bc

Menculik Gadis Psikopat?

book_age18+
307
IKUTI
1.8K
BACA
adventure
kidnap
self-improved
drama
comedy
bxg
loser
expert
soldier
weak to strong
like
intro-logo
Uraian

Adam Viggo adalah seorang mantan tentara yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Ia terlilit hutang seratus ribu dollar karena ditipu oleh ayah kandungnya sendiri.

'Ketika kau sedang terjebak di neraka dunia, jalan keluar semengerikan apapun akan tetap kau tempuh.'

Hal itulah yang Adam lakukan ketika ia mendapat sebuah tawaran gila dari teman kecilnya yang ia jumpai lagi setelah dua belas tahun lamanya.

"Kita culik putri semata wayangnya, dan minta tebusan tiga ratus ribu dollar. Tonny adalah orang terkaya di kota. Baginya, uang itu adalah jumlah yang kecil!" Ujar Steven.

Karena sudah terhimpit keadaan. Layaknya mimpi, Adam menerima tawaran gila itu. Dan layaknya sebuah cuplikan film yang berlangsung cepat, mereka sudah membawa seorang gadis cantik berambut blonde sebagai tawanan.

Namun yang tidak kedua pria tersebut tau, ternyata gadis itu bukanlah gadis biasa. Ia gadis yang nampak polos di luar, namun diam-diam memiliki jiwa psikopat.

Hidup Adam kembali menjadi ajang komedi, ketika temannya mati dibunuh gangster. Kini Adam terjebak sendiri bersama gadis psikopat yang ia culik.

chap-preview
Pratinjau gratis
Perubahan 180°
Namaku adalah Adam Viggo. Seorang pria 27 tahun keren dengan tubuh kekar, dan.. kalian harus tau seberapa mengagumkannya bisepku. itu akan membuat para gadis menjadi gila untuk merasakannya. Haha.. Aku adalah seorang tentara atau lebih tepatnya, anggota militer, yang masih aktif dan sedang mempelajari kode morse* di samping keahlianku sebagai sniper di dalam tim. Demi menjaga kebugaran dan penampilan kerenku, aku selalu menjaga kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat. Bisa dibilang, aku sedang berada di puncak terbaik dalam hidupku. Tapi kelihatannya, selama ini aku terlalu mengagumi diriku sendiri, sehingga membuat Dewi Fortuna menjadi jengah. Ya, hidup sempurnaku ini, bisa-bisanya berubah 180 derajat dalam waktu yang singkat, layaknya membalik telapak tangan. Itu adalah seorang gadis dengan nama Dasha Saviera Dorma. Gadis dengan dua iris biru kehijauan yang dibingkai oleh kelopak mata agak sayu dengan sentuhan bulu mata tebal dan lentik. Kulitnya indah dan rambutnya tebal panjang. Ah.. jangan lupa juga, bibirnya. Hal yang cukup penting di mata kaum laki-laki. Gadis itu, memiliki bibir penuh yang entah mengapa, tanpa kenal waktu, selalu berwarna merah segar seperti buah stroberi (meski aku tidak menyukai buah itu, tapi bentuknya memang cantik). Gadis yang memiliki rupa seperti boneka hidup. Wajahnya terlihat sangat polos dan baik seperti malaikat. Andai saja aku tau, ia adalah orang seperti apa. Mungkin, aku tidak akan berakhir seperti sekarang. Terjebak berdua dengan iblis kecil berparas malaikat. Ia adalah boneka Anabel yang hanya dengan tatapannya saja, sanggup membuat jiwa tentaraku bergetar ketakutan. Gadis yang dengan senyuman manisnya, membuatku merasa lebih baik mati daripada harus berbagi kamar dengannya. Ah.. Betapa teganya takdir mempermainkan hidupku. Hanya dalam sekejap, sebuah mimpi indah berubah menjadi mimpi buruk. Itu semua, bermula dari satu bulan yang lalu.. *** "Papa?" Ujarku dari balik telpon. Terdengar suara berat dan serak khas pria tua dari sebarang sana. Dengan mendengar nada bicaranya, aku bisa menilai bahwa ia sedang menahan tangis. "Aku benar-benar merindukanmu, Adam. Maafkan aku sudah menghilang selama ini. Meninggalkanmu sendirian." Ucapnya. Aku hanya bisa mendesah. Papa adalah satu-satunya anggota keluarga yang aku miliki setelah kematian ibuku akibat penyakit jantung sekitar delapan tahun yang lalu. Tadinya aku sangat dekat dengan Papa. Ia yang memberiku motifasi untuk mengejar impianku menjadi seorang tentara. Pergi berperang membela negaraku atau membantu membela negara yang memiliki hubungan diplomasi dengan negaraku. Yah.. intinya, terjun ke medan perang dan segala embel-embelnya. Itu adalah cita-citaku sejak kecil, yang berawal dari sebuah game konsol bertema perang. Bahkan dahulu, aku sempat mengganti-ganti sendiri namaku menjadi Puskov*. Haha.. Masa-masa kecil yang menyenangkan. Tanpa ada beban, aku bisa berloncatan ke sana ke mari seperti seekor monyet. Tapi kedekatanku dengan Papa hanya sebatas di masa kecilku saja. Setelah Mama meninggal dunia, sepertinya Papa sangat depresi sehingga ia menjadi sangat pendiam dan murung berkelanjutan. Bahkan kepadaku, ia juga menjadi dingin. Di momen itu aku menyadari, bahwa sebenarnya Papa tidak sebegitunya menyayangiku. Ya, bisa dibilang, pria tua itu cinta mati pada ibuku. Sepertinya aku dirasa penting baginya karena Mama sangat mencintaiku. Ini ibarat cinta segitiga yang aneh. Tapi hal ini membuktikan kebenaran Cinta Seorang Ibu yang lebih terkenal dari pada Cinta Seorang Ayah. Singkat cerita, pada akhirnya Papa meninggalkanku saat aku sudah lulus SMA. Sebenarnya itu tidak buruk sama sekali, karena aku memang sudah besar dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke akademi militer. Papa sudah melakukan sebagian besar kewajibannya, yaitu membiayai hidup dan sekolahku