PROLOG

206 Kata
"Gue bosen sama lo." Adzillia terpaku. Tidak ada satu patah katapun keluar dari mulutnya saat ini. Bagai petir di siang hari bolong yang panasnya bisa bikin make-up luntur, ia hanya bisa menatap laki-laki di hadapannya tanpa berkedip.  'Demi apa, gue diputusin?' batinnya, 'gue, Adzillia Salsabilla Rawnie, diputusin lagi.' Adzillia menghembuskan nafasnya lelah. Bagaimana tidak lelah, jika dalam satu semester ia harus menerima kenyataan kalau kisah cintanya harus berakhir sebanyak tiga kali dengan alasan yang sama yaitu bosan. "Apa gue semembosankan itu?" gumamnya yang ia yakin dapat di dengar oleh laki-laki yang kini menyandang status 'mantan pacarnya'.  Alih-alih menjawab pertanyaan Adzillia, laki-laki itu justru berdiri dan berbalik meninggalkannya begitu saja. Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut laki-laki itu. 'Ya Tuhan, kenapa nasib percintaannya selalu seperti ini? Apa salah dan dosa hamba di masa lalu sampai nasib percintaan hamba tidak pernah berjalan dengan mulus, semulus b****g bayi?' "Dasar Angga Bego!" Umpatnya seraya melahap kentang goreng yang sejak tadi terabaikan di hadapannya. *** Anky terus menatap foto dalam ponselnya. Foto yang satu minggu lalu ia terima dari sahabat sekaligus wakilnya, Revond. "Mahasiswi magang. Jangan diganggu." Empat kata yang datang bersama foto tersebut membuat Anky tersenyum tipis setiap kali membacanya. Sejak kapan sahabatnya itu mengurusi mahasiswi magang? 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN