"Kau menelan sebutir berlian?" ulang Zayn meringis perutnya tiba-tiba terasa melilit membayangkannya.
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Di saat yang sama dua mobil berwarna hitam dan silver mendekati mobil mereka. Satu pria dengan pistol di tangan, mengarahkan Zayn untuk minggir
"Sial!"
Zayn yang melihat hal itu sangat merasa kesal. Dia lalu menancapkan gas dalam-dalam dan melajukan Lamborghininya diambang batas maksimal. Dia meliukkan mobilnya dengan lincah, menyalip beberapa mobil di depannya. Untung saja jalanan yang mereka lalui jarang ada lampu merahnya.
Baru saja dia bersyukur karena keberuntungan ini, dia melihat di depannya sudah ada perempatan jalan dengan lampu kuning yang masih menyala. Dia langsung saja menancap gas, berusaha untuk pergi meninggalkan penjahat itu secepatnya. Para penjahat itu hanya bisa memandanginya pergi ketika mereka sendiri terjebak lampu merah.
Maria atau Lamborghini putih miliknya tidak pernah berjalan dengan kecepatan diatas 60 kilometer perjam. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada barang paling berharga miliknya. Selama 3 tahun bersama Zayn, Maria tidak pernah lecet, dia selalu menjaga kondisi mobil itu dengan rajin pergi ke bengkel agar performa mobil itu tidak berkurang sedikit pun. Dia merawat Lamborghininya bagaikan seorang ibu menjaga seorang anaknya.
"Apakah kau mengenal kota ini, arah mana yang bisa dilalui agar orang-orang kita bisa terbebas dari kejaran mereka. Mariaku sudah lelah berlari dari tadi," ujar Zayn dengan raut wajah sangat khawatir.
Lulu mengangkat satu alisnya mendengar nama Maria.
"Dia mobilku?" terang Zayn tahu apa yang ada dalam benak Lulu.
Lulu menganga, dia mengira jika Maria adalah kekasih Zayn ternyata mobil putih ini. Dia lalu menganggukkan kepalanya. Sembari menahan tawanya.
"Kau belok saja ke kanan di tikungan itu. Lalu kita masuk ke salah satu gang. Gang itu akan menuju ke pemukiman warga. Setidaknya mobil mereka tidak akan mengejar mobil kita dengan kecepatan maksimal karena para warga pasti marah. Lalu kita masuk ke pemukiman penduduk, mencari tempat aman untuk bersembunyi," kata Lulu.
Zayn lalu mengikuti instruksi Lulu. Mereka berjalan hingga masuk ke jalan desa. Di sana banyak sekali polisi tidur yang membuat Zayn melontarkan banyak umpatan binatang karena mobilnya terantuk polisi tidur di sepanjang jalan.
Mereka akhirnya bersembunyi di belakang rerimbunan pohon sekitar perkebunan.
"Ya Tuhan, aku berharap, aku tidak akan bertemu denganmu lagi. Baru saja kita bersama dan Mariaku sudah jadi korbannya," ujar Zayn melihat ada goresan di bagian pinggir mobil ketika kepalanya keluar dari jendela mobil.
Sejenak mereka terdiam.
"Tadi kau belum menyelesaikan ceritamu mengapa mereka ingin membunuhmu, masalah berlian dan siapa kau, siapa mereka," tanya Zayn di tengah keheningan hanya ada suara mesin kendaraan di antara mereka.
" Aku bekerja di sebuah klub malam milik kekasihku, Aji Prakoso. Dia adalah penyelundup obat-obatan terlarang dan berlian. Dia dan aku sedang melihat-lihat berlian yang baru saja datang. Di saat dia sedang ke kamar mandi, aku tertarik melihat satu berlian biru 8 karat. Berlian itu berharga 1,5 milyar. Aku hanya berniat melihat dan mengamatinya dari dekat tetapi Aji yang tiba-tiba kembali dari kamar mandi berteriak memperingatiku, membuat aku terkejut dan tanpa sengaja berlian yang ada di depan wajahku itu terlepas masuk ke mulutku dan tanpa sengaja aku telan," ucap Lulu dengan wajah penuh penyesalan.
Zayn meletakkan meletakkan wajahnya ke stir mobil. Dia mencuri sebuah berlian dari bandar obat-obatan terlarang. Nyawanya benar-benar dalam bahaya jika dia terus bersama wanita ini.
"Lihat itu mobil mereka!" Lulu menepuk lengan Zayn pelan memperingatkannya. Seketika tubuh mereka menegang. Jika persembunyian mereka ketahuan bisa dipastikan mereka tidak akan selamat kali ini.
Untung saja mobil itu hanya lewat jalan utama tidak melihat keberadaan mereka. Zayn bisa bernafas lega.
"Apa kau sudah mencoba makan makanan berserat," tanya Zayn setelahnya.
"Sudah kulakukan tapi tetap tidak mau keluar juga. Hingga Aji membawaku ke rumah sakit untuk di ronsen. Setelah melakukan suatu rangkaian pemeriksaan terlihat jika berlian itu tersangkut di usus buntuku dan aku harus melakukan operasi besar untuk mengeluarkannya.''
"Kenapa kau menolaknya?" tanya Zayn, jika dia menerima saran itu pasti masalah ini tidak akan terjadi. Pikir Zayn.
"Aku hanya takut mereka akan membedahku dan membiarkan kumati di meja operasi tanpa bertanggung jawab akan risiko yang akan terjadi kemudian. Aku tidak percaya mereka!" jelas Lulu.
Terdengar suara desahan dari Zayn. "Lalu mengapa kau berpakaian seperti pengantin tapi dengan sepatu mirip sales jalanan," ejek Zayn melihat sepatu kets merah muda buntut milik Lulu.
Lulu memukul keras lengan Zayn," Aww … .'' Zayn mengusap lengannya yang terasa panas.
Wajah Lulu ditekuk dia terlihat sangat imut dengan ekspresi seperti ini. Pipinya yang chubby menggembung indah dengan dua mata bening yang bundar dan bulu mata yang hitam, lebat serta lentik. Zayn sangat suka melihatnya. Tangannya gatal ingin mencubit pipi itu.
"Ini sepatu terbaik milikku. Aku memakai ini agar aku bisa berlari cepat ketika kabur di hari pernikahanku," terang Lulu.
"Setelah aku menolak untuk melakukan operasi itu, Aji berinisiatif untuk menikahiku agar bisa mempunyai ijin memaksaku melakukan operasi. Dia menjebak kakekku yang hobi judi untuk bermain judi dengan mempertaruhkan rumah kami. Singkat cerita kakek kalah main dan aku harus mau menikahi Aji untuk melunasi hutang kakek. Jika tidak dia akan melaporkan kakek atas tindak pidana penipuan hutang yang tidak dibayarkan," tutur Lulu dengan raut wajah putus asa. Hati Zayn ikut prihatin mendengar cerita Lulu.
"Kita akan cari jalan keluar untuk masalah ini," kata Zayn tiba-tiba. Dia adalah seorang kakak lelaki, dia tidak ingin jika satu-satu adik perempuan kandung yang dia miliki menemui kesulitan tanpa ada yang menolong. Dia membayangkan jika adiknya ada di posisi Lulu.
"Tidak usah, kau sudah banyak membantuku sejauh ini," jawab Lulu lesu diiringi dengan senyuman di bibir tapi tidak sampai mata.
"Tapi nyawamu?" tanya Zayn cemas. Selama ini dia tidak pernah mengkhawatirkan seorang pun kecuali adiknya.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri," kata Lulu terdengar lemah.
"Kelihatannya mereka telah jauh. Kemana lagi kita sekarang!" tanya Zayn.
"Jika kau tidak keberatan, kau antarkan saja aku pulang ke rumah," pinta Lulu. Rencananya dia akan pulang lalu membawa kakeknya pergi dari sini secepatnya.
"Mereka pasti akan mencari kakek bahkan bisa saja menyanderanya," imbuhnya lagi sembari mendesah. Zayn ikut prihatin melihat keadaan Lulu yang rumit.
"Aku tidak terlalu mengenal daerah ini bisakah kau katakan arah jalannya?" Lulu menganggukkan kepalanya.
Mobil mulai melaju menuju jalan utama. Setelah itu, Zayn mengendarai mobilnya cepat agar bisa segera sampai ke rumah Lulu sebelum para bandit itu kesana terlebih dahulu.
Sepanjang perjalanan terkadang Zayn melirik ke arah Lulu yang melihat ke arah depan dengan pandangan kosong. Berbagai macam pikiran mampir di benaknya. Dia sendiri tidak mengerti mengapa hatinya terdorong untuk menolong gadis ini. Disisi lain dia enggan terlibat masalah kompleks yang bisa membahayakan nyawanya.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Rumah bercat warna warni yang sangat mencolok dengan pagar besi setengah badan bercat warna kuning. Satu sisi bagian tembok di cat merah muda, sisi tembok lain di cat hijau telor dan sisi lain di cat orange. Zayn seperti melihat penampakan sekolah taman kanak-kanak.
"Terima kasih," kata Lulu tersenyum dengan penuh ketulusan. Dengan cepat dia mengecup pipi Zayn lalu beranjak keluar dari mobil dengan cepat.
Tubuh Zayn membeku seketika. Dia seperti terkena aliran listrik hanya karena sebuah kecupan. Dia mulai ragu untuk meninggalkan gadis itu dalam bahaya.
"Zayn, dia itu bukan siapa-siapamu," batin Zayn.
"Kemana kau setelah ini?" teriak Zayn melongok dari jendela mobil.
"Aku tidak tahu, yang pasti aku akan pergi sejauh mungkin dari sini," jawab Lulu terlihat santai.
"Dengan apa?" tanya Zayn penasaran.
"Mungkin aku akan memesan taksi on-line nantinya," jawab Dara dengan menaikkan dua bahunya ke atas.
"Hati-hati!" ucap Zayn terdengar ragu.
Lulu menganggukkan kepalanya, membalikkan tubuh dan membuka pintu gerbang lalu mulai berjalan melewati pekarangan rumahnya. Zayn mulai menyalakan lagi mobilnya sembari melihat Lulu.
Mengapa hati Zayn terasa berat untuk berpisah darinya. Padahal mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu. Pernikahan itu hanya sandiwara saja, dan tidak sah 'kan? Batin Zayn bertanya dalam hati.