"Tan, Nayya berangkat kuliah ya!" ucap gue ke tante Lira yang masih sibuk berkutat di dapur.
"Gak nunggu Om kamu dulu Nay?"
"Gak papa Tan, gojek juga banyak, Nayya berangkat ya Assalamualaikum" setelah yakin tali sepatu gue terikat cukup kuat, gue juga ikut pamitan sama Nenek yang memang masih duduk di teras depan.
"Nek, Nayya berangkat ya" gue nyalim dan gak sengaja malah berpapasan sama Kak Affif yang mau masuk ke rumah.
"Nayya berangkat, assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam" jawab Kak Affif yang masih bisa gue denger walaupun cuma sekedar gumamannya.
.
.
.
Kampus baru, suasana baru, gue melangkahkan kaki masuk ke ruang dosen untuk ngelapor lebih dulu, setelahnya gue cuma ngintilin dosennya masuk ke kelas karena memang mata kuliah sekarang Bapak ini dosennya, riuh, berisik di kelas itu udah biasa jadi begitu gue masuk dan suasana kelasnya kaya gitu ya wajar, gak beda jauh sama kampus gue yang dulu.
"Selamat pagi, kalian kedatangan teman baru, apa perlu ada pengenalan?"
"Perlulah Pak, tak kenal maka tak sayang" dan woooo, rusuh, kalau gini gue berasa balik masuk SMA.
Gue menggeleng pelan dan setelahnya mulai memperkenalkan diri, nama, alamat dan alasan gue pindah, pindah karena orang yang gue suka mau nikah dan wuuuuuuu suara riuh kelas pecah seketika.
"Ditinggal nikah, mending sama gue aja Nay" salah satu mahasiswa nyelutuk dari bagian belakang.
"Kalau sama lo mah kasian Nayya nya" dan lagi-lagi suasana pecah, gue yang udah nahan malu dari tadi langsung nyari kursi kosong dan duduk,
"Hai, nama gue Icha, salam kenal" teman yang duduk tepat disebelah gue memperkenalkan dirinya.
"Hai, gue Nayya, salam kenal juga" balas gue mencoba seramah mungkin. Setelahnya pelajaran dimulai dan hening.
.
.
.
"Pulang sama siapa Nay?" tanya Uty salah satu teman gue sekarang
"Dijemput Ty, tapi yang ngejemput belum kelihatan hilalnya" Uty dan Icha udah terkekeh geli dengan jawaban gue.
"Mau kita yang anterin gak?" tawar mereka.
"Lain kali ya Cha, Ty, tadi Om gue udah ngewanti-wanti mau jemput soalnya" tolak gue.
"Oh oklah, kalau gitu kita duluan ya Nay, lo nya heart-heart di jalan"
"Ok, kalian juga"
Gak berapa lama Uty sama Icha pulang, Om Hanif juga dateng ngejemput, gue nyalim sama Om Hanif dan kita berdua langsung pulang, selama perjalanan cuma di isi dengan pertanyaan Om Hanif mengenai kampus baru selebihnya ya cuma hening.
Sampai dirumah gue juga aslian kaget begitu masuk dan mendapati Bunda sama Mas Abi udah ada disini, lah Bunda sama Mas Abi ngapain? Perasaan gue di Jogya nya belum juga seminggu tapi udah dijengukin aja.
"Bunda" sapa gue dan nyalim sama Bunda, Bunda meluk gue sekilas dan mengecup kening gue cukup lama.
"Sehat Dek?" tanya Bunda yang gue angguki, selesai dengan Bunda, gue juga beralih dengan Mas Abi yang masih setia natap gue dengan pandangan gak karuannya, Mas Abi juga ngumpetin sesuatu ni.
"Sehat Dek?" ulang Mas Abi masih dengan pertanyaan yang sama kaya Bunda.
"Alhamdulillah sehat Mas, belum juga seminggu" balas gue seakan bertanya.
"Kamu gak seneng dijengukin?"
"Lah yang ngomong gitu siapa? Mas kan? Jangan nuduh Nayya sembarangan kaya gitu" balas gue gak terima.
"Yaudah kalau enggak mukanya santailah lah Dek, tunangannya juga masih dua hari lagi"
Allahuakbar, mereka ngomong apaan? Siapa yang bakalan tunangan dua hari lagi? Gak mungkin gue kan? Gue masih semester dua gini ya jelas gak mungkin ditunangin.
"Mas mau tunangan? Acaranya di Jogja?" tanya gue menanggapi.
"Kok Mas? Ya kamu lah Dek, kenapa jadi malah Mas? Calonnya belum ada"
"Jeh kok Nayya? Baru semester dua gini, calonnya aja juga gak ada" balas gue semakin gak terima, mereka apa-apaan main langsung nunangin kaya gitu? Jangan mulai ngelantur dan ngomong gak jelas kaya gini.
"Bunda, maksud Mas Abi apa ngomong kaya gitu? Bukan Nayya kan yang mau ditunangin? Nayya gak mau Bunda"
"Dengerin Bunda dulu Dek, Adek cuma tunangan, nikahnya setelah adek semester lima nanti" jawab Bunda ke gue.
"Jadi beneran Nayya yang mau ditunangin? Bunda jangan becanda, Nayya gak mau Bunda, sama siapa juga Nayya tunangannya? Pacar aja gak punya Bun"
"Memang yang nyuruh kamu nyari pacar siapa dek? Bunda mau Adek tunangan itu artinya calon suaminya Adek udah ada"
Gue makin gak percaya sama ucapan Bunda, serius gue yang disuruh tunangan? Bukannya Mas Abi? Gue pindah ke sini karena mau ngehindarin Mas Affan bukan malah berakhir ditunangin kaya gini, dikerjain gue.
"Nayya gak mau Bunda"
"Bunda gak terima penolakan kamu Dek, calon suami kamu orangnya baik Dek, Adek gak akan nyesel"
"Itu menurut Bunda bukan menurut Nayya Bun"
"Makanya tunangan dulu biar kamu kenal, mau ya Dek, lagian Adek juga udah ketemu kok sama calonnya"
"Mana? Siapa? Jangan ngaco Bun, Bunda kenapa jadi maksa gini?"
"Tunangan dulu atau langsung nikah? Adek cuma punya dua pilihan itu"