Aku akhirnya sampai kembali di kamar tempat kami menginap. Gabe tidak berbicara sedikit pun dan aku tidak berani untuk angkat bicara. “Kemasin barang-barang kamu. Kita balik sekarang!” Suara Gabe terdengar bagai petir di siang bolong. “Balik? Kenapa?” Tanpa berpikir, aku langsung menanyakan alasan Gabe mengajakku pulang. “Kamu masih nanya kenapa?!” Suaranya meninggi, pun dengan matanya yang menatap tajam ke arahku. Tangan Gabe memegang kedua bahuku, mencengkeramnya erat. Napasku tercekat. Apa ini sisi yang Sky maksud? “Abang itu orangnya dingin, cuek, bisa kasar juga, sih ....” Kalimat Sky yang belum lama aku dengar tadi seolah menjadi bukti bahwa perkataan wanita itu adalah benar. “Kamu kenapa?” Aku menatap mata Gabe yang masih saja menatapku tajam. “Kenapa kamu tiba-tiba begini?” G

