PART 2 BERTEMU LAGI

1336 Kata
Dior mengurut kening dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah majalah dewasa yang menampilkan sosok cantik adiknya. Namun, dengan penampilan yang terbuka hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya. Pria itu mendesah, beralih menatap ke arah sekretarisnya dan berkata, "Pokoknya saya nggak mau tau, kalau sampai majalah ini tersebar luas. Bayar berapa pun saya nggak peduli asal tubuh adik saya tidak di nikmati p****************g di luaran sana." Seakan paham maksud Bos-nya, Si Sekretaris menangguk. "Baik Pak." "Kamu boleh pergi sekarang." Si Sekretaris mengangguk lagi dan berlalu pergi meninggalkan Dior yang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Pria itu meringis, merasa berdosa kepada kedua orangtuanya di surga sana. Mereka pasti kecewa bahwa di sini Dior tidak bisa menjaga adiknya. Dior mendesah. Menegakkan badannya karena dering ponsel mengintrupsinya, pria itu segera meraih ponsel miliknya dan melihat nama tunangannya tertera disana. "Ya Sayang?” “Kamu kenapa? Kok nggak semangat kayak bisanya? Pasti gara – gara adik kamu lagi ya?” Dior tanpa sadar menarik sudut bibirnya, tebakan tunangannya memang selalu benar. “Hmm begitulah. Kamu di mana sekarang?” “Aku lagi servis mobil nih. Di tempat biasanya. Bisa ke sini nggak, Yang? Temani, sekalian ngobrol – ngobrol sepertinya kamu butuh teman bicara.” "Oh, bengkel biasa? Baik aku kesana sebentar lagi." Dior mematikan sambungan itu, cepat, meraih jas kerjanya, dia beranjak meninggalkan ruang kerjanya menuju tempat dimana tunangannya berada. Dia memang butuh berbicara dengan kekasihnya untuk mengurangi beban di pundaknya. ** "Bang Dior nggak ikut Mbak? Tumben." Ujar Pria itu yang baru turun dari motor kesayangannya itu kepada Cilla, pelanggan tetap bengkelnya sejak awal ia merintis usaha bengkel tersebut. "Masih otw kesini. Gimana kerjaan lo? Kusut banget kayaknya tampang lo." "Iya nih. Di sekolah lagi banyak kegiatan." "Iya deh, percaya yang sudah jadi Pak Guru." Miko terkekeh, mengambil botol minuman dari dalam showcase cooler dan menyerahkannya pada Cilla. "Minum dulu, Mbak. Gue ka atas dulu ya, mau ganti baju." Cilla mengangguk. Jika dilihat dari seragam olahraga yang dipakai Miko, Cilla yakin pria itu baru saja pulang dari mengajar di sekolah. Sepeninggal Miko, dia melihat Honda CRV milik Dior terparkir di pinggir jalan. Pria itu keluar dengan wajah kusut, membuat Cilla terkekeh dan menggeleng melihat penampakan tunangannya. "Ada apa lagi sih sama adik kamu itu, Yang?" Tanya Cilla setelah pria itu mendudukkan diri di sampingnya. Dior mendesah, mengambil botol minuman Cilla lalu menegaknya. "Pusing banget, Yang." "Butuh belaian, Yang?" Goda Cilla menjawil dagu tunangannya. "Boleh." Cilla mencebik, mengerucutkan bibir. "Situnya yang keenakan." "Ada apa sih?" "Biasalah.." "Biasa yang mana nih? Mabuk? Dugem? Foto sexy?" "Jadi cover majalah dewasa." "Wow. Sesuatu sekali adik kamu, Mas. Kayaknya harus di nikahkan biar berubah, pakai cara apapun nggak mempan kan? Menikah bisa menjadi cara yang patut di coba." Dior mendesah tidak setuju. "Nikah dengan kekasih-kekasihnya yang berandalan itu? Mau jadi apa adik aku nanti, Yang?" "Ya, nggak pacar – pacar Irna yang harus menikah dengannya." Cilla melirik Miko yang baru saja muncul dan kini menghampiri mereka. "Dengan Miko mungkin? Aku yakin dia pria baik-baik, ya nggak Mik?" Pria dua puluh delapan tahun itu mengerutkan kening. Dia mengambil lagi botol minum untuk Dior yang juga pelanggan tetap di bengkelnya ini. "Kenapa bawa-bawa gue?" "Lo kalau nikah sama adik gue mau, Mik?" Miko semakin tidak paham dengan arah pembicaraan dua sejoli ini. "Adik siapa nih Bang?" "Ya adik gue lah, Mik." "Wah wah wah.. Nikah sih mau Bang. Apalagi nikah itu menyempurnakan separuh agama. Tapi ya, lo tau sendiri, gue keadaannya gini, hidup gue sederhana." "Nggak apalah, syukur-syukur lo bisa ngerubah hidup adik gue, Mik. Mau ya?" Miko setengah terperangah dan tak percaya dengan apa yang dibilang pria didepannya. "Emang kenapa adik lo Bang?" "Lo mau ketemu dia?" Miko semakin-semakin terperangah. Dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Nggak langsung disuruh nikahin kan?" "Ya ampun, Mik. Santai ajalah, kenalan dulu. Kalau lo klop sama dia boleh deh lo nikahin dia." Putus Dior yang sepertinya benar-benar sudah menyerah. "Awas