“Bi sekarang aku sudah kuat, aku bantu bibi ada yang bisa kerjakan, bisa kok nyetrika, nyuci, ngepel,” Ellen nawarkan diri.
“El badanmu masih lemah, istirahat dulu saja, ada kamar kosong di belakang.” Bi Ijah ngantar Ellen ke kamar belakang.
“Majikan bibi disini baik ?” Ellen penasaran, “Aku trauma sama yang suka nyiksa”
“Kelihatannya galak tapi baik kok ga rewel jarang bicara,” Bi Ijah nenangin
Bi Ijah sendiri langsung menyukai Ellen karena kelihatan baik.
"Kalau di rumah banyaknya di kamar jadi jangan takut ya El." bi Ijah nenangkan.
Ellen tidur beberapa jam, setelah bangun langsumg beres-beres rumah bantu Bi Ijah. Dia tidak perlu di suruh, apa yang bisa dikerjakan langsung dikerjakan.
= = = = =
“Tuan, bibi mau bicara soal anak itu,” Bi Ijah memulai pembicaraan ketika melihat Willy nonton di ruang keluarga.
“Namanya Ellen,” Bi Ijah menceritakan semua kisah yang di ceritakan.
“Kalau Tuan muda melarang dia disini, Bibi mau masukan ke panti asuhan saja, kasihan dia perempuan, Bibi ga tega harus dijalanan,”
“Gimana baiknya bibi saja,” Willy jawab datar.
“Sungguh Tuan, ga apa-apa ?” bi Ijah seneng banget kalau Ellen disini selain ada yang bantuin, bibi ga kesepian.
Willy mengangguk pelan tanpa melihat Bi Ijah.
Bi Ijah sudah menikah lama tapi tidak punya anak. Selama ini untuk menghibur diri menyibukan dengan kerjaan.
“Ellen, kamu boleh tinggal disini. Nanti bibi carikan sekolah tapi bibi ga bisa nyari sekolah yang bagus, di dekat sini ada sekolah yang nampung untuk anak2 ga mampu, nanti bibi antar kesana ya.”
“Bibi, makasih banget, Bibi mau jadi ibuku ?” Ellen memeluk bi Ijah.
"Iya nanti bibi yang ngurus kamu ya, kita belanja keperluan sekolah dan baju.”
Pintu kamar Ellen di ketuk dari luar, Bi Ijah membuka, mang soleh berdiri, “Gimana Tuan muda membolehkan Ellen tinggal disini.”
Bi Ijah mengangguk.
“Syukur atuh kalau Tuan muda membolehkan, jadi kita ga usah bawa ke panti asuhan.” Pak Soleh pun ikut senang.
“Besok sore kita ke sekolah lalu ke pasar beli keperluanmu.”
“Bi, aku bersumpah akan membalas semua kebaikan Bibi, aku akan belajar dengan giat, akan menjadi anak yang membanggakan bibi.” Ellen memeluk Bi Ijah dengan erat.
= = = =
Pagi-pagi Ellen sudah beres-beres membantu menyapu dan mengepel. lalu membantu buat sarapan. Bi Ijah merasa terbantu ternyata walau tubuhnya kurus, Ellen sangat gesit mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Setelah sarapan Willy manggil Bi Ijah,
‘Bi, ini uang untuk kebutuhan anak itu, suruh beli baju dan dan keperluan sekolahnya.”
“Ga usah Tuan, pake uang bibi saja, ga apa-apa.” Bi Ijah nolak.
“Pake saja Bi uangnya, ga seberapa juga, kasihan kemarin kelihatan ga bawa baju banyak.”
Setelah selesai ngurus rumah. Ellen pergi dengan Bi Ijah ke sekolah dan ke pasar.
Ellen sangat bahagia bisa sekolah SLTA walaupun bukan di sekolah favorit. Bibi membelikan banyak baju juga seragam dan sepatu.
“Bi, apa ini tidak terlalu banyak belanjaannya, nanti uang bibi habis,”
Ellen ga enak hati.
“Bukan uang Bibi kok, tadi di beri uang sama Tuan untuk beli semua ini”
“Tolong sampaikan sama Tuan, terima kasih semuanya.
***TBC