Dia berharap bisa merobek-robek wajah Davis yang tersenyum. Namun, dia menahan dorongan itu dan menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara dengan suara kasar. “Di mana Zaina? Apa yang kau lakukan padanya?” Davis mengangkat alisnya dan menoleh ke arah Kaisan. “Siapa Zaina?” Kaisan menjelaskan, “Saya pikir, dia asistennya Tuan Jayson. Orang yang sering bersamanya.” Davis mengangguk. Dia berbalik untuk kembali menatap Jayson. “Apakah asistenmu hilang?” Kemarahan yang timbul dalam diri Jayson mencekiknya. “Davis, jangan berpura-pura! Ada orang yang melihat, bahwa pria di sampingmu ini bersama Zaina. Jangan coba-oba berpura-pura tidak tahu tentang itu!” Davis menoleh ke Kaisan dengan cemberut. Pria itu menjelaskan, “Saya melihatnya menangis di pojokan hari ini, sepertinya dia habis dimara