Mik, ketemu anjing galak!" Gurau Cilla kepada Miko yang membuat pria itu mengerutkan dahi tidak mengerti. "Maksudnya?" "Lo lihat sendiri nanti kalau sudah ketemu Si Irna." Dior meringis, tak menampik perkataan Cilla. "Nanti malam aja deh, lo ke rumah gue. Gimana?" "Hah? Secepat itu?" "Ya iyalah, Mik. Harus kapan lagi coba." Gerutu Cilla yang mendapat pelototan dari Dior. "Ih, serem banget kamu, Yang." “Perkenalan aja dulu deh Bang. Kalau cocok ya langsung lamar. Kalau nggak ya nggak apa – apa kan?” “Gue suka gaya lo, Mik!” Miko terkekeh melihat kelakuan Cilla. Pria itu pamit berlalu pergi karena harus membantu beberapa pegawainya, meskipun Miko pemilik bengkel ini, namun tetap saja Miko tidak bisa lepas tangan begitu saja. "Kamu jangan keluyuran. Di rumah aja, ada tamu sebentar lagi." Ujar Dior kepadanya saat Irna baru turun ke lantai dasar. "Tamu siapa? Si Cilla?" "Ngapain cari-cari gue?" Dari arah dapur, terlihat wanita bertubuh mungil itu menghampiri mereka, dan tentu saja langsung bergelayut manja di lengan Dior. “Hilih! Siapa yang cari lo! Najis banget!” Sinisnya. Membuat Cilla melotot merasa jengkel dengan calon adik iparnya. Irna menatap Cilla jijik, sebenarnya Irna tidak menyukai Cilla, namun apa boleh buat jika itu sudah menjadi pilihan kakaknya. Irna tidak bisa mengelak barang sedikitpun. "Kedepan aja, Yuk! Kayaknya Si Miko sebentar lagi datang," Ajak Dior. Namun, Irna lebih memilih berlalu ke dapur, karena tadi dia berencana mengambil minum dan kembali lagi bergelung dengan selimut di kamar. "Eh, kemana kamu?" Tanya Dior saat tau Irna tidak mengikutinya. "Ke dapur lah, ambil minum." "Nanti aja, sekarang ikut Abang ke depan, Dek." "Emang tamunya siapa sih Bang? Perlu banget ada Irna?" "Ya perlulah dodol!" Irna melotot, Dior pun juga melototi Cilla. Namun, wanita itu hanya mengedikkan bahu dan melengos ke ruang tamu meninggalkan Irna dan Dior berdua. "Calon lo itu buang aja ke laut Bang! Belum jadi istri aja sudah belagu." "Sudah Yuk, ke depan. Kayaknya dia sudah datang." Dior mendekati Irna dan merangkul bahu adiknya, "Memang siapa sih tamunya?" "Nanti juga kamu tau," Dior mengiring Irna ke ruang tamu di rumah mereka dan disana sudah terlihat seorang pria tengah berbincang di depan pintu bersama Cilla. "Loh, tamunya kok nggak di suruh langsung masuk aja sih, Yang?" "Baru juga aku sambut, Yang." Cilla menyahuti Dior dan kini berganti menatap pria di depannya. "Masuk yuk, Mik. Tapi, lo harus kuat ya? Beneran ada anjing galak!" Bisik Cilla pada pria itu dan mempersilahkan Miko masuk. "Masuk-masuk, Mik." Miko pun masuk ke rumah yang baru pertama kali ia masuki itu dan meringis, sepertinya ia benar-benar masuk ke kandang harimau saat melihat wanita yang sekarang sedang duduk di sofa dan menatapnya dengan mata yang melotot tajam. "LO!" "LO?" Kenapa gue harus sesial ini ketemu wanita ular ini lagi? Oh Tuhan! Jerit Miko dalam hati. "Lho sudah saling kenal ini? Bagus deh, langsung nikah aja gimana? Nggak perlu perkenalan." "Abang! Apa – apaan sih!" Seloroh Irna marah. Wanita itu beranjak dari duduknya, dan dengan kaki di hentak-hentak dia berlalu, namun sebelum ia meninggalkan ruang tamu, Dior lebih dulu mencengkeram pergelangan tangannya. "Nikah sama Miko ya, Dek? Please!" Irna menyentak tangan Dior dan menatap Abangnya penuh amarah. "Oh jadi, Abang sudah nggak sanggup ya jagain Irna? Jadi sekarang jodoh-jodohin Irna semau Abang? Biar nggak perlu repot – repot urus Irna gitu?" "Dek, nggak gitu.." "Kalau Abang nggak sanggup jagain Irna dari dulu, kenapa Irna nggak Abang titipin aja di Panti Asuhan. Beres kan urusan?" Sengit wanita itu lagi. "Abang cuma mau kamu berubah Irna!" "Memang kenapa dengan Irna yang sekarang?" Mata Irna memerah. Ingin menangis, namun ia tahan demi harga dirinya di depan Abangnya. "Baik! Irna mau nikah. Langsung nikahin Irna aja! Biar nanti Abang tau alasan Irna nakal selama ini, biar Abang menyesal!" Wanita itu berlalu dari sana meninggalkan Miko yang menatap tidak percaya apa yang baru ia lihat beberapa detik yang lalu. Tubuhnya terasa menggigil dan yaaa... belum apa-apa Miko sudah berpikir yang tidak-tidak. "Maaf kelakuan adik gue, Ko? Lo tetap mau nikahin dia kan?" "Tapi..." "Gue mau dia berubah, dan gue yakin hanya lo yang bisa merubahnya, Ko. Lo mau kan?" "Gue pikir-pikir dulu gimana, Bang?"  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN