SATU
Shadam seorang cowok yang sangat tampan berhidung mancung,kulit putih,bermat coklat,berambut pirang bahkan banyak yang menyebutnya dewa yunani yang terdampar di bumi namun siapa sangka, rupa bak dewa kelakuan seperti malaikat penyabut nyawa kejam tanpa ampun.
"Shadam daddy punya misi buat kamu."ucap daddy fasco ayah shadam.
"Yes dad."jawab Shadam sambil menghisap rokoknya.
"You know SMA Nusantara?"tanya daddy.
"I know dadd."balas shadam singkat.
"Daddy akan mendaftarkan kamu sekolah di sana buat cari bukti penghianatan kepala sekolah di sana jika terbukti benar, habisi dia."perintah daddy.
"Ok dadd."Shadam setuju.
Tapi ingat kamu harus menyamar dengan baik, daddy gak ingin misi kita gagal karena dia mengenalimu."tegas daddy.
Shadam pun hanya mengangguk sebagai jawabanya.
Pagi hari di SMA Nusantara.
Anak-anak yang tadinya berisik mendadak diam ketika Bu widi sang wali kelas masuk.
"Pagi anak-anak?"sapa Bu Widi.
"Pagi Bu."jawab para murid serempak.
"Kalian kedatangan teman baru, ayo masuk nak."ucap Bu Widi.
Seorang cowok masuk dengan gaya,cupu,culun jadul,baju kebesaran di masukin dan di kancing sampai atas,rambut klimis,mata hitam,berkulit coklat dan berkacamata besar.
"Hai teman-teman, nama aku brian alexander, di panggil brian, semoga kita bisa berteman."ucap Brian.
"Haii juga cupu".sapa para murid kemudian tertawa terbahak.
Bu Widi hanya geleng kepala."Ok Brian kamu duduk sebelah Valen,hanya itu bangku yang kosong."kata Bu Widi.
"Ya bu."Brian pun bergegas duduk.
"Haii aku Brian, kamu siapa?"tanya Brian sopan.
"Gue Valentine, panggil aja Valen."jawab Valen.
"Senang berkenalan denganmu."ucap Brian sambil tersenyum namun Valen cuek aja.
"Cieee Valen, duduk sama cupu bin culun."kata Zahra ngakak.
"Apaan sih ra, biasa ja kali."balas Valen.
"Lumayan cupu tapi tinggi mancung gak jelek-jelek amat kok len."ucap Silvi terkekeh.
"Ya udah buat loe aja."jawab Valen.
"Itu si cupu."seru Zahra.
Valen dan Silvi pun melihat ke arah Brian kemudian tertawa ngakak melihat Brian jatuh di kerjain Zafar sang ketua geng sekolah.
"Sorry bro gak sengaja."ucap Zafar.
"Gak papa tadi aku yang jalan gak liat liat."balas Brian sambil tersenyum.
"Njirr kalau gitu judulnya si culun bin cupu berhati malaikat."kata Zahra di ikuti tawa Valen dan Silvi.
Valentine cewek most wanted cantik,baik,pintar dan di sukai banyak cowok namun cuek.
Valen hanya dekat dengan Zahra dan Silvi.
"Entar malem ke mall yuk?"ajak Silvi.
"Gue sih ok aja."jawab Valen.
"Asal di jemput gue ikut."sambung Zahra.
"Ok deal kita ke mall jam tujuh malam, putus Silvi yang lain hanya menangguk.
Jam tujuh malam sesuai janji mereka berangkat ke mall.
Di tengah tengah asik berbelanja, suara ledakan terdengar nyaring.
Semua pun panik menyelamatkan diri namun sial sudah di kepung oleh orang-orang berbaju hitam dan membawa senjata
"Kalian semua menunduk atau kita bunuh."ucap salah seorang.
Semua menunduk ketakutan.
"Duhh tamat riwayat kita."bisik Silvi.
"Diam vi entar kita di bunuh."ucap Valen.
"Iya vi, tenang."sambung Zahra.
Polisi meringsak masuk ke dalam hendak melawan.
Namun tiba-tiba muncul sosok cowok sangat tampan.
"Kalian maju, semua akan mati."ucap cowok itu lantang.
Kemudian cowok itu mendekat ke arah tawanan.
"Loe ke sini."tunjuk cowok itu ke Valen.
Valen diam menunduk.
"Len loe di tunjuk."bisik Zahra.
"Maju len hati-hati."sambung Silvi.
Valen pun mengangkat wajahnya.
Shadam sedikit terkesima melihat kecantikan Valen menggunakan dres selutut bermotif floral.
Karena lama Shadam langsung menarik Valen mendekapnya dan menodongkan pistol di kepala Valen.
Seorang polisi maju ke depan."Tuan Shadam tolong bebaskan mereka."ucap polisi itu.
"Bebas??"tanya Shadam sambil tertawa.
"Iya tuan, mari kita bernegosiasi."ucap polisi itu.
"Tawaran apa yang akan loe ajuin."kata Shadam sinis.
"Kita akan berikan yang kalian mau."ucap polisi itu.
Shadam seolah berfikir."Ok deal."putusnya.
"Ambil semua uang yang ada di sini."perintah Shadam ke anak buahnya.
"Baik tuan."mereka sebagian bergegas pergi.
"Ambilkan kursi."perintah Shadam lagi.
Salah seorang mengambilkan Shadam kursi, Shadam pun duduk dan Valen di tarik duduk di pangkuanya.
Valen gemetar ketakutan.
"Gak usah takut cantik."kata Shadam yang menyadari ketakutan Valen sambil memainkan ujung pistolnya di pipi Valen.
Valen hanya mampu diam.
"Gue suka harum tubuh loe."ucap Shadam sambil menghirup nafas di leher Valen namun tiba-tiba ada yang lari berusaha kabur.Shadam pun langsung menembak tepat di kepala orang itu hingga mati seketika dengan darah berceceran.
"Ahhh."pekik Valen sambil menutup matanya.
"Jangan takut sayang itu sangat menyenangkan."ucap Shadam sambil menurunkan tangan Valen agar bisa melihatnya.
Namun Valen masih menutup matanya rapat-rapat, takut melihat mayat bersimba darah.
"Tuan, semua beres."ucap anak buah Shadam.
"Baiklah mari kita pergi."perintah Shadam.
Tanpa aba-aba, Shadam mencium bibir Valen.
"Bibirmu sangat manis sayang."ucap Shadam kemudian melepaskan Valen yang masih terkejut dan ketakutan.
"Jangan coba-coba menyerang atau gue pencet tombol bom ini."ancam Shadam ke polisi itu.
Polisi itu hanya menurut demi keselamatan yang ada di mall.
Setelah semua rombongan Shadam pergi.
Silvi dan Zahra mendekati Valen yang masih shock.
"Loe gak papa len?"tanya Zahra khawatir.
"Gue takut."jawab Valen.
"Ayo kita pulang aja sekarang."usul Silvi.
Yang langsung membawa Valen di bantu Zahra.