bc

Setelah Aku Menikah Lagi

book_age18+
112
IKUTI
1.1K
BACA
HE
badboy
kickass heroine
stepfather
sweet
lighthearted
like
intro-logo
Uraian

"Sakit, Teh!" Mawar berteriak saat Asti menjambak rambut madunya.Sementara, Bayu mencoba merelai keganasan istri pertamanya. Asti tak terima saat jatah malam bersama sang suami coba direbut Mawar. Dengan alasan sedang hamil, Mawar menjadi lebih manja dengan Bayu. Asih merasa menjadi nomor dua dalam pernikahan mereka."Asti sudah, kasihan Mawar. Lepas, Ti," ujar Bayu."Biarin saja, biar mikir Aa. Hayo atuh balik ke kamar Asti. Ini jatah Aa sama Asti, enak aja dia maunya lebih. Udah ngambil Aa, nggak mau ngalah. Masih mending Asti mau nerima dia jadi madu di sini.""Aduh, Aa pusing sama kalian.""Pusing? Biar mikir kamu Aa. Lagian kesenengan disuruh nikah sama ibu kamu. Mentang-mentang aku belum bisa kasih kamu anak. Biar saja kusiksa madumu!"Jangan harap bisa hidup enak menjadi maduku. Aa Bayu hanya cinta sama aku, kalau bukan karena baktinya pada Ibu mertua, dia pun menolak menikah dengan Mawar.

chap-preview
Pratinjau gratis
Pernikahan Kedua
"Sah" Bulir bening itu tumpah saat kalimat itu menggema di telinga Asti. Hati wanita mana yang tahan melihat suami yang dicintainya menikah dengan wanita lain. Asti berulang kali menahan sesak yang menjalar keseluruh tubuh. Kali ini, dia harus rela berbagi suami dengan sang madu. Teringat satu bulan yang lalu, saat ibu mertuanya membawa wanita pilihan untuk dinikahkan dengan Bayu, suaminya. "Namanya Mawar." Asti hanya bisa tersenyum getir saat gadis muda itu menjabat tangannya. Segera mungkin dia melepaskan tangan sang madu. Menahan segala sesak di d**a membuatnya sulit meraup oksigen. "Kamu setuju, Nak?" tanya Andin--ibu mertuanya. "Walaupun saya menolak, kalian tetap akan menikahkan wanita ini dengan Aa Bayu." Asti memalingkan wajah ke jendela rumah. "Ini demi kebaikan kalian, bukannya kamu setuju, Ti?" "Aku terpaksa setuju." Tepukkan halus di pundak Asti membuatnya tersadar dari lamunan. Gadis berusia delapan belas tahun tersenyum padanya. Dia Ayumi--adik ipar Asti. "Tenang, Teh. Aku bantuin kalau mau ngerjaiin doi. Aku juga kesel, mau amat sih jadi bini kedua. Pasti ngincer harta Papa." Asti tersenyum getir. Dia bersyukur masih ada yang peduli dengannya. Ayumi, gadis itu yang paling lantang menolak pernikahan kedua kakaknya. Dari tempatnya Asti melihat wajah semringah sang suami. Demi bakti pada orang tua, Bayu pun setuju dengan pernikahan keduanya. Rumah tangga tampa anak memang hambar. Bagaikan sayur asem tanpa garam. Menikah selama tiga tahun, tapi tak kunjung di berikan momongan. Hal itu selalu saja dipertanyakan oleh keluarga besar sang suami. Kekayaan berlimpah sang papa mertua membuat mereka menginginkan keturunan laki-laki untuk meneruskan perusahaan mereka. Namun, delapan tahun berumah tangga, Asti tak kunjung diberikan keturunan. Tercetus ide ibu mertua Asti, menikahkan Bayu dengan wanita yng dikenal sang ibu. Asti kembali menghapus bulir dia mata. Rasa sesak itu kian menjadi saat Mawar mencium tangan sang suami. Ibu mertuanya meminta dia berbagi suami. Namun, itu tidak mudah. Disekanya air mata itu. Tekad sudah bulan, akan membuat sang madu tak bisa tenang tinggal di rumah itu. Bayu hanya suami milikknya. Bukan orang yang pantas untuk dibagi. Salah jika Asti lemah di hadapan mereka. Dia menarik napas panjang dan memandang sinis Mawar. Tanpa sengaja tatapan mereka bersirobok. Mawar menyunggingkan seyum penuh kemenangan. Sementara, Asti bersumpah akan membuat dia tidak betah di rumah itu. ---Galuh Arum--- Acara hari ini sudah selesai. Pengantin baru pun sudah masuk ke kamarnya. Sementara, Asti kian meremas seprei dengan kencang. Tidak bisa membayangkan suami tercinta b******u dengan wanita lain, sekali pun madunya. Asti menggigit bibir, dia semakin kacau. Akan tetapi, tak bisa berbuat apa-apa. Cara apa yang harus dia lakukan untuk menggagalkan malam ini? Akan tetapi, percuma saja jika gagal sekarang jika malam berikutnya bisa melakukannya lagi. Kini, wanita itu pasrah dengan keadaan. Asti membaringkan tubuh di kasur dan mencoba memejamkan mata. Hatinya masih gelisah, kembali membuka mata. "Ah, bagaimana ini? Mana bisa aku tidur tanpa Aa Bayu? Awas saja, kamu Mawar." Suara ketukan membuat Asti bergegas membukakan pintu. Wajahnya yang berseri kembali masam saat tahu ternyata Ayumi yang datang, bukan Bayu. "Ada apa, Ay?" "Mau temenin, Teteh. Pasti bete, kan?" "Bukan bete lagi. Nano-nano deh ini hati." Sambil menunjuk dadanya, Asti terus mendumel pada adik iparnya. Kini, dia kembali lebih tenang karena Ayumi membuatnya banyak tertawa. "Teh, kenapa nggak ikut program bayi tabung aja, sih?" "Aa Bayu nggak mau. Katanya mau cara biasa aja." "Padahal kalau mau program, nggak usah ada pernikahan kedua." Asti termenung mendengar ucapan Ayumi. Dia sudah pernah memeriksakan kondisinya, dia sehat dan tidak mempunyai masalah dari rahimnya. Akan tetapi, sang suami tidak mau jika di ajak berkonsultasi ke dokter. Alasannya, dia sibuk dan merasa tidak bermasalah. "Iya, mau gimana lagi. Mami kamu yang mau, kok." "Emang, tuh mami. Mertua zolim." "Hus, sama Mami sendiri kok gitu." "Sebel aja, Teh. Takut karma ke aku." Asti hanya tersenyum menanggapi ucapan sang ipar. Dia terus mendengarkan ocehan Ayumi sampai wanita itu terlelap dan melupakan malam pertama sang suami. ---Galuh Arum--- "Maaf, Mas." "Maaf, kamu pikir Aa bodoh. Kamu bilang masih gadis, tapi Aa nggak menemukan darah kegadisan kamu?" "Waktu kecil aku pernah jatuh, Aa." "Kalau Aa nggak percaya, ya, sudah. Nggak apa-apa." Bayu merengut kesal, mana bisa dia percaya jika gadis di hadapannya masih suci jika tidak menemukan darah perawan dalam malam pertama mereka. Pria jangkung itu bangkit dari ranjang. "Aa, mau ke mana? Belum selesai ini, tanggung," ujar Mawar. "Ke kamar Asti." Mawar bangkit dan mencoba membujuk sang suami. Segera mungkin dia mengelurakan rayuan untuk mencegah sang suami pergi. "Aa, jangan marah. Kita mulai lagi," pintanya. Bayu melepas tangan Mawar yang berada di lengannya. Dia melangkah cepat menuju kamar Asti. Mawar terus mengikuti Bayu hingga ke depan kamar Asti. Merasa risih, pria itu menarik lengan istri keduanya untuk masuk kembali ke kamar. Pria itu mengusap wajah kasar. Sudah tidak bernafsu lagi dirinya setelah kejadian tadi. Kalau bukan karena keturunan, dia tidak menghianati istri pertamanya. "Sudah sana, bersihkan badan kamu. Aku mau tidur." "Aa, nggak mau lagi? Katanya mau bikin cucu buat Mami dan Papi?" "Besok saja kalau Aa mood." Bayu kembali merebahkan tubuh di kasur dan menarik selimut menutup tubuhnya. Sementara, Mawar mengentakkan kaki kesal. Awalnya permainan ranjang mereka sangat b*******h. Akan tetapi, saat selesai, Bayu tersadar tak menemukan darah keperawanan milik Mawar. Moodnya berkurang dan memilih tidak melanjutkan malam pertamanya. Pria itu merasa di bohongi. Lebih baik dia menikahi janda dari pada gadis rasa janda. Setelah membersihkan diri, Mawar ikut merebahkan diri di ranjang. Berharap sang suami memeluknya dalam udara dingin itu. Namun, Bayu tak bergeming, tetap dalam selimutnya malam ini. 'Lihat saja, Mas. Kamu akan menjadi milikku seutuhnya.' Gumam Mawar dalam hati. ---Galuh Arum---

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.0K
bc

My Secret Little Wife

read
115.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
218.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
201.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook