PART 1 BERTEMU

1302 Kata
 Amarah Irna sudah mencapai ubun-ubun. Baju mahalnya basah akibat cairan bening tumpah dan membasahinya. Irna mengumpat, membentak sosok cowok baru gede yang berdiri tepat di hadapannya yang menatap takut-takut padanya. "Punya mata kan lo?" Bentaknya akan amarah. Matanya melotot tatapan matanya menajam, penuh intimidasi pada lawan bicara di hadapannya. "M—aaf, Te." Cowok itu merunduk takut, tubuhnya bergetar, dia beberapa kali membenarkan letak kacamatanya yang melorot. "Te?" Bentak Irna lagi. "Lo panggil gue Tante? Lo nggak liat wajah gue masih muda gini?" Irna berkacak pinggang. Mereka sekarang sudah menjadi pusat perhatian di cafe itu. Beberapa pasang mata secara terang-terangan memusatkan perhatian pada mereka. "M—maaf, Mbak." "Gue bukan mbak lo!" Gerutu Irna. "Tanggung jawab lo. Baju gue kotar jadinya nih bocah!" "S—aya nggak sengaja, Mbak. Maaf." "Pokoknya lo harus ganti baju gue sama yang baru! Gue nggak mau tau!" "Mbak, beneran. Maaf saya nggak sengaja." Cowok itu benar-benar ketakutan sekarang. Namun Irna tak peduli, gila saja ini baju keluaran dari Gucci. Harganya mahal dan ini baju kesayangan Irna. "Ganti! Atau gue aduin ke guru lo. Lo sekolah dekat sini kan?" Irna melirik seragam cowok itu dan melihat logo sekolah di baju cowok itu, dan sekolahnya memang terletak tak jauh dari cafe ini. "S—aya nggak ada uang Mbak." "Bodo amat! Ganti pokoknya ganti!" Seorang pria yang terlihat seperti manager cafe ini mendekat. "Ada apa ini?" Irna memutar bola mata, memilih melipat tangannya di depan d**a dan menatap pria yang baru saja datang itu dengan tatapan penuh permusuhan. "Diem aja lo. Bukan urusan lo." Pria tampan itu agak tersinggung dengan ucapan Irna yang jauh dari kata sopan, namun karena profesinya kini, ia pun memilih tersenyum untuk menanggapi Irna karena tidak ingin citra cafe ini menjadi buruk di mata pelanggan. "Tapi mbak-nya sudah mengganggu kenyamanan cafe." "Saya juga terganggu! Lihat nih baju saya kotor!" Sentak Irna, menunjukkan lengan dan bagian perutnya yang basah. "Pokoknya lo harus ganti bocah!" "S—aya nggak ada uang Mbak. Beneran." "Ya sudah. Gue aduin ya nih ke guru lo." "J—angan Mbak!" Wajah cowok itu semakin pias, sorot wajahnya memelas. Terlihat sekali dia sedang ketakutan. Tak seberapa lama ada seseorang mendekati mereka yang tentu saja membuat Irna memutar bola matanya jengkel. "Lho Rafi, ada apa ini?" "Lo siapa lagi?" Tanya Irna jutek. Matanya menatap malas pria jangkung yang baru datang. Dia merasa hari ini sungguh sial sekali. Maksud hati ingin menjernihkan pikiran dengan minum kopi. Tapi bocah ceroboh di depannya ini membuat moodnya hancur. Double s**t, memang! "Saya gurunya. Ada apa ya ini?" "Oh ya bagus. Nih anak didik lo, numpahin minuman di baju mahal gue. Gue minta ganti rugi dong, eh malah dia nggak bisa ganti." Pria jangkung itu menatap baju Irna yang terlihat kotor, lalu berganti menatap anak didiknya. "Benar kamu numpahin Fi?" "Nggak sengaja Pak. Mbak-nya jalan nggak lihat – lihat," Aku Rafi takut – takut. "Eh bocah!" Teriak Irna merasa tak terima. Matanya kembali melotot memandang tajam cowok berseragam putih abu – abu di depannya ini. "Mbak, kalau ribut di luar ya? Mbak sangat mengganggu kenyamanan pengunjung cafe ini." Ujar manager cafe itu, mengintrupsi. "Baik, saya yang ganti. Saya yang akan cuci baju Mbak. Kita keluar bisa?" "Gue maunya ganti rugi ya! Bukan di cuci. Nih baju percuma juga lo cuci! Tetap aja nggak akan bersih pasti ada sisa nodanya!” Pria jangkung itu memijat keningnya. Dia berlalu keluar diikuti cowok bernama Rafi yang membuat Irna terpaksa mengikuti keluar. "Hey! Lo mau kabur?" "Saya nggak mau buat keributan di dalam, lebih baik saya keluar." Irna melipat tangannya, dia melengos karena terlalu kesal. Cahaya matahari yang terik membuat rambutnya yang di cat hijau tampak menyala. "Maaf karena kecerobohan murid saya. Saya yang akan ganti sesuai nominal baju Mbak. Boleh minta nomer rekeningnya?" "Pak nggak perlu, biar Rafi yang ganti." “Hilih! Sok – sokan mau ganti lo! Di dalem tadi bilangnya nggak ada duit! Dasar bocah!” “Mbak tolong bicaranya di jaga. Mbak wanita loh.” “Siapa bilang gue cowok! Jelas – jelas gue cewek! Lo nggak bisa lihat?” “Astaga Mbak. Jangan di perjelas seperti itu. Ini di tempat umum.” “Bodo! Buruan ganti! Gue mau pergi lagi nih!” Si Pria Jangkung menghela napas dan mengeluarkan ponselnya. Dia segera membuka aplikasi m-banking dari sana. “Berapa nomor rekeningnya?” Irna menyebutkan beberapa digit angka, “Berapa yang harus saya transfer Mbak?” “Tiga juta.” “Apa?” “Iya tiga juta.” Mampus. Tiga juta? Yang benar saja nih cewek! Gerutu Pria Jangkung itu dalam hati. Dia pun memaksakan diri tersenyum tipis dan mengetik angka yang tadi di sebutkan Irna. “Atas nama Irrina Putri Jelita?” “Hmm..” Irna berguman malas. "Oke. Sudah. Mbak bisa cek transferannya." “Pak Miko.. Rafi janji nanti bakalan ganti.” Miko tersenyum dan mengacak rambut Rafi, “Nggak perlu. Kamu hanya perlu belajar yang rajin.” Irna berdecih lirih melirik sinis pada guru dan murid di depannya sambil mengecek transferan yang masuk dari ponsel pintarnya. Ia membuka aplikasi m-bakingnya, dan benar saja, ada pemberitahuan bahwa transferan telah masuk sebesar 3 juta rupiah dari Sujatmiko Prianda. Irna segera keluar dan kembali ke menu awal, sebelum memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Oke. Uangnya sudah masuk. Urusan kita selesai.” Irna hanya melirik sekilas sebelum melenggang cantik menuju mobilnya yang terparkir di halaman depan cafe. Meninggalkan Miko yang hanya menggeleng melihat kelakuan aneh dari wanita yang baru saja di temuinya itu. “Pak Miko..” “Nggak apa – apa. Bapak masih ada uang.” “Tapi, Pak..” Miko sekali lagi tersenyum tipis dan menepuk bahu muridnya sebelum berjalan menuju motor kesayangannya yang terparkir di depan cafe itu. Dia melihat anak didiknya yang masih berdiri kaku di tempat sebelum berkata, “Bapak pulang dulu. Kamu jangan pulang malam – malam. Kasihan ibu kamu nunggu kamu pulang.” Rafi mengangguk dan menatap punggung Miko yang perlahan menjauh dengan motornya. Sedangkan Miko memilih bersenandung riang di tengah perjalanannya untuk sampai ke ruko sebagai pengalihan dari hilangnya uang akibat diperas wanita ular dengan penampilan yang menakutkan itu. Miko mendengkus ketika memikirkan sosok wanita bernama Irrina Putri Jelita tadi. Dalam hati dia berdoa, semoga di lain waktu dia tidak akan bertemu dengan wanita itu lagi. Wanita yang Miko yakin hanya bisa menghambur – hamburkan uang dengan hidup serba mewah. Sungguh itu bukan wanita idaman Miko sama sekali. Dior masih menunggu Irna di teras depan rumah mewah mereka. Sekarang sudah pukul 2 dini hari dan adiknya belum juga pulang. Dior memijat kepalanya yang pusing melihat tingkah laku adiknya yang diluar nalar. Dulu Irna gadis manis yang penurut, entah mengapa setelah kepergian orangtua mereka Irna menjadi wanita bar-bar. Salah satunya sering keluar masuk club, Dior sudah terlampau sering menasehati adiknya. Namun tetap saja, adiknya jauh lebih keras kepala darinya. Lalu sebuah mobil sedan terlihat berhenti tepat di depan gerbang rumah, Dior segera beranjak, berlari keluar, dan melihat adiknya keluar dari mobil itu dengan sempoyongan. Saat akan ia memaki Si Pemilik Mobil, Irna sudah jatuh tumbang membuat Dior dengan sigap menahan berat tubuh Irna. Pria itu mengumpat. Membaui tubuh adiknya yang bau alkohol. "Astaga, Ir! Sudah berapa kali Abang bilang, jangan mabuk!" Dior membopong tubuh adiknya, Umar yang merupakan penjaga rumah sekaligus supir di rumah itu membantu dengan membuka pintu hingga sampai ke kamar Irna. "Tolong panggilkan Bi Marni ya Pak. Suruh buatkan s**u buat adik saya," Umar mengangguk dan segera berlalu dari kamar Irna. Dior masih disana menatap adiknya dengan raut wajah sedih. "Harus dengan cara apa buat kamu jadi adik yang penurut kayak dulu Dek?" Guman pria tiga puluh dua tahun itu. Dior membenarkan letak selimut Irna dan mengecup puncak kepala Irna sebelum Dior keluar dari kamar Irna. Pria itu tak menyadari, bahwa Irna sejak tadi berpura-pura tertidur. Wanita itu membuka matanya dan setetes telaga bening mengalir dipelupuk matanya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN