Jujur saja melihat Melta mengiba adalah hiburan tersendiri, belakangan ini aku jarang sekali tertawa lepas, sekalipun mata ini melihat acara komedi di layar televisi. "Apa kamu bilang? jangan lapor polisi? kenapa?" Tanyaku dengan senyum mengejek. Puas, sangat puas sekali melihatnya merintih dan mengiba, ketakutan yang tergambar di wajahnya seolah obat bagi luka hati yang selama ini berdarah hingga bernanah. "Aku itu punya hati, Melta, sakit hatiku! Dan kamu harus membayar rasa sakit ini." Kutinggalkan wajah penuh dusta itu, segera menelpon polisi untuk melakukan penangkapan hari ini, satu hari sebelumnya aku telah melaporkan kasus Melta pada pihak berwajib. "Kamu akan terjerat dua kasus sekaligus, Melta, lihat saja kupastikan istrinya Devan juga akan menuntutmu," imbuhku dengan tatapa

