan. pasti mama dan papa malu. Tapi aku juga harus memikirkan masa depan aku. Menikah adalah sekali untuk selamanya. Jadi tolong maafin aku ma." Sambil mengusap airmatanya, Dela memberi penjelasannya kepada mamanya. "Ini bukan salah kamu, sayang. Mama mengerti bagaimana perasaanmu. Jangan lupa bawa dalam do'a, ambil keputusan yang terbaik. Mama akan selalu dukung apapun yang menjadi keputusan kamu." kata mamanya Dela sambil memeluk anaknya. "Makasih ma." Dela juga memeluk mamanya. "Oya ma, nanti Nia dan Kiki mau main ke sini. Gak apa-apakan? " tanya Dela " Gak apa-apa donk sayang. Kamu harus banyak waktu untuk kamu sendiri. Dulu, waktu kamu udh terlalu banyak kamu habiskan untuk James. Sekarang kamu harus banyak bergaul dengan teman-temanmu. Mereka bisa menghiburmu saat kamu susah. Setidaknya kamu gak selalu memikirkan masalahmu." "Oya Ma, gimana dengan keluarga James. Kapan kita ketemu dengan mereka? Aku pengen selesain ini semua dengan cepat. Aku bertemu dengannya baik-baik, aku juga mau mengakhiri semua dengan baik-baik." "Secepatnya kamu atur waktu dengan keluarga James ya. Mama dan papa akan memgantarmu ke situ untuk membicarakan dan membereskan semuanya."sahut mamanya. "Makasih banyak ya Ma." Dela kembali memeluk mamanya. "Sama-sama sayang." mama Dela mengelus kepada anaknya.