Bab 1 Perjalanan
Di Jalanan yang menghubungkan sebuah perkampungan yang terpencil jauh dari peradapan kota.
Sebuah kampung yang hanya terdiri tidak lebih dari 5 kepala keluarga.
Meluncur sebuah minivan yang tampak bobrok, yang akan berjalan menuju perkotaan di jalanan yang sepi di siang hari yang terik ini.
Di dalamnya ada seorang gadis cantik bernama Ana yang duduk diam di bangku tengah, berdampingan dengan seorang pria berbadan besar yang merupakan sepupunya bernama doni.
Sedangkan di bagian depan adalah pamannya bernama Basri, yang berada di depan kemudi dan disebelahnya adalah kakaknya Doni, Dion.
Di bangku tengah. Tampak tangan doni sedang mengelus2 paha putih ana yang saat ini hanya mengenakan dress pendek sepaha.
Ana yang pahanya digerayangi oleh tangan kasar doni hanya diam membeku tak ada ekspresi apapun di wajahnya. Tak ada rasa jijik, malu, ataupun gairah. Tak juga keluar protes dari mulutnya yang ranum itu.
Saat tangan nakal itu semakin masuk ke bagian dalam pahanya dan melebarkan kedua pahanya pun dia hanya duduk diam tanpa ekspresi. Sedangkan Doni semakin merapatkan duduknya menempel pada ana, napasnya mulai memburu dan matanya berkabut gairah.
Dengan penuh nafsu dilumatnya bibir ranum ana & dicumbunya seluruh bagian wajah ana.
"Buka mulutmu" bisik Doni disela cumbuannya di telinga Ana.
Napasnya yang memburu menerpa kulit Ana. Lidahnya bermain-main di daun telinga Ana. Membuat telinganya basah.
Ana tetap tak bergeming, dia hanya menuruti permintaan Doni. Begitu ia membuka mulutnya, Doni dengan rakus melumat bibir itu lagi dan lidahnya masuk bermain di dalamnya menjelajah rongga mulut & sela gigi Ana. Air liur membasahi mengalir dr kedua mulut mereka.
Disela2 cumbuan Doni. Tangannya tetap sibuk di pangkal paha Ana. Masuk ke balik celana dalam Ana. Ana hanya diam ketika Doni lebih melebarkan kedua pahanya agar tangannya lebih leluasa menjelajah di bagian bawah tubuh Ana. Jari telunjuknya mengelus-elus belahan kemaluan Ana yg sudah basah.
Dion menatap kelakuan Doni dari kaca spion tengah." Tahan nafsumu Don, dia akan kita jual" tegur Dion kesal. sempat-sempatnya Doni jadi b*******h di tengah perjalanan mereka di dalam mobil.
" Sebelum dia kita serahkan lebih baik dimanfaatkan dulu. Anggap saja sebagai salam perpisahan" sela Doni dengan tangannya masih sibuk menggerayangi bagian bawah Ana.
" Sana ke bangku belakang saja." Usir Dion. Sambil kembali menatap jalanan. Tidak habis pikir dengan adiknya yang hyepersex tinggi itu.
Doni seakan tidak pernah ada puasnya melakukan s*x. Diantara mereka ber 3. Memang hanya Doni yang paling sering menggenjot Ana.
Apakah Doni malu kelakuannya dilihat ayah dan kakaknya? Tentu saja tidak. Mereka sudah terbiasa. Karena Ana adalah boneka bergilir mereka. Ana yang penurut tidak memberontak walau dijadikan b***k s*x dan babu di rumah mereka.
Mereka senantiasa menggenjot Ana dimanapun tanpa malu-malu. Ayah dan anak melampiaskan hasrat mereka pada Ana selama bertahun-tahun semenjak Ana tinggal bersama mereka karena setelah kedua orang tua Ana meninggal maka Ana menjadi tanggung jawab Basri. Mereka pun bebas memperlakukan Ana semena-mena.
Ana yang saat itu masih remaja dengan tubuh yang sedang mekar-mekarnya. Dadanya yang ranum, tubuhnya yang sintal dan kulitnya yang bak pualam tentu saja menarik hasrat ke 3 pria dewasa itu.
Awalnya tentu saja Ana menangis dan memohon-mohon. Tapi apa daya. Tentu saja mereka lebih memilih menyalurkan hasrat pada tubuh Ana dari pada mendengarkan rintihan-rintihan dan permohonan Ana.
Toh pada akhirnya Ana pun pasrah dan menjadi terbiasa. Hanya saja dia menjadi bisu. Tidak pernah berbicara. Tidak memiliki ekspresi dan emosi.
Mereka Pergi ke perkotaan yang berjarak sekitar 6 jam dari desa mereka dengan satu tujuan. Yaitu ingin mendapatkan uang dengan menjual Ana pada seorang mucikari ataupun g***o di kota.
Mereka terpaksa menjual Ana karena mereka membutuhkan uang yang banyak untuk menutupi hutang-hutang mereka karena peternakan yang jalankan mengalami banyak kerugian.
Doni yang gairahnya sudah di ubun-ubun bergegas pindah ke jok belakang. Kemudian dari belakang ia mengangkat tubuh Ana yang ringan ke belakang juga. Dibaringkannya Ana di atas bangku.