im stressed

1938 Kata
Gadis itu terkapar di ranjang rumah sakit terdekat yang berada di tempat kejadian dimana nyawa nya hampir hilang. Ela masih pingsan atas kejadia tabrak lari beberapa jam yang lalu, Namun suara seseorang membuat gadis itu berusaha membuka matanya tapi nihil. Dia tetep tidak bisa membuka matanya "Gimana perkembangannya" "Aku sudah maksimal tapi sekarang kita hanya bisa berdoa kepada yang maha kuasa" "Cih, anak ini sungguh membuat orang tua susah saja!" Itu Valen. Ela tau suara itu, Suara ibu nya. Iya ibunya yang membenci anaknya Ela sendiri Setelah itu tak ada suara lagi Ela tak mendengar apa-apa lagi, Ela gadis itu hanya pasrah sekalipun dia harus mati hari ini dia ikhlas Tapi, ada sesuatu yang menyentuh tangan Ela. Gadis itu dapat merasakan, sebuah tangan yang dingin namun hangat, membuat Ela merasa bodoh karna tidak tau siapa seseorang yang telah menyentuh tangannya, dan sekarang dia menggenggam nya dengan kuat "Maaf del..hiks" suara lembut itu menyentuh lembut telinganya "Maafin aku, aku gak bisa jadi kakak yang baik buat kamu, aku gak bisa jaga kamu layaknya adik dan kakak maaf del maafin aku" pecah tangis suara seseorang yang tengah menggegam tangan Ela. Dan Ela merasakan tangannya basah, gadis itu menangis dan siapa gadis ini dia mengatakan bahwa dia kakaknya,? Ela berusaha menggerakkan tangannya dan matanya untuk melihat siapa gadis yang telah menangis karnanya, Dan disaat tangan Ela mulai bergerak dengan perlahan membuat gadis itu kaget, dan langsung bangun dari duduknya Belum sempat gadis itu melepaskan tangan Ela, namun tangan gadis itu lebih dulu di cekal dengan Ela, membuat gadis itu kaget dan berusaha melepaskan cekalan ditangannya, sedangkan Ela dia dengan sekuat tenaga mencoba membuka matanya. Tapi tetap saja matanya seakan sangat berat untuk Melihat siapa gadis yang telah mangaku kakaknya itu, sampai cekalan itu terlepas membuat Gadis itu segera pergi tapi saat Penglihatan Ela sedikit jelas dia dapat melihat punggung Gadis itu. Lalu hilang dibalik pintu kamar Rawatnya. Siapa dia?- batin Ela seakan-akan bingung dengan apa yang baru saja di dengarnya dari gadis itu Sedangkan dilain sisi seorang gadis lain yang dari tadi memperhatikan gerak gerik Ela dan Gadis misterius yang mengaku bahwa dia kakak Ela, Gadis itu mengepalkan tangannya berusaha untuk menahan Emosi nya, merasa kesal saat melihat. Apa yang baru saja dilihat nya "Sial, Eva nemuin keberadaan Adel!" Umpat Gadis itu, dan pergi dari tempat nya dengan perasan sangat kesal dan tentunya dendam. Hari menunjukan siang nya, membuat gorden rawat inap Ela, terlihat Terang karna cahaya matahari yang ingin menembus dari Gorden itu. Ela melihat dan memperhatikan Ruangan yang dia tempati saat ini. Melihat betapa luas nya tempat yang dia tempati, Mungkin ini kamar rawat terkecil di rumah sakit ini. Karna dia masih ingat dimana Valen mati-matian bertengkar dengan suster. Rumah sakit hanya untuk mendapatkan kamar terkecil dirumah sakit, Ela paham Valen ibunya itu tidak akan mungkin ingin menghabur-hambur kan duit hanya untuk perawatannya Saat Ela sedang memperhatikan kamar rawatnya, tiba-tiba suster datang dengan membawa satu mangkok bubur, Segelas air putih, dan obat yang ada dinampan yang suster itu pegang Dengan senyum dibibir nya suster itu menghampiri Ela, yang sudah tersadar dari koma-nya saat kejadian itu "Ela, sudah bangun berarti saatnya kamu makan dan minum obat yah,"ucap suster itu lembut Ela tersenyum tipis dibalik alat pernapasannya, dan mengangguk kecil tanda mengiyakan ucapan dokter tersebut Ceklek Suara pintu kamar rawat Ela terbuka, menampilkan seorang laki-laki dengan setelan jeans nya dan kaus polos yang dibaluti jaketnya Lelaki itu tersenyum kearah Ela, lelaki yang pernah memberikan warna dihidup nya di hari kemaren sebelum semuanya kacau Axsa, cowo itu masuk ke kamar inap Ela dan berjalan menuju Ranjang kasur Ela, dimana gadis itu terkapar sekarang. Axsa menoleh ke-arah suster untuk memberi kode agar Axsa saja yang melakukannya membuat Suster itu mengerti dan keluar dari kamar inap Ela, Ela menoleh ke arah Axsa Gadis itu tersenyum tipis sangat tipis kearah nya, Axsa menutupi kesedihannya karna melihat Gadis yang di cintainya terkapar lemah di bankar itu "Hai,.."sapa hangat Axsa yang diangguki oleh Ela karna gadis itu kesulitan untuk mengucapkan satu kata pun "Kamu aus?"tanya Axsa yang lagi-lagi diangguki oleh Ela Axsa mengambil gelas yang berisi air putih di nakas dekat Bankar Ela, Axsa menyodorkan dengan hati-hati ke arah mulut Ela mengakat sedikit Leher belakang Ela dengan tangan kiri nya yang bebas, untuk membantu Gadis itu minum "Uda makan?" Ela menggeleng pelan membuat Axsa mengerti apa yang berusah Ela lakukan "Yaudah, sekarang kamu makan, abis itu minum obat biar cepet sembuh!" Lagi-lagi Axsa ada untuknya, membuat gadis itu merasa tidak sendiri lagi dan melupakan masalah nya beberapa jam yang lalu, karna dia tau dia tidak sendiri dia masih punya Rara, Dina dan.. Axsa juga gadis yang mengaku kakaknya entahlah setelah dia sembuh Ela harus mencari gadis itu karna Ela yakin, Ela punya ikatan dengan gadis itu "Eca.. makan ya kak" sudah berulang kali Raka membujuk kakaknya itu tapi tetap saja Eca tidak membuka mulutnya, jujur Raka sudah sangat lelah menunggu Eca sendiri 24Jam karna ayahnya yang sibuk dengan kantornya juga mamahnya yang harus membeli kebutuhan Eca dan mengurus arisannya yang menurut Raka sangat tidak penting "Terus kak Eca maunya apa, ntar Raka kena marah lagi sama mamah kalo kak Eca gak makan, Raka capek kak!" Ngeluh Raka ke Eca membuat gadis itu berubah jadi sinis dan bersiap menyemburkan kemarahannya ke Adiknya yang menurutnya menyebalkan "Kalo cape yaudah sana pergi! Ngapain jagain Eca, jagain aja sana Ela yang gila itu yang buat kamu lebih bahagia deket ama dia dari pada Eca!" Eca kesal dia tidak sadar ucapannya membuat Raka kesal "Cukup ya kak Ela gak gila!"Raka tak kalah kesal diapun menaru piring yang berisi makanan penuh di nakas dekat Bankar Eca dan pergi meninggalkan kakaknya yang manja itu Raka keluar dari kamar Eca, dia bingung harus kemana Raka pun berjalan dikoridor dengan pikiran yang kosong dan tiba-tiba kata kata yang di ucapkan lusa kemarin dengan kakaknya Ela terdengar sangat jelas dikuping nya seolah-olah membisikannya Dia Gila Bawa Dia Dok!. Ucapan yang dia ucapkan menyerangnya membuatnya menyalahkan dirinya sangat apa yang dia lakukan! Dia kalut pada saat itu dia emosi sampai dia tidak bisa mengedalikannya "Kak Ela.." lirih Raka dan terduduk di kursi dimana orang-orang menunggu pasien "Maaf kak.." "Maaf.."Raka tidak bisa menahan air matanya dia menangis beruntung lingkungannya sedang sepi hanya lalu lalang suster yang membawa beberapa barang yang tidak terlalu Raka pedulikan Tiba-tiba Raka berdiri menuju parkiran dan mengendarai Motor Ninja Hitamnya ke Rumah Sakit Jiwa dimana Ela sekarang berada pikirnya "Gue harus nemuin lo kak" Raka pun membawa Motornya Melesat di jalan raya Dokter Yang merawat Ela meriksa keadaan Ela setelah makan beberapa menit lalu "Kondisi nya membaik kamu bisa pulang beberapa hari lagi, tapi tetap saja kamu harus memakai kursi roda untuk beraktivitas kaki kamu masih lemah karna benturan yang lumayan keras di tulang kaki kamu" jelas Dokter itu, Axsa yang berada di situ melihat raut wajah Ela yang sedikit Memurung melihat itu Axsa pun menanyakan hal ke Dokter "Tapi Dok, Ela bakal tetep baik-baik aja kan dia masih bisa jalan kan?" "Tenang ini hanya untuk memberikan sedikit keringan untuk kaki adel--" "Ela Dok," ralat Ela yang tersenyum kearah dokter itu, dan Dokter itu sedikit tidak Enak mengatakan hal yang Fatal baginya "Ahh iya maaf, tapi kamu masih bisa jalan dengan baik hanya saja kaki kamu butuh istiraha Ela," Perjelas Dokter itu, Ela dan Axsa pun menganggukan kepalanya tanda mengerti "Baiklah, saya harus memeriksa pasien lain. Selamat siang" pamit Dokter itu yang menyisakan Ela dan Axsa diruangan itu Suasana Awkawrd tiba-tiba menyerang mereka berdua "Ehm!" Axsa berusaha membuat suasana Sedikit mencair "Sa" "La" mereka memanggil dengan waktu yang bersamaan membuat keduanya terkekeh "Lo duluan deh," ucap Axsa mengalah "Oke, Terimakasih sa, Karna lo slalu ada buat gur" Ela tak mau basa basi karna dia memang harus mengucapkannya, Axsa pun menganggukan kepalanya "Sekarang lo mau ngomong apa?" "Hhm.."Axsa sedikit gugup, haruskah sekarang dia mengatakan Cintanya? Dirumah sakit ohh tidak Elit sekali tapi Axsa takut dia kedahuluan, lebih cepat lebih baik kan? Pikirnya "Axsa? Mau ngomong apa lama banget"dumel Ela, gadis itu bener-bener semangat dan sangat penasaran apa yang ingin diucapkan Axsa kepadanya "Hhm, itu La ahh! kita kan.."ucapan Axsa tergantung membuat Ela semakin penasaran "Iya kita?.." lanjut Ela sudah sangat kepo di level atas apa Axsa akan mengatakan kata itu ahh dia merasa jantungnya merathon juga pipi nya yang terasa panas Belum sempat Axsa ingin melanjutkan ucapan nya, suara berisik dari luar sangat mengganggunya membuat Axsa juga Ela sama-sama mengerutkan Alisnya dan Axsa pun menuju kearah pintu, membukanya dan apa yang terjadi dua Curut Alias Rara dan Dina terjatuh ke lantai karna ulahnya yang menyender ke pintu hingga saat pintu dibuka mereka terjatuh "Kalian ngapain?,"alis Axsa mengerut melihat tingkah dua sahabat Ela ini. Sangat Aneh ya sama dengan Ela sama-sama aneh, sedangkan Ela menahan mati-matian tawanya melihat dua sahabat nya yang sangat lucu baginya Rara dan Dina pun buru-buru bangun dan menampilkan wajah tak ada bersalah atau malunya di depan axsa dan melewati Axsa begitu saja dan menghampiri Ela di bankar yang sudah cekikikan sendiri Axsa yang melihat Dua curut itu melewatinya dan bertingkah seolah tak ada apa-apa pun menggelengkan kepalanya "Annoying" gumamnya dan menyusul langkah dua gadis itu yang mengahampiri Ela "Astaga Ela lo kenapa sih bisa begini dua hari ngilang ehh tau nya honeymoon ama babang Axsa!"Omel Rara nganclong yang berhasil mendapatkan jitakan mantap dari Dina "Woy i***t, lo gila ya! Yakali Ela honeymoon nya dirumah sakit sumpah lo masih waras kan ra?" Tanya Dina yang merasa bahwa dirinya yang paling normal "Udah-udah kalian itu makin hari makin kompak aja ya jadi makin sayang deh Ela" dramatisir Ela yang berhasil membuat Rara dan Dina menampilkan wajah ingin muntah dan Axsa yang terkekeh melihat ketiga gadis itu bersatu "Eh btw, lo kenapa bisa nyasar ke rumah zombie?" Tanya Rara bingung dan duduk disofa yang disediakan "Hah Zombie, lo makan apa sih Ra ini rumah sakit sayangg, gak pernah ke rumah sakit ya wah curiga nih gue lo gak pernah sakit pasti" ucap Ela greget dengan sahabatnya yang satu ini "Iya lah Rara kan seterong gak pernah sakit" "Lama-lama gue ngeri kawanan ama lo Ra bahasa inggris aja typo nya uda kaya blasteran jawa padang" "Eleh din lo juga sama aja"ucap Ela menunjuk Dina dengan tangan yang bebas dari selang infus "Iya lah kita kan sehati ama Ela juga kok sehati semati juga"Ucapan Rara berhasil membuat Ela, Dina dan Axsa yang dari tadi hanya mendengarkan pun memasang wajah bergidik ngeri ke arah Rara, membuat gadis itu Bingung dan memasang wajah seolah mengatakan Ada yang salah? "Ra, lo kalo mau duluan aja. Ntar kalo kita barengan yang nguburin lo siapa" tiba-tiba Gelak tawa ketiganya pecah karna Jokes dari Axsa yang berhasil membuat suasana hangat sedangkan Rara dia sudah manyun bibirnya 3centi membuat mereka semakin ingin menjahili gadis itu "Ternyata lo baik-baik aja La, Gue harap mereka gak akan ninggalin lo kaya gue. Widya pamit ya" Widya gadis itu pun pergi dari balik pintu yang dia buat untuk melihat suasana di dalam dan dia sangat berterimakasih karna setidak nya Ela aman Dengan Axsa, Rara dan Dina Widya kembali memakai maskernya sebagai penyamarannya Widya belum berangkat karna pesawatnya ditunda dan Sore ini dia akan berangkat Tak sengaja Widya menumbur seseorang dan ternyata dia seorang gadis sepantaran olehnya entahlah mungkin lebih tua darinya "Maaf-maaf" gadis itu berminta maaf ke Widya karna sudah menumpah kan minuman Cola nya kebaju Widya Gadis itu sungguh amat merutuki kebodohannya "Eva! Cepatlah kita sudah telat!" Panggil seseorang membuat Widya menengok ke gadis itu yang lagi-lagi mengucapkan maafnya dengan muka tertunduknya "Eva?" Widya mengulang nama itu dan merasa tidak asing dengan nama Eva dia merasa Deja Vu. Tapi ya sudahlah dia sekarang harus bergegas kembali dan menyiapkan keberangkatannya tapi sebelumnya dia harus menemui Valen. Mamah Ela!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN