"Raaaaaa!!!"
"Maen yooook...." Ajak Tia dan Eca sambil menggoyang-goyangkan badannya dengan tidak santainya.
Clara mengeratkan selimutnya yang otomatis menutup seluruh badannya, ia masih sangat mengantuk. Hari libur harusnya menjadi hari di mana dia bisa dengan bebas bangun sesuai keinginannya.
Herannya setiap hari libur ada saja acara yang selalu ke dua temannya ini rencanakan, tidak bisa apa dia menikmati hari kebebasannya ini sekali saja sepanjang masa SMA nya.
Apalagi malam tadi dirinya dan Yoga baru menyelesaikan permainan PS nya pukul dua dini hari. Pertandingan cukup sengit Clara jelas tidak mau kalah karena pertandingan itu adalah pertandingan penentu kecupuan di antara mereka berdua, dan jelas Clara lah yang sekarang mendapat gelar cupu of the year dari Yoga.
Tidak ada yang bisa mengalahkan makhluk itu baik urusan pelajaran maupun permainan biasa, hal itu semakin membuat Clara mempercayai teorinya bahwa selama ini Yoga bukan lah manusia, dia adalah robot yang di ciptakan oleh mama Siska untuk mengalahkan dirinya.
"Ayo dong bangun...uda jam sepuluh nih, kita ke mall yuuk...." Ajak Tia sembari menggoyang-goyangkan tubuh Clara. Berharap sahabatnya itu membuka mata, tapi sia-sia tubuh Clara seolah melekat menyatu dengan ranjang miliknya seolah ranjang ini di buat memang khusus untuk dirinya.
"Iya nih gak asik lu, kita-kita uda syantik ini," Eca menimpali.
"Lagian ada berita hoot loooo, gak penasaran Ra?"
Clara tambah mengeratkan selimutnya ia tidak peduli berita apa pun di dunia ini yang dia pentingkan sekarang adalah bagaimana dia bisa kembali tidur dengan nyenyak tanpa gangguan dua makhluk centil ini.
Masa bodoh... yang dia butuhkan sekarang hanya tidur... mau ada lee min hoo kek, ji chang wook kek dia tidak peduli kalau tidak mereka beneran yang membangunkan dirinya..
Dia hanya ingin memejamkan matanya ini sampai siang, mumpung mamanya tidak ada di rumah karena jika mamanya ada di rumah tidak peduli hari libur atau hari tidak masuk sekolah sedunia pun mamanya tidak akan mengijinkan nya bangun siang, mamanya akan terus mengomel jika perempuan itu tidak boleh bangun lewat jam delapan pagi. Clara tidak tahu alasannya apa karena penguasa dunia tidak membutuhkan alasan untuk melarang bawahan.
"Ra...ish Raaaa!!!"
Clara makin mengencangkan cengkraman tangannya untuk memegangi selimut yang sebentar lagi akan dijajah oleh Tia alhasil antara Tia dan Clara saling adu kekuatan menarik selimut bercorak bunga-bunga itu.
"Tia habis skidi papap loooo...." teriak Eca.
"Apaaaaaa!!" Clara langsung duduk dan melempar selimut kesayangannya menatap Tia histeris alhasil tubuh Tia otomatis rol belakang karena ketidaksiapannya.
"Ciih, gitu aja langsung bangun kan lu...." Tia merapikan rambutnya yang berantakan.
"Beneran....?" Clara menatap Tia minta penjelasan. Tia malah cuek pura-pura merapikan rambut panjangnya yang sudah rapi.
Clara pindah menatap Eca, si Eca malah menggendik kan bahu acuh.
"Lo mikir ya kenapa bisa, soalnya gue jomblo."
Eh bisa baca pikiran nih Tia kampret batin Clara..
"La terus hohihinya sama siapa lu?" masak sama setan, ia sih Tia mirip setan tapi kan kasian setan yang asli kalo di rusak juga oleh Tia.
"Hohihiiii" Eca menimpali dengan jenaka.
"Gue sama Toni?" Ucap Tia sambil senyum-senyum tidak jelas.
"Antony adik kelas kita itu?? p*****l lo!!"
"Balikan, beneran?" tanya Clara lagi, sepertinya teman-temannya sudah berhasil membuang rasa kantuk yang tadi sempat melanda dirinya.
Sebenarnya jika di pikir-pikir, meskipun Antony satu tingkat di bawah mereka, Antony malah terlihat jauh lebih dewasa dari pada Tia yang malahan lebih mirip dengan anak TK.
Mereka Tia dan Tony menurut cerita Tia sendiri, memang pernah berpacaran sewaktu SD, kampret banget kan? SD saja sudah pacar-pacaran. Apa kabar dengan dirinya yang mulai di tembak manusia ketika sudah hampir tahun ke tiga ia berstatus siswi SMA.
Tia malah rebahan di tempat tidur tidak menjawab pertanyaan dari Clara. "Ayo cepetan gih kita ke mall...gue uda cantik gini lo...."
"Eh itu kamar Yoga, baru sadar gue deket banget...bisa loncat ni kita ke sana...gue mau ngintipin dia aaaah? Eca malah nggak nyambung, mukanya berbinar melihat pintu kamar Yoga yang terbuka.
Clara langsung menggagalkan rencana Eca, bisa di perkedel Yoga kalau sampai temannya itu masuk ke dalam kamar laki-laki itu. Melihat betapa centilnya Eca hal itu sangat mungkin terjadi.
"Sini lo jangan keganjenan deeh...duduk yang manis gue mandi dulu awas!! Sampai bayang-bayang lo mendekati kamar Yoga gue teleponin si Bian biar ngerecokin hidupnya lo baru tau rasa!" Ancam Clara sambil mendudukkan Eca agar temannya itu tidak kemana-mana.
Eca itu paling anti sama Bian laki-laki yang terkenal playboy di kelasnya. Bian sering sekali terang-terangan menunjukkan jika dia naksir berat dengan Eca.
Berbagai cara sudah dilakukan oleh Bian untuk mendekati Eca sayangnya Eca terlanjur tergila-gila oleh pesona dari robot es, siapa lagi kalau bukan Yoga Pratama anaknya bapak Subagyo Pratama itu.
"Diam di situ jangan bergerak," perintahnya lagi. Bukan apa-apa ini demi kelangsungan hidupnya juga. Yoga bakal ngomel sampai tujuh turunan jika tahu ada seseorang masuk ke dalam kamarnya selain Clara tentu saja.
"Jahaaatnyaaaa" Eca memelas ."Gue kan cuma pengen liat Yoga."
"Sayangnya Yoga gak mau liat lo."
"Anjiir ituuu Yogaaa?" Ucapan Tia tidak di gubris oleh Eca yang malah gagal fokus karena tiba-tiba melihat Yoga yang berada di dalam kamarnya. Laki-laki itu tidak sadar jika diperhatikan oleh Eca karena tengah asik berbicara di telepon.
"Dia telepon siapa sih Ra? Punya pacar emang Yoga?" tanya Eca histeris, perempuan itu berancang-ancang hendak mendekati Yoga dan untungnya dengan segera dihadang oleh Tia.
Eca megap-megap layaknya seseorang yang sedang kesurupan, perempuan itu tidak sanggup berkata-kata karena baru kali ini ia melihat Yoga bukan memakai seragam sekolah seperti yang selalu ia lihat selama ini.
Tia berlari, buru-buru menutup pintu kamar Clara sebelum teman unik satu-satunya setelah Clara itu terkena epilepsi mendadak.
"Tiaaaaaa.....!!!"
"Apa sayaaaang?" ucap Tia santai, ia menyenderkan punggungnya membelakangi pintu kamar clara yang terhubung dengan balkon.
"Ngapain di tutup sih pintunyaaaa...." Rengek Eca tidak suka.
"Gue takut Yoga bakalan hamil kalau lo pantengin terus."
Eca cemberut tidak rela, ini pemandangan yang mungkin seumur hidupnya tidak akan bisa terulang kembali jika dia tidak menjadi istri Yoga. Teman-temannya sungguh jahat sekali dengan dirinya ini.
"Lo gak pernah belajar Biologi apa Ya?"
"Pernah...maksud lo belajar reproduksi kan? Gue malah mempraktekan juga kalo lo mau tau."
"Jorok lo."
"Lagian uda sama Bian aja uda yang jelas-jelas suka sama lo."
"Ogah...gue maunya sama Yoga."
"Emang dia mau sama lo?"
"Gue pelet biar mau."
"Maksudnya lo melet-melet di depan Yoga Ca?" Gantian Clara yang ikut bersuara.
Eca kebingungan, "Memang pelet itu kita melet-melet gitu ya sama orang yang kita pelet?"
"Kayaknya sih gitu," Clara pura-pura berpikir.
Tia meredam tawanya, menatap ke dua sahabatnya bergantian. Sudah kenal Clara lama masih saja Eca belum hafal kebiasaan Clara yang suka mengarang bebas itu. Percaya Clara itu sungguh benar-benar musrik.
"Ra...lo ngarang kan pasti?"
"Ra cepetan mandi giih...jadi jalan nggak sih ini?" Tia melotot kepada Clara yang malah kembali duduk di ranjang miliknya. Tia tahu jika dia lengah sedikit si Clara akan memasukkan kembali tubuhnya ke dalam selimut miliknya.
"Susah banget sih ngomong sama kalian," Eca duduk di tepi ranjang Clara dengan mata yang masih tertuju pada pintu kamar Yoga.
Ke dua sahabatnya itu malah tertawa ter bahak-bahak melihatnya marah. Dia kesal sekali marah dengan ke dua sahabatnya ini tidak akan merubah apa pun.
Ketika melihat ada celah Eca langsung berlari menerobos pintu kamar Clara tapi sayangnya pintu kamar Yoga sudah tertutup.
Tapi Eca tidak patah arang pada akhirnya ia tetap memutuskan untuk duduk di balkon kamar Clara berharap mendapatkan vitamin untuk kesehatan ke dua matanya dari pada berdebat dengan ke dua sahabatnya yang jelas-jelas dia bakalan kalah. Heran dia bukannya didukung malah di goda terus agar dia menyerah.
Eca menyipitkan matanya menatap dengan tajam pintu kamar Yoga, kalau-kalau pintu kamar Yoga terbuka kan lumayan juga pagi-pagi gini sudah dapat asupan nutrisi buat mata cantiknya ini.