hingga tamat SMA. Aku pun masih memiliki tabungan masa depan yang sudah dipersiapkan oleh kedua orangtuaku semenjak aku kecil. Tentu aku berterimakasih padanya. Kepergian Papa dan Mama dalam hidupku, terasa seperti mimpi. Masalahnya aku sangat menyayangi mereka berdua. Meski memang sudah seharusnya aku hidup sendiri, tapi kenyataan bahwa aku sama sekali tidak memiliki rumah untuk kembali benar-benar membuatku sedih. Menyadari bahwa aku sendirian di dunia ini. Itu semua yang akhirnya membuatku berlatih gila-gilaan di militer. Karena aku berusaha mengisi hatiku yang mendadak kosong. Namun hari itu, muncul sebuah kejutan untukku. Di saat libur musim dingin akan segera datang, Papa yang sudah bertahun-tahun menghilang entah ke mana, tiba-tiba menghubungiku. Bingung? Tentu. Senang? Sudah pasti! Tapi sebagai seorang anak yang dibesarkan dengan kasih sayang, aku menyambut Papa dengan hati melompat kegirangan meski tetap nampak kerutan di dahiku. Aku tidak tau apa yang Papa butuhkan. Mungkin ia sudah merindukanku sekarang. Untuk pertama kalinya juga, ia mengajakku bertemu. xxx Aku menunggu di sebuah restoran burger di dekat rumah. Tempat itu penuh dengan kenangan. Dahulu, Papa dan Mama akan mengajakku makan di sana setelah aku memenangkan pertandingan baseball sekolah. Kami sangat jarang makan junkfood karena ibuku sangat mementingkan kesehatan. Aku duduk seorang diri di meja samping jendela besar yang mengarah ke jalan raya Bordon yang cukup ramai. Kedua mataku tidak hentinya menatap pintu masuk restoran, menunggu kedatangan Papa. Segelas soda yang esnya sudah semakin mencair, bahkan lupa aku sentuh sama sekali. Kring! Kring! Bel yang ditempel di atas pintu segera berbunyi ketika pintu tersebut terbuka. Nampak seorang pria berbalut jaket tebal berwarna biru navy pudar masuk ke dalam dan menyisir pandangannya ke seisi restoran. Aku tersenyum. Tentu saja. Selebar-lebarnya. Melambaikan tangan dan berseru, "Pa! Di sini!". Hal yang tidak pernah aku ucapkan hampir sembilan tahun lamanya. Pria berkumis dengan topi di kepalanya itu melirik ke arah suaraku dan berjalan mendekat. Ia tersenyum padaku dengan duduk di depanku. Seharusnya ia ingat, bahwa ini adalah meja favorit kami satiap datang ke sini. Aku selalu duduk di meja ini bersama Mama di sampingku dan Papa di hadapanku. Mengulang kenangan itu membuat hatiku sedih, meski itu adalah kenangan bahagia. Yang menyedihkan adalah kenangannya tidak akan bisa terulang lagi. "Hai. Bagaimana kabarmu?" Tanya Papa. Aku tersentak. Rasanya sudah sangat lama tidak mendengar suaranya secara langsung. Suara Papa menjadi semakin serak seperti orang 'Tua' sesungguhnya. Meski ia adalah ayahku sendiri, namun waktu yang lama membuatku menjadi gugup. Aku tersenyum dan mengangguk, "Aku baik. Bagaimana kabarmu, Pa?" "Lumayan." Jawabnya. Aku mengerut bingung. Sepertinya ia masih hampir semurung dahulu, layaknya saat Mama baru meninggal. Sepertinya ia masih belum menemukan sesuatu yang bisa membuatnya Move On. Namun aku segera mengenyahkan pikiran itu, "Kau mau pesan apa, Pa? Apa kau masih menyukai Fish and Chips?" Pria itu mengangguk, "Itu boleh." Aku tersenyum dan memanggil waiters, kemudian memesan satu porsi fish and chips dan double cheese burger kesukaanku. "Bagaimana pekerjaan?" Tanya Papa. Aku mengangguk, "Baik, Pa. Aku menjadi sniper dan sedang mempelajari bahasa morse. Kau tidak akan menyangka seberapa gilanya perang yang sudah aku lalui." tanpa tertahankan, aku langsung ingin bercerita segalanya kepada Papa. "Oh.. Itu bagus." Jawabnya cepat. Aku merasa Papa yang sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Hanya figurnya saja yang sama dan terlihat cukup jauh lebih tua. Ia nampak enggan menatap mataku. Setelah makanan kami datang, ia makan dengan sangat lahap hingga aku memesankan satu porsi tambahan lagi untuknya. Seakan ia belum makan enak selama bertahun-tahun. "Selama ini kau tinggal di mana, Pa?" Tanyaku. Papa nampak tertegun beberapa detik, sebelum menjawab dengan jawaban yang tidak aku perkirakan, "Sebenarnya aku mau minta tolong sesuatu padamu, Nak." Pernyataan Papa membuatku mengerutkan dahi. Jadi ia menghubingiku setelah sekian tahun hanya untuk meminta bantuan? Haha.. Aku sangat tersentuh. Sungguh. Namun sebagai anak yang berbakti, tentu saja aku tidak menampakkan kekecewaanku atas hal jenaka tersebut. "Apa itu, Pa?" Tanyaku. Papa nampak menghela sembari memainkan jemarinya, sebuah kebiasaan yang tidak pernah aku lihat darinya seumur hidup kami bersama, "Aku sedang membutuhkan uang untuk menyelamatkan bisnis yang sedang aku bangun. Namun karena sudah terlalu tua, mereka tidak menerima pengajuannya." Hutang? Lalu apa urusannya denganku? "La.. Lalu?" Suaraku terhenyak. "Apakah kau bisa membantuku mengajukannya denga namamu? Tenang saja, Nak. Kau hanya perlu menandatanganinya saja. Yang wajib membayar dan menjaminnya tetaplah diriku." Jelas Papa. Aku tidak menjawab. Melainkan termenung untuk mempertimbangkannya. Karena selama ini sibuk dengan segala hal tentang militer, sebenarnya aku jadi agak bodoh dengan hal-hal keuangan seperti ini. Bisa dibilang, 85% wawasanku hanyalah tentang perang, perang, dan perang. Sisanya adalah kemampuan dasar bertahan hidup. Keputusanku hari itu, menjadi penyesalan sekaligus penyadaran bahwa seharusnya aku lebih cermat menjalani hidup ini. Di luar dunia militer, aku adalah orang yang hidup sendirian. Aku tidak memiliki orang yang bisa aku ajak mengobrol dan berdiskusi tentang masalahku. Selain tidak terlalu dekat dengan mereka, teman-temanku di militer juga terlalu sibuk dengan keluarga mereka masing-masing saat liburan seperti sekarang. Sejujurnya, aku bukanlah seseorang yang pintar bergaul. Karena merasa kasihan pada Papa, dengan bodohnya aku mengabulkan permintaannya. Setelah aku menandatangi surat-surat yang entah apa dan memberikan berbagai data diriku kepada pihak pemberi pinjaman, itu adalah bukti diriku menjual kehidupan damaiku. Dua minggu setelah bertemu dengan Papa, aku sudah kembali ke pangkalan militer. Namun di suatu siang, setelah selesai berlatih tembak, aku mendapat panggilan dari bagian kantor. Di sana, seorang pria bertubuh tinggi besar sudah menungguku. Itu adalah komandan milter yang selama ini mengurus kami. Saat melihat tatapannya padaku, di sana aku langsung menyadari ada yang tidak beres. Dan ternyata firasatku benar. Ia memberikan sebuah surat yang berisi mimpi buruk. Itu adalah surat pemecatanku dari anggota militer. "Aku tidak menyangka kalau kau adalah pria bermasalah Adam. Benar-benar b*doh!" Ucap Komandan. "Ma.. maaf, Pak. Tapi aku tidak mengerti apa maksudmu?" Sahutku dengan meraih amplop putih yang tadi ia lempar asal ke atas meja kopi. Aku membukanya dengan jantung berdegub keras, berharap di dalam sana berisi sebuah kertas bertuliskan 'It's a PRANK!' Namun nyatanya, aku tidak sedang berulang tahun. Dan komandan kami juga tidak suka bercanda. Sebenarnya aku bodoh atau apa? Jelas sampul pemecatan amplop itu mewakilkan isinya dengan sebenar-benarnya. "Kau sudah berhutang ratusan dolar dan kabur ke sini. Sekarang semua penagih hutang berbondong-bondong menghubungi kantor administrasi untuk mencarimu. Kau bahkan berani memberikan nomor telpon kantor pada mereka!" Amarahnya bahkan lebih menyeramkan dari pada saat sedang melakukan pelatihan mental untuk para prajurit. --- Note : * Kode Morse : sistem representasi huruf, angka, dan tanda baca dengan menggunakan sinyal kode. * Puskov (Oleg Puskov) : Tokoh di dalam game console Call of Duty : Finest Hour.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Scandal Para Ipar

read
707.9K
bc

Marriage Aggreement

read
86.9K
bc

JANUARI

read
48.8K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Menjadi Orang Ke Tiga

read
5.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook