Berlian di Perut

1355 Kata
Para penjahat yang mengejar gadis itu mulai terlihat berjalan maju ke baris depan. Zayn langsung menarik tangan gadis itu keluar dari tempat duduk dan maju ke depan ketika melihat salah satu mempelai telah menyelesaikan ijab kabul. Zayn duduk berdampingan dengan gadis yang tidak dia kenal dan menyerahkan formulir yang tadi dipungutnya. Seorang mempelai pria lain menepuk pundak Zayn. Wajahnya terlihat marah karena Zayn menerobos antrian. "Anu calonku ini sedang hamil dan dia mengalami kram perut jika pernikahan kami tidak segera dilangsungkan maka dapat dipastikan akan gagal karena saya harus membawanya pergi ke rumah sakit secepatnya," ucap Zayn. Wanita itu pura-pura meringis kesakitan sembari memegang perutnya setelah mendengar ucapan Zayn dengan wajah panik dan memelas. "Hamil," kata para peserta serentak. "Memang seperti itu kelakuan anak muda sekarang, tidak bisa menahan diri sampai hari pernikahan. Kebanyakan mereka menikah karena sudah terlanjur hamil, yang penting ada niat untuk bertanggung jawab terhadap kesalahan yang diperbuat," cetus penghulu. Semua yang hadir menganggukkan kepalanya. Masalah seperti ini memang sudah hal biasa bukan aib yang harus ditutupi, karena rasa malu bukan lagi hal yang diutamakan anak muda jaman sekarang. "Lalu kemana saksinya?" tanya Penghulu. "Pernikahan kami tanpa restu orang tua jadi kami tidak membawa saksi," kata Zayn dengan wajah yang terlihat sedih. Semua orang menatapnya dengan tatapan prihatin. Zayn sangat mengagumi kemampuan beraktingnya kali ini. "Ya, sudah biar saya saja yang jadi saksi," ucap salah seorang di belakang mereka. Lalu, ada satu orang lain lagi yang bersedia jadi saksi. Seorang juru tulis wanita mengerutkan keningnya sebelum melakukan ijab. Dia seperti telah melihat Zayn sebelumnya. Dia adalah pria paling tampan yang pernah dia lihat. "Bukannya tadi anda jadi saksi dari mempelai yang sudah menikah?" "Anda benar, Bu eh Mba, tadi saya menjadi saksi pernikahan sahabat saya tapi kini saya juga mau menikah," jawab pria itu sembari menarik dua sudut bibirnya terpaksa. Juru tulis itu menganggukkan kepalanya. Gadis Zayn masih dalam aktingnya yang kesakitan dan tambah menundukkan pandangannya ketika melihat calon suami aslinya sedang berjalan dari arah samping untuk melihatnya. "Hei, kau mau apa? Jika mau menikah duduk dulu dan ambil nomer antrian," tegur penghulu pada penjahat yang mengejarnya. Pria itu akhirnya mundur. "Ayo kita mulai ijabnya, sepertinya dia sangat kesakitan," tunjuk penghulu pada gadis di sebelah Zayn dengan wajah khawatir. Zayn langsung menganggukkan kepalanya. "Mas kawin?" tanya Penghulu itu lagi. Zayn kebingungan. Dia lalu melihat cincin emas putih yang berhiaskan berlian kecil di jari kelingkingnya. "Mungkin ini cukup untuk dikenakannya," batin Zayn. Itu adalah cincin pernikahan milik almarhum ibunya. "Aku hanya meminjamkan ini padamu," bisik lirih Zayn di telinga gadis itu. Gadis itu mengangguk pasrah. Zayn lalu menyerahkan cincinnya sebagai mas kawin. Zayn dan penghulu mulai berjabat tangan di atas meja. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Risky Alamsyah bin bapak Sahid dengan Ananda Rimira binti Karyono dengan maskawinnya berupa mahar satu cincin emas berlian, Tunai.” Tiba-tiba rasa gugup dan keringat dingin keluar dari tubuh Zayn. Lidahnya terasa kelu untuk mengatakan kalimat ijab. "Ini hanyalah sandiwara layaknya di televisi, Zayn," batin Zayn berusaha menenangkan diri sendiri. Dia menoleh ke samping dan menatap Ramira palsu. Entah dorongan dari mana. Tanpa dia sadari, dia mengucapkan kalimat itu dengan lancar dan mantap. "Saya terima nikahnya Ramira binti Karyono dengan emas kawin sebuah cincin emas berlian dibayar tunai," kata Zayn tanpa melepaskan tatapannya. "Alhamdulillah," kata Penghulu, lalu dengan cepat dia melantunkan doa. Selanjutnya gadis itu mengambil tangan Zayn dan mencium punggung tangannya. Zayn dengan cepat menarik tangannya kembali. Sesuatu seperti aliran listrik menjalar dari jari wanita itu ke jari-jari tangannya sendiri. Dan perasaan yang terasa menggelikan itu masih terasa hingga saat ini di punggung tangannya. Bekas kecupan singkat wanita itu. Kedua mata Zayn yang cokelat menyipit memandangi wajah Ramira palsu, mencoba mencari ekspresi di wajah wanita itu apakah dia juga ikut merasakan sengatan listrik itu. Tapi mata itu malah balik menatapnya dengan tenang menunggu kecupan ringan yang belum Zayn berikan di dahi wanita itu. Dengan hati berdebar kencang wajah Zayn maju ke depan dan melayangkan sebuah kecupan singkat di dahi Ramira palsu. Seketika rasa hangat menjalar ke hatinya. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Zayn hendak menarik tangan Ramira untuk pergi dari sana secepatnya. Tapi penghulu itu menginterupsinya. "Tanda tangani dulu," ujar penghulu sembari menggelengkan kepalanya. Anak muda itu terlihat sangat tidak sabaran, pantas saja jika wanita itu hamil duluan. Batin Penghulu. Setelah mereka menandatangani berkas itu, Zayn langsung berdiri. "Terima kasih, Pak!" ujar Zayn mengambil buku nikah mereka dan menarik tangan Ramira "Ayo, cepat Ramira!" ajak Zayn terburu-buru karena melihat mantan mempelai Ramira yang lain sedang menatap istrinya. Ramira berjalan sembari ditarik oleh tangan Zayn membuat kakinya tersandung dan hampir jatuh. "Hati-hati dia sedang hamil," teriak Penghulu sembari meringis. Zayn menghentikan langkahnya, dia lalu mengangkat tubuh gadis itu dan keluar lewat pintu yang berada di belakang panggung. Wajah gadis itu terlihat merona merah karena baru kali ini tubuhnya digendong seeorang pria. Sesampainya dekat mobilnya, Zayn lalu menurunkan gadis itu. Dia membuka pintu mobil, langsung melepaskan suit dan melemparnya ke dalam mobil. "Terima kasih atas bantuanmu, aku harus pergi sekarang," ucap Ramira terburu-buru. "Hei, biar aku antarkan!" ujar Zayn menawarkan bantuan yang lain. "Tidak usah, aku bisa pergi sendiri," kata Ramira palsu sembari melihat mobil Lambhorgini putih milik Zayn. Matanya melebar karena terkejut, dia tidak menyangka jika pria yang telah menolongnya adalah seorang pria kaya raya "Sia-sia nanti apa yang telah kulakukan tadi," imbuh Zayn khawatir jika wanita ini tertangkap lagi oleh pria-pria itu. "Kelihatannya sudah aman," jawab Ramira sembari celingukan melihat apakah orang-orang yang mengejarnya telah pergi dari tempat ini. Zayn memberikan isyarat dengan matanya agar wanita itu melihat ke arah belakang. "Hei benar, itu dia!" teriak salah satu penjahat. Zayn langsung membuka pintu mobil dan mendorong tubuh Ramira masuk. Zayn sendiri berputar cepat dan membuka pintu ruang kemudi lalu duduk di kursi kemudi dan mulai menyalakan mesin. Zayn hendak menarik perseneling ketika para penjahat itu mulai memukul kaca mobil. Ramira menunduk dan berteriak ketakutan. Zayn langsung menancap gasnya seketika. "Lulu, kau harus mengembalikan berlian milikku!" teriak mantan mempelai lelaki Lulu di kaca mobil sembari memukul kaca mobil. Wajah pria itu terlihat sangat kesal dan marah. "Sialan! Kejar mereka!" perintah pria itu dengan wajah merah padam. Dia menendang udara dengan keras. Tidak lama kemudian sebuah sedan berwarna hitam datang dan pria itu masuk ke dalam mobil. Pria itu bernama Aji Prakoso. Seorang pria tampan pemilik dari sebuah klub malam. Klub itu dijadikan tempat untuk menjual obat-obat terlarang, dia juga menyelundupkan berlian ilegal. Mobil Lamborghini berwarna putih melesat cepat di jalanan kota Cilacap. Sebuah kota kecil di daerah pesisir pantai Jawa. Kota yang masih terlihat asri dengan pemandangan pematangan sawah di kanan kiri jalan mereka. Dan pantai di sisi yang lain. "Berlian? Kau mencuri berlian? Kau membawa masalah besar masuk ke dalam hidupku!"tanya Zayn penasaran. Jika dia tahu Ramira palsu membawa berlian yang bisa membahayakan nyawanya, dia tidak akan membantunya. "Sudah kubilang ceritanya panjang dan aku juga tadi ingin pergi sendiri tapi kau memaksaku masuk ke dalam," kata wanita itu. "Sial!" maki Zayn kesal sembari memukul stirnya. "Kalau begitu biarkan aku keluar dan pergi menyelamatkan diriku sendiri. Kau tidak perlu membahayakan dirimu," ucap Lulu tidak mau kalah. Dia bersedekap sembari mengerucutkan mulutnya. Zayn meliriknya. Dia merasa bersalah karena menyalahkan Ramira palsu. "Maaf!" sesal Zayn. "Tidak perlu! Seharusnya aku yang meminta maaf karena telah melibatkan dirimu dalam masalah ini," jawab Lulu. "Aku akan mengantarkanmu ke tempat tujuan tapi ceritakan dulu masalahmu. Sebelum itu kenalkan namaku Zayn Malik. Kau bisa memanggilku Zayn dan kalau tidak salah dengar mereka memanggilmu Lulu?" Lulu menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu cepat ceritakan awal kejadian ini,'' Zayn tidak sabar mendengar penuturan wanita itu. "Namaku Lunar mereka biasa memanggilku Lulu. Tadi aku meninggalkan pernikahanku. Pria tadi adalah calon suamiku. Tujuannya menikahiku agar bisa mendapatkan ijin untuk membedah perutku di rumah sakit." "Izin untuk membedah?" ucap Zayn tidak mengerti. ''Untuk apa? Apa kau menderita suatu penyakit mematikan?" "Bukan karena penyakit tapi karena aku tanpa sengaja memakan satu butir berlian delapan karat miliknya. Itu berlian biru yang langka sehingga harganya sangat mahal," terang Lulu. Ciiiit! Mobil berhenti di tengah jalan secara tiba-tiba. Zayn lalu menoleh melihat ke arah Lulu. "Jadi berlian itu ada di perutmu?" seru Zayn terkejut. Dia mengusap wajahnya kasar. Ini masalah serius.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN