Mendengar pertanyaan Gendis, Hapsari menyerahkan semua keputusan kepada Wijaya dan juga istrinya—Laksmi. Karena saat itu Hapsari sudah kembali pulih, dengan kondisi mentalnya seperti sebelum kejadian depresi yang dialaminya. Melihat pengalaman lalu. Laksmi masih takut kalau nanti tinggal bersama mereka maka suaminya bisa saja berpeluang dekat dengan Hapsari. Meski sekarang statusnya Hapsari adalah mantan kakak iparnya. Laksmi masih dibayang-bayangi kalau dirinya akan dimadu. Sehingga dia memutuskan untuk tidak bersama mereka.
“Gendis, Sayang! Maafkan Tante sama Om ya! Tante nggak bisa tinggal di sini setiap hari. Karena Tante juga harus mengurus pekerjaan Tante dan Om Wijaya juga harus mengurus pekerjaannya. Tapi kalau Gendis kangen sama Om dan Tante, Gendis boleh menginap atau main ke rumah Om dan Tante! Pintu rumah Tante akan terbuka lebar untuk Gendis.” Laksmi langsung memutuskan untuk menjawab hal itu.
“Ataupun sebaliknya! Kalau nanti Om dan Tante libur akhir pekan, Om sama Tante menyempatkan untuk menginap di rumah Gendis!” ucap Adiwijaya membuat istrinya kembali merasa panas.
‘Apa maksud Mas Wijaya mengatakan hal seperti itu? Bahkan aku sendiri tidak mau kalau harus menginap lagi di rumah ini! Ya Tuhan! Semoga saja hubungan Mbak Sari sama Mas Wijaya hanya sebatas mantan kakak ipar!’ ucap Laksmi dalam hatinya yang terus dihantui perasaan cemburu ketika melihat kedekatan Wijaya dengan Hapsari.
Mendengar penjelasan Wijaya dan Laksmi, Gendis mau mengerti kondisinya. Walau dia sangat membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah. Walau begitu Gendis mau mengerti keadaannya bahwa dia sudah menjadi anak yatim. Hanya memiliki Ibu yang juga baru saja sembuh dari depresinya.
***
Hari terus berganti. Waktu begitu cepat berlalu. Hapsari menyadari bahwa Gendis merindukan ayahnya. Ia selalu mengingatkan Gendis tentang takdir yang harus mereka jalani. Gendis mengerti walau dia selalu berharap Wijaya bisa menggantikan peran ayahnya.
Hapsari yang kesepian ketika Gendis pergi ke sekolah. Akhirnya memutuskan untuk ikut bekerja mengurus perkebunan. Hapsari mendatangi rumah Nyonya Bestari. Dia meminta izin untuk mengelola perusahaan perkebunan teh milik mendiang suaminya. Bagaimanapun sebelum Hapsari menikah dengan mendiang suaminya, ia menjadi sekretaris Adiwilaga. Pendidikannya tinggi, sedikit banyak dia juga tahu bagaimana mengelola sebuah perusahaan ketika dia masih bekerja pada Adiwilaga
Nyonya Bestari sangat mendukung keinginan Hapsari. Wanita tua itu merasa senang karena Hapsari kembali bangkit dari keterpurukannya.
“Memang kamu sudah siap untuk kembali bekerja dan mengisi hari-hari kamu untuk mengurus perkebunan?” Nyonya Bestari kembali memantapkan jawaban Hapsari.
“Iya, Bu, semakin hari Gendis semakin tumbuh dewasa. Saya hanya tidak mau kalau masa depan Gendis terabaikan. Perkebunan itu juga kan milik Gendis. Kalau nanti saya ikut terjun untuk mengelolanya bersama Wijaya. Setidaknya saya bisa membantu Wijaya dan suatu hari nanti juga saya bisa mengajarkannya kepada Gendis. Tentang cara mengelola sebuah perusahaan. Sepuluh tahun lalu memang masa-masa kelam untuk saya, Bu. Bahkan saya sempat kehilangan akal sehat untuk menyusul almarhum Mas Adiwilaga. Beruntungnya, saya memiliki keluarga yang begitu perhatian dan sabar dalam merawat penyembuhan depresi saya. Sekarang saya berkaca dari masa lalu yang kelam itu. Ada Gendis yang membutuhkan saya untuk masa depannya.” Hapsari sudah mantap untuk membantu mengelola perkebunan teh milik mendiang suaminya.
“Kalau kamu sudah mantap, biar nanti Ibu bicara sama Wijaya. Supaya nanti pembagian tugas kalian itu jelas dan kalian bisa menjadi partner bekerja. Memang Ibu akui selama satu tahun ini Wijaya terlihat begitu lelah karena harus mengurus dua usaha sekaligus. Usaha perkayuannya sama mengelola usaha perkebunan Adiwilaga. Sekarang dengan adanya kamu dan niatan yang sungguh-sungguh justru membuat saya merasa senang. Besok Ibu akan kabari kamu, ya! Ibu mau membicarakan ini sama Wijaya dulu.” Nyonya Bestari merasa begitu senang karena dia sangat menyayangi Hapsari. Bagaimanapun juga Hapsari adalah menantu yang sudah memberikan seorang cucu untuknya. Tentu saja dia dianak emaskan ketimbang Laksmi yang sampai detik ini belum bisa memberikan cucu untuk Nyonya Bestari.
***
Keesokan harinya Nyonya Bestari datang ke rumah Adiwijaya. Kedatangannya memang untuk membicarakan tentang niatan Hapsari yang akan ikut mengelola perusahaan perkebunan teh milik mendiang suaminya.
Kedatangan Nyonya Bestari selalu menjadi ancaman untuk Laksmi. Kali ini Laksmi berharap kalau kedatangan Ibu mertuanya itu tidak lagi membahas permasalahan tentang momongan. Mereka duduk di ruang keluarga rumah itu.
“Ibu datang ke sini ingin bertemu kalian, karena ada hal penting yang ingin Ibu sampaikan.” Nyonya Bestari menatap ke arah putranya.
“Iya tumben-tumbenan Ibu datang malam-malam seperti ini. Ada hal penting apa yang ingin Ibu sampaikan?” Wijaya menyimpan tanda tanya besar di dalam benaknya.
“Ibu hanya ingin menyampaikan tentang keinginan Hapsari untuk ikut andil dalam mengelola perusahaan perkebunan teh milik mendiang Adiwilaga. Kalau ibu sih nda masalah, selama hal itu bisa menjadi pelipur lara atas kesepian yang selama ini dirasakan oleh Hapsari. Menurutmu bagaimana, Jay?” Nyonya Bestari meminta pendapat Adiwijaya mengenai hal itu.
Mendengar berita yang disampaikan oleh Nyonya Bestari. Laksmi kembali merasa kesal.
‘Ya Tuhan! Apalagi ini? Aku sama Mas Wijaya sudah terbebas dari kehidupan yang selalu bertemu dengan Mbak Sari! Lalu kenapa sih Mbak Sari kok ngotot mau ikut mengelola perusahaan? Itu berarti setiap hari Mbak Sari sama Mas Wijaya bertemu di kantor? Ibu juga dengan mudahnya mengizinkan Mbak Sari untuk ikut mengelola perkebunan! Ada apa sebenarnya? Apa sengaja mendekatkan Mas Wijaya sama Mbak Hapsari? Rasanya kok aku semakin hari semakin dihantui dengan kehadiran Mbak Sari di tengah kehidupan keluargaku!’ tandas Laksmi dalam hatinya yang merasa begitu kesal dan akhirnya dia menduga-duga. Semua sebabkan oleh rasa cemburunya atas kedekatan Hapsari dan suaminya. Namun ibu mertuanya seakan-akan memberikan dukungan. Hal itu membuat Laksmi semakin membenci Hapsari. Dia akan mencari cara untuk menjauhkan Wijaya dengan Hapsari. Semua karena rasa cemburu dan takut kehilangan suaminya.
Mendengar penjelasan dari Ibunya, Adiwijaya juga menyetujui apa yang sudah menjadi keputusan Hapsari. Semua demi kebaikan masa depan Gendis.
“Kalau itu sudah menjadi keputusan Mbak Sari, Wijaya siap untuk membantu.” Wijaya tersenyum kepada ibunya.
“Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Ibu mau langsung berpamitan dan sekalian mampir ke tempat Hapsari untuk memberi tahu berita baik ini.” Nyonya Bestari mengulas senyuman di wajahnya. Namun, hal itu ditanggapi buruk oleh Laksmi. Wanita itu terlanjur sakit hati dengan perlakuan ibu mertuanya. Sehingga apa pun yang dilakukan ibu mertuanya selalu dianggap berdampak tidak baik untuk dirinya. Seperti masalah ini. Laksmi menganggap kalau ibu mertuanya pilih kasih atau menganak emaskan Hapsari ketimbang dirinya.
Semalaman Laksmi sulit memejamkan mata. Karena cepat atau lambar Hapsari akan sering bertemu suaminya di kantor. Walau Wijaya menganggap Hapsari masih seperti kakak iparnya. Namun tidak menutup kemungkinan rasa nyaman itu hadir di antara mereka. Lantaran seringnya mereka bertemu.
‘Aku tidak boleh tinggal diam! Kalau Mbak Hapsari semakin dekat dengan Mas Wijaya. Itu sama halnya kenyataan pahit untuk masa depanku! Aku tidak mau ada wanita lain merusak kebahagiaanku! Aku harus mencari cara! Ya! Mencari jalan keluar agar semua aman!’ ucap Laksmi dalam hatinya.
***
Hari-hari yang dilalui Hapsari cukup sibuk. Namun dia sangat menikmatinya. Menikmati kehidupannya yang disibukkan oleh pekerjaan dan mengurus Gendis. Semua tak ubahnya seperti pelipur lara atas masa lalunya yang pernah kehilangan orang yang dia cintai serta depresi yang dialaminya.
Namun kesibukannya di kantor membuat Hapsari menjadi lebih dekat dengan Wijaya. Rasa nyaman di antara keduanya membuat Hapsari merasa takut kalau perasaan itu akan berubah menjadi perasaan yang lebih mendalam. Dia berusaha untuk tetap menjaga jarak dengan mantan adik iparnya itu.
Kedekatan Wijaya dengan Hapsari tampaknya diketahui oleh Laksmi yang memang menempatkan seseorang di kantor itu untuk menjadi mata-mata. Dialah Pak Bagus. Laksmi selalu meminta Bagus untuk mengintai mereka.
Laksmi terbakar cemburu ketika Bagus memberikan informasi kedekatan mereka. Hingga Laksmi mencari cara untuk mencarikan sosok yang bisa membuat Hapsari jatuh cinta lagi.
Wanita itu menyelidiki masa lalu Hapsari sebelum dia akhirnya bekerja menjadi sekretaris mendiang Adiwilaga. Laksmi mencari tahu melalui teman dekat Hapsari dan juga sosial media lainnya.
‘Akhirnya aku menemukan cerita masa lalu Mbak Hapsari. Aku akan kembali menghadirkan masa lalunya, untuk menjauhkan dia dengan Mas Wijaya!’ ucap Laksmi yang sudah mengetahui cinta masa lalu Hapsari.
‘Sangat kebetulan cinta masa lalu Mbak Hapsari juga sudah menduda!’ Laksmi bertekad harus bisa mendekatkan mereka kembali. Demi menjaga keutuhan rumah tangganya.