Pagi ketika Ian hendak mengetuk pintu kamar Faith, Faith keluar lebih dulu. Kali ini Faith hanya mengenakan kaus polos dan celana jeans biasa. Faith tidak berencana untuk pergi kemanapun, jadi ia tampil sesederhana mungkin. Rambutnya yang masih basah tergerai memanjang di belakang punggungnya dan wangi air sabun yang beraroma mawar masih melekat di tubuhnya. Faith memandangi Ian sejenak. Lelaki itu menengakan setelan kemeja yang berbeda dengan lengan yang digelung. Ian kelihatan tengah bersiap sebelum pergi ke klinik. Namun, Faith tidak tahu apa yang membuat lelaki iti berdiri di depan pontu kamarnya. "Ada apa?" Ian belum sempat bicara ketika suara telepon di ruang tengah berdering. Mengangguk, Ian bergeser, memberi ruang bagi Faith untuk beranjak dan mengangkat telepon itu sementara I

