Siang hari yang panas itu semakin membuat suasana di dalam ruangan lebih menghangat. Bercerita banyak bersama. Dedaunan yang rontok pun ikut menemani pembicaraan. Beberapa daun kering itu terbang sampai masuk ke dalam rumah. “Ndra, apa gue bakal kuat?” tanya Pratiwi sembari memainkan kerudungnya. “Kuat kok, kamu tenang saja. Kamu kan punya Tuhan,” kata Nalendra sembari mengusap minyak yang menempel di bibirnya. “Tiwi, ceritakan semua jika kamu mau,” sambungnya. “Aku hanya takut, Ndra. Takut kalau nanti anakku lahir malah tidak bisa aku rawat. Aku takut kalau itu terjadi,” lirihnya. “Memang, apa yang terjadi waktu itu?” tanya Nalendra. “Perjanjian Bram waktu itu tidak hanya ada satu. Tapi, masih ada yang lain. Aku juga tidak tahu perjanjian apa,” jawabnya menunduk. Nalendra ters

