DUA PULUH

1184 Kata

“Waktu saya bilang diam, harusnya kamu diam!” Suara Gabe menggelegar, berbanding terbalik dengan hatiku yang menciut. Gabe berbicara tanpa menoleh ke arahku. “Gabe, kamu denger kan tadi aku bilang apa?” Aku takut Gabe tak mendengar ungkapan perasaanku. “Aku sayang sama kamu,” ujarku lagi sambil meremas jariku yang bertautan. “Astaga!” Gabe melempar vas bunga yang ada di dekatnya hingga pecah berkeping-keping. Terkejut, aku berjingkit ketakutan. Suasa mencekam mengerubungi ruang televisi kami. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. “Sekali lagi lo ngomong, gue enggak bakalan segan-segan nendang lo keluar dari rumah ini!” Gabe menoleh, menatapku tajam saat bulir air mata lahir di pelupuk mataku. “Sayang lo bilang? Bullshit! Lo cuma mau uang gue aja, kan? Cewek random kayak lo, yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN