12

1018 Kata
“Ini, pakailah. Kalian akan terlibat baku hantam sungguhan dan ini akan membuat rasa sakitmu tidak terlalu terasa.” Sang penata busana menyerahkan kain tebal berbentuk kaus yang harus Jade pakai sebelum ia mengenakan bajunya.Jantung Jade berdetak dengan agak lebih cepat daripada biasanya ketika ia mengenakan kaus dan kemudian seragam polisi itu. Rasanya, dunia akting sudah sangat lama sekali tidak ia alami lagi. Meskipun kenyataannya, itu baru beberapa minggu berlalu. Dan seharusnya, ia belum merasa segugup itu. Demi Tuhan, ini belum selama itu! Namun, entah mengapa, kali ini, semuanya agak terasa berat bagi Jade. Apa itu disebabkan karena ia telah membohongi neneknya? Jade beralasan temannya membutuhkan pertolongannya dengan pekerjaan sehingga ia tidak bisa bekerja dulu di kafe. Ia bahkan hanya 'mengatakan' itu via pesan singkat yang Jade tempelkan di kulkas. Ia tidak berani menatap langsung mata Sofia dan mengatakan kebohongan itu. Sang nenek tidak akan suka melihatnya kembali berakting dan Jade tahu jika lebih baik ia tidak mengatakan apapun. Lebih baik Sofia tahu jika Jade memang benar-benar telah lepas dari dunia akting. Lagipula, ini hanya satu hari. Besok, ia akan kembali ke kafe neneknya dan melakukan apa yang sudah seharusnya. “Kau akan menggantikan Catherine begitu sang penjahat itu sadar jika ia telah dikepung oleh polisi. Kalian akan berkelahi betulan dan kau harus menyelamatkan wajahmu jika tidak ingin nenekmu tahu apa yang kau lakukan.” Jade tersenyum pada Rob dan mengangguk. Tadi malam, ia sudah mempelajari adegan apa saja yang harus ia lakukan. Ia akan berkelahi dengan pelaku perampokan yang kebetulan juga seorang perempuan. Soledad, seorang pemeran pengganti lain. “Jangan menangis jika aku benar-benar memukulmu, okey?” kata Soledad sambil menaikkan alisnya. Alis Jade naik saat ia mendengar perkataan itu. Itu adalah candaan khas yang sering para stunt lakukan setiap kali mereka akan terlibat perkelahian. Dan beberapa kali, pukulan-pukulan yang dilakukan memang kadang mengenai bagian tubuh mereka. “Aku sangat takut. Sudah lama aku tidak berkelahi betulan. Mungkin, kau harus mengampuniku.” Mereka berdua tertawa ketika Jade selesai mengatakan itu. Dan itu bagus karena ia memang butuh merilekskan dirinya agar tidak terlalu tegang. “Dan kau akan sedikit terkena tembakan nanti. Pelurunya aman, tetapi mungkin pahamu akan sedikit nyeri.” Jade mendesah memandang pahanya. “Yah, mungkin kalian harus membuat pelindung untuk paha juga nantinya.” Ia menerima pistol yang diulurkan oleh sang pienata busana, merapikan lagi pakaiannya, dan menarik napas panjang sebelum Rob berteriak bahwa mereka akan segera memulai syutingnya. Sekali lagi, Jade menarik napas panjang. Robin juga masih ada di sini dan akan melihat akting mereka, dan itu dua kali lebih menegangkan bagi Jade meskipun ia tahu jika produser sebesar Robin tidak akan melirik pemeran pengganti sepertinya. Lagipula, apa ia akan bisa kembali ke dunia akting jika memang Robin meliriknya? Apa ia bahkan akan tega meninggalkan Sofia lagi? Sofia hanya memiliki dirinya, dan Jade jelas akan menjadi cucu yang sangat jahat jika ia meninggalkannya lagi. Kecuali, jika Sofia mau ikut dengannya yang mana Jade tahu itu tidak akan pernah terjadi sampai dunia ini berakhir. Rob memberi tanda baginya untuk bersiap-siap, dan tiba-tiba, ketika ia mulai berlari mengejar sang penjahat, adrenalin Jade terpacu. Rasanya, seakan sel yang telah lama tertidur dalam dirinya itu kembali bangkit ketika ia mulai berlari. Ini adalah dunianya. Ini adalah sesuatu yang sangat Jade cintai. Sesuatu yang sudah Jade perjuangkan sejak ia masih sangat muda. Sungguh sangat disayangkan ia harus melupakan dan meninggalkannya karena Alex. Padahal, Jade tahu jika seharusnya ia tidak boleh melakukannya. Dengan kepergiannya, Alex justru akan semakin sombong dan menganggap bahwa Jade sangat terluka oleh pengkhianatan pria itu. Namun, semua sudah terlambat sekarang. Ia sudah memutuskan untuk pergi dan akan sulit baginya untuk kembali. Itu adalah risiko yang harus ia hadapai dari keputusan tergesa-gesa akibat patah hatinya. Seharusnya, Jade memang berpikir panjang sebelum mengambil keputusan tersebut. Sang penjahat berbalik dan mulai memukul Jade. Jade menangkis dengan lengannya dan mulai balas memukul. Ia berteriak puas ketika satu pukulannya mengenai wajah sang penjahat sebelum wanita itu kembali berlari menajuhinya dengan cepat seperti seekor tikus kecil. Jade menembakkan tembakan peringatan dan meminta wanita itu berhenti berlari. Namun, wanita itu terus berlari hingga mereka tiba di sebuah gang sempit. Penjahat itu berbalik dan mereka kembali terlibat perkelahian sengit. Sang penjahat sempat memukul perutnya dengan keras. Pejahat kembali berlari setelah memukul rusuknya, dan saat itulah ia menarik pelatuknya. Rasa panas menyengat paha Jade ketika peluru itu mengenai pahanya. Dan hal tersebut, menjadi akhir dari aktingnya hari itu. Rob berteriak ‘CUT’ dengan keras dan semua orang kembali fokus pada Catherine, sang pemeran utama. Seorang paramedis mendekat dan menatap Jade. “Apa kau baik-baik saja?” Jade mengangguk dan tersenyum. “Sedikit panas dan nyeri di paha juga perut dan rusukku, tetapi selain itu, aku baik-baik saja.” “Mari, aku akan mengompresmu untuk menghilangkan nyerinya.” “Kau baik-baik saja?” tanya ‘si penjahat’ sambil menghampirinya. “Kau memang benar-benar hampir membuatku menangis.” Soledad tersenyum dan memapahnya di sisi lain karena langkah kaki Jade agak terpincang. Seharusnya, ia akan bisa berjalan dengan normal setelah dikompres. Ia sudah pernah mengalami yang lebih buruk daripada ini. Robin menghampirinya ketika Jade duduk bersandar di kursi santai dengan kompres di pahanya. “Sayang sekali kau harus pensiun dari pekerjaanmu. Apa tidak ada yang pernah bilang padamu jika kau sangat total berakting?” Rasa bangga menyeruak dalam d**a Jade ketika ia mendengar itu. Ia memang sudah sering mendengar hal tersebut, tetapi, ketika ia mendengarkan pujian itu dari mulut Robin, rasanya berkali-kali lipat lebih menyenangkan. Robin adalah produser besar yang sudah menangani banyak film box office baik di Eropa maupun Amerika.  “Aku tidak punya pilihan lain,” kata Jade sambil mengangkat bahu, memutuskan untuk tidak mengatakan alasan sebenarnya adalah karena hubungan percintaannya yang berantakan. Semua orang akan mencap dirinya tidak professional karena hal tersebut. “Kau punya. Bahkan mungkin ada banyak hal yang akan kau lewatkan, Nak.” Robin memandangnya tatapan lembut. “Apa aku bisa menghubungimu lagi jika satu saat ada pekerjaan yang aku ingin kau lakukan untukku? Mungkin, menjadi pemeran pembantu utama, bisa menjadi loncatan untuk karirmu? Itu jika kau memang masih berminat kembali ke dunia akting.” “Aku? Anda pasti bercanda.”   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN