Dahulu, Hapsari memiliki cinta pertama ketika dia masih Sekolah Menengah Atas bernama Bramantyo. Hubungan antara Hapsari dan Bramantyo kandas sesaat setelah Hapsari lulus kuliah. Bramantyo menikah dengan seorang wanita yang dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Rasa sakit hati Hapsari membuatnya pergi merantau mencari pekerjaan. Ternyata takdir mempertemukan Hapsari dengan Adiwilaga.
Saat itu Adiwilaga membuka lowongan pekerjaan, Hapsari kebetulan ikut melamar pekerjaan itu. Tidak disangka Hapsari diangkat menjadi seorang sekretaris untuk dirinya. Melihat Hapsari yang jujur, rajin, dan cekatan membuatnya diterima menjadi sekretaris Adiwilaga. Kebersamaan mereka yang selalu bertemu di kantor setiap hari membuat keduanya menjalin hubungan yang lebih dekat. Tanpa ragu lagi Adiwilaga mengungkapkan perasaannya kepada Hapsari. Wanita cantik bermata lentik dan rambut panjang yang indah bergelombang. Mampu menghipnotis Adiwilaga dengan cinta dan ketulusannya.
Adiwilaga memberitahu ibunya perihal niatannya untuk meminang Hapsari. Nyonya Bastari tidak pernah mempermasalahkan status sosial dari seseorang seperti ketika Adiwilaga meminang Hapsari yang status sosialnya berbeda. Nyonya Bestari hanya melihat seorang wanita untuk putranya dari ketulusan hati dan komitmen yang dijalaninya. Sehingga Nyonya Bestari menyetujui niatan Adiwilaga untuk memperistri Hapsari.
Pernikahan yang baru seumur jagung itu akhirnya dikaruniai keturunan. Namun kebahagiaan mereka tidaklah lama. Karena maut memisahkan Hapsari dengan Adiwilaga. Kepergian Adiwilaga meninggalkan buah cinta mereka yang bernama Gendis Paramita Saat usianya menginjak 3 tahun.
Rasa kehilangan Hapsari atas meninggalnya sang suami. Ditambah lagi ia merasa menjadi penyebab pertengkaran antara Wijaya dan Laksmi—adik iparnya. Membuat Hapsari tertekan dan depresi Karena menyalahkan diri sendiri. Lambat laun mentalnya memburuk. Karena justru sikap baik Nyonya Bestari terhadap Hapsari, ternyata mengundang rasa iri di benak Laksmi. Hal itu pun memicu penyebab depresi yang dialami Hapsari semakin memburuk lagi. Hingga akhirnya Gendis diasuh dan tinggal bersama Laksmi dan Wijaya selama Hapsari menjalani pengobatan dan terapi untuk memulihkan kembali kondisinya menjadi normal seperti dulu.
Sepuluh tahun berlalu. Kondisi psikis dan mental Hapsari kembali pulih. Semuanya dirasa normal seperti sedia kala. Hapsari lebih ikhlas menerima takdirnya. Dia pun sangat merindukan putrinya.
Saat ini Hapsari sudah tidak lagi memedulikan kan apa yang dibicarakan oleh orang lain tentang dirinya. Termasuk cibiran Laksmi di belakang Hapsari. Karena saat ini yang terpenting untuk Hapsari adalah masa depan Gendis. Pada prinsipnya Hapsari sudah menanamkan dalam hati bahwa dia tidak akan lagi memedulikan ocehan orang lain selama dia merasa tidak pernah merugikan ataupun berniat jahat kepada orang lain.
Namun, niatan baik Hapsari untuk kembali bekerja. Ternyata ditanggapi berbeda oleh Laksmi. Sehingga Laksmi mencari cara untuk bisa memisahkan kedekatan antara Wijaya dengan Hapsari. Laksmi kembali menghadirkan sosok Bramantyo dalam kehidupan Hapsari.
Saat itu kebetulan Wijaya tengah membutuhkan seorang asisten pribadi yang bisa menggantikannya untuk bekerja di perusahaan perkebunan milik Hapsari. Karena terkadang urusan perkayuan sering bentrok dengan urusan perkebunan. Wijaya berpikir kalau dia memiliki seorang asisten yang bisa diandalkan maka semuanya terasa lebih baik dan tidak banyak memakan waktunya.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Laksmi. Wanita itu berusaha menghubungi orang terdekat Bramantyo agar mereka bisa bertemu dan berbicara empat mata. Tentunya mereka membicarakan tentang permasalahan pekerjaan yang ditawarkan oleh Wijaya dan juga pekerjaan sampingannya dari Laksmi.
Bramantyo dan Laksmi bertemu di sebuah restoran. Mereka makan siang bersama dan membicarakan hal penting lainnya.
“Sebenarnya Saya mencari keberadaan Mas Bram ini karena ada sesuatu hal yang ingin saya tanyakan dan ingin saya sampaikan!” Laksmi memberanikan diri untuk memulai perbincangan.
“Saya juga sempat kaget kalau adik ipar dari Hapsari menghubungi saya. Sebenarnya apa yang ingin kamu sampaikan?” Bramantyo merasa penasaran. Dia adalah pria gagah yang sudah menduda dan memiliki seorang putri seusia Gendis. Rumah tangganya mengalami perceraian karena memang tidak ada kecocokan antara satu sama lain. Semua terjadi akibat perjodohan karena mereka tidak saling mencintai. Semuanya terpaksa walau akhirnya mereka memiliki keturunan.
“Maaf sebelumnya apa pertemuan kita ini akan permasalahkan oleh istri mas Bram?” Laksmi berbasa-basi untuk memastikan status duda yang sudah dia dengar sebelumnya.
“Mau saya ketemu siapa pun itu sudah menjadi urusan saya, karena saya pun berstatus duda saat ini! Saya sudah bercerai dengan istri saya tiga bulan yang lalu. Saya juga ikut mengurus putri saya karena memang hak perwaliannya jatuh di pada tangan saya. Sebenarnya apa yang ingin kamu sampaikan?” Bramantyo yang berpenampilan flamboyan seakan memiliki daya tarik tersendiri.
“Sebenarnya saya ingin memberikan kabar kepada Mas Bram tentang status janda yang sudah disandang oleh Mbak Hapsari,” ucapan Laksmi sontak membuat Bramantyo terkejut karena seseorang yang pernah berarti dalam hidupnya statusnya saat ini sudah menjanda.
“Saya baru tahu kalau masalah ini. Memangnya jandanya karena bercerai atau suaminya meninggal?” Bramantyo ingin mengetahui lebih lanjut.
“Suaminya itu meninggal dunia karena sebuah musibah. Mbak Sari juga sudah sepuluh tahun ini mengalami depresi. Pada akhirnya dia bisa bangkit. Namun Mbak Sari terlihat seperti kehilangan sebelah sayapnya. Itu menjadi sesuatu yang pasti ketika kita kehilangan seseorang yang sangat berarti dan kita cintai. Saya merasa iba. Mbak Sari kelihatan sering menyendiri dan menurut saya dia butuh sosok pendamping sebagai pengganti mendiang suaminya. Lagi pula status janda yang disandang Mbak Hapsari sudah cukup lama.” Arah pembicaraan Laksmi membuat Bramantyo semakin tertarik.
“Itu berarti kamu menghubungi saya, karena kamu mengetahui masa lalu saya dengan Hapsari. Kamu juga pastinya sudah mengetahui kalau saya berstatus duda? Arah pembicaraan ini semakin menarik! Katakan saja sebenarnya apa yang ingin kamu sampaikan sama saya!” Bramantyo langsung meminta Laksmi untuk mengungkapkan tujuannya.
“Sebelumnya saya meminta maaf terhadap Mas Bram. Setelah saya mencari informasi ternyata mas Bram ini sedang mengalami kesulitan ekonomi? Saya memiliki tawaran yang cukup bagus untuk Mas Bram! Saya akan membahasnya jika Mas Bram memang tertarik dan serius untuk mengetahui tawaran saya!” Laksmi tersenyum menyeringai karena berhasil membuat Bramantyo penasaran.
“Ibarat nasi sudah menjadi bubur, lebih baik Saya makan saja! Jika memang tawaran ini menarik dan memang menguntungkan secara finansial, rasanya sulit untuk ditolak!” Bramantyo adalah pria yang mata duitan, gila harta, dan kehormatan. Dia mengetahui mendiang suami Hapsari adalah seorang pengusaha muda. Apalagi status Hapsari menjadi seorang janda. Pasti mendapatkan sebuah warisan dari mendiang suaminya. Hal itulah yang pertama kali muncul di dalam benak Bramantyo ketika baru pertama kali mendengar cerita dari Laksmi.
“Baiklah kalau memang Mas Bram tertarik dengan tawaran yang akan saya sampaikan.” Azmi tersenyum dengan penuh semangat.
“Begini, Mas! Mbak Hapsari itu kan menjanda sudah sepuluh tahun. Dia terlihat kesepian dan pada akhirnya bekerja kembali di kantor mendiang suaminya untuk membantu suami saya dalam mengelola perusahaan. Jujur saja saya merasa khawatir kalau Mbak Hapsari dan suami saya sering bertemu akan muncul perasaan di antara keduanya. Saya nggak mau dong kalau harus dimadu ataupun suami saya berpaling kepada mbak Hapsari. Rasa ketakutan itu terus menghantui saya, ditambah dengan ibu mertua saya yang masih begitu memperhatikan dan menyayangi Mbak Hapsari, jadi Saya berusaha mencari tahu bagaimana kisah cinta masa lalu Mbak Hapsari. Ternyata Cinta pertamanya adalah Mas Bram ini. Setelah saya cari tahu ternyata Mas Bram ini juga menduda. Kelihatannya jika Mas Bram kembali masuk ke dalam kehidupan Mbak Hapsari saat ini, mungkin kisah lama akan kembali terulang dan bisa bersemi kembali. Tentunya itu akan menguntungkan untuk saya dan juga Mas Bram,” jelas Laksmi kepada Bramantyo.
“Apa keuntungannya untuk saya dan untuk kamu?” Bramantyo semakin tertarik dengan pembahasannya.
“Keuntungan yang pasti saya akan merasa lebih tenang dan tidak perlu khawatir lagi kalau suami saya berdekatan dengan mbak Hapsari. Keuntungan untuk Mas Bram tentu saja Mas Bram dan Mbak Hapsari bisa mengulang kisah lama yang sempat terabai. Juga finansial Mas Bram akan berubah drastis! Maaf Mbak Sari memiliki rumah mewah, beberapa kendaraan roda empat, roda dua, tentu saja yang paling utama memiliki sebuah perusahaan perkebunan yang bonafit! Jika Mas Bram berhasil kembali merebut hati Mbak Hapsari maka tidak menutup kemungkinan kalau Mas Bram mendapatkan semua yang dimiliki oleh Mbak Hapsari. Iya kan?” Laksmi terus meluapkan apa yang ada di dalam benaknya.
“Dengan kata lain aku mendapatkan cinta dan juga harta? Ini menarik! Tapi bagaimana caranya saya bisa kembali menjalin hubungan dengan Hapsari?” Bramantyo berusaha mencari tahu bagaimana caranya agar dia bisa kembali menyapa dan berhubungan dengan Hapsari tanpa ada kecurigaan sama sekali.
“Kebetulan suami saya sedang mencari seorang asisten yang akan membantunya mengurus perusahaan perkebunan itu selain Mbak Hapsari. Mungkin dengan begitu Mas Bram sama Mbak Hapsari bisa semakin dekat dan kembali merajut cinta masa lalu yang sempat terabai itu!” Laksmi sangat berharap kalau Bramantyo mau menerima tawaran itu. Supaya Laksmi merasa kehidupan rumah tangganya aman dan tentram.
Bramantyo terdiam sejenak sembari mengulas senyum evil. Pria Flamboyan itu merasa tertantang dan sangat tertarik dengan tawaran Laksmi.
“Baiklah! Setelah saya pikir-pikir apa yang kamu tawarkan sangat menarik dan menguntungkan untuk saya dan juga kamu! Sehingga saya menerima tawaran kamu!” Bramantyo mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Deal?” Laksmi juga tersenyum lebar.
“Deal!” Bramantyo menyetujui tawaran Laksmi.
“Lalu kapan Saya akan memulai drama ini?” Bramantyo sudah tidak sabar untuk memainkan perannya.
“Besok datang saja ke kantor perkebunan Adiwilaga! Bawa semua berkas yang dibutuhkan! berpakaian rapi dan tetap menjaga rasa percaya diri! Saya juga akan merekomendasikan Mas Bram kepada suami saya!” Laksmi ingin semuanya segera dieksekusi.
“Siap! Serahkan semua sama Bramantyo!” Pria Flamboyan itu merasa sangat percaya diri dan berharap bisa menjerat Hapsari kembali dalam pelukannya.