Stenly menarik Fre ketika Ria hampir mendapati mereka sedang berdebat, Stenly menyandarkan Fre ke dinding. Mereka berada di situasi yang memungkingkan mereka berciuman, karena terlihat dekat hanya ada jarak beberapa centi saja.
Stenly memandang bibir Fre. Fre hendak melepaskan diri, namun tangan besar Stenly menahan dirinya.
Tanpa persetujuan Fre, Stenly langsung memagut bibir Fre yang terlihat menggoda dimatanya, Stenly melakukan itu dengan perlawanan Fre karena Fre menganggap ini tidak benar, ia sudah menjadi istri Jael, ia tidak boleh mengkhianati pernikahannya.
Fre terus melawan, namun bibirnya terus dipagut oleh Stenly, Stenly terus menikmatinya walau Fre terus mengamuk dalam gengamannya.
“Lepaskan aku, heemmphhh.”
Entah keberanian darimana, Fre langsung menampar Stenly tepat didepan matanya, Stenly akhirnya terpaksa menghentikan pagutannya. Stenly mengelus ujung bibirnya dan tersenyum.
“Kamu w************n yang sudah masuk di keluarga ini, dan aku adalah paman mertuamu. Dan, lihat apa yang kamu lakukan, kamu menamparku?”
“Paman, yang kamu lakukan ini salah.”
“Salah? Baru beberapa hari yang lalu kita melakukan hubungan ranjang. Dan, kamu menganggap semua itu hanya kesalahan?”
“Aku sudah menjadi istri dari keponakanmu.”
“Anak itu tak akan pernah bangun.”
“Apa yang kamu katakan? Dia adalah keponakanmu. Kenapa kamu mengatakan hal sadis itu?” tanya Fre membuat Stenly tertawa dan menggelengkan kepala.
Fre hendak melangkahkan kakinya meninggalkan Stenly, namun Stenly meraih tangannya dan kembali menyandarkan punggungnya ke dinding, Fre berusaha melepaskan diri namun Stenly terlalu kuat.
Ketika Stenly hendak mengatakan sesuatu, suara deheman terdengar, ternyata Ria.
“Tuan Sten, Nyonya dan Tuan sudah tiba.”
“Baiklah,” angguk Stenly.
Fre mengambil kesempatan itu untuk pergi dari Stenly.
“Sekalian dengan Anda, Nona Muda, temui Tuan dan Nyonya.” Ria melanjutkan menghentikan langkah kaki Fre yang hendak masuk ke kamar.
Fre berbalik dan menatap wajah Stenly yang kini menyeringai mengerikan.
Tak butuh waktu lama, Fre sudah duduk dihadapan kedua orangtua Jael, juga dihadapan Stenly yang saat ini terus menatap Fre penuh dengan banyak pertanyaan dikepalanya.
Melihat situasi saat ini, Fre baru menyadari bahwa Stenly benar pamannya Jael yang saat ini dalam kondisi vegetatif. Fre sempat mengira jika Stenly hanya orang yang tinggal di rumah ini, sebagai orang kepercayaan keluarga Riyadi.
Fre bingung harus bagaimana, ia tidak tahu jika ternyata ia masuk ke dalam keluarga Riyadi, dimana ada pria yang sudah menikmati tubuhnya dan menggenggam erat tangannya kala itu, dan baru saja beberapa menit yang lalu telah menikmati bibirnya.
Stenly terlihat sangat marah, mungkin tak menyangka jika ternyata Fre wanita yang tidak baik dan murahan, bisa dibeli dengan uang.
“Nama kamu … Fre?” tanya Erika—Mama Jael.
“Iya, Tante,” jawab Fre. “Nama lengkap saya … Frenada Cahya Malika.”
“Baiklah.” Erika tersenyum.
“Hari ini adalah hari pertamamu di rumah ini, ‘kan? Kamu sudah berkenalan dengan Pamannya Jael?”
Fre menoleh dan menatap wajah Stenly. Lalu menganggukkan kepala.
“Terima kasih karena sudah mau menikahi anak saya, saya akan berikan semuanya untuk kamu, dari uang, mobil, berlian dan semua yang kamu butuhkan.” Erika melanjutkan. “Saya juga tidak akan mengekang kamu, saya akan tetap berikan kebebasan untuk kamu mengejar pendidikanmu, karena saya dengar kamu masih kuliah. Semoga ini bisa membuatmu nyaman di rumah ini. Dan, satu lagi, tak perlu ada rasa bersalah jika kamu menikmati semuanya.”
“Tidak perlu, Tante, keluarga Riyadi sudah memberikan mahar yang cukup besar dan kami sudah menerimanya.” Fre menolak dan menggelengkan kepala.
“Beraninya kamu tolak, bukankah kamu menyukai uang? Jangan menolak jika hatimu menyukainya.” Stenly menyinggung Fre.
“Iya. Benar kata Stenly, jangan menolaknya,” sambung Aston—sang Ayah Jael.
“Benar.” Erika melanjutkan.
Stenly menyunggingkan senyum, Stenly jadi tahu wanita seperti apa Fre, wanita yang hanya menyukai uang dan kekayaan, hingga rela menggantungkan hidupnya pada Jael yang masih dalam kondisi seperti itu.
“Tapi apakah saya boleh bertanya?” tanya Fre.
“Silahkan. Ada pertanyaan apa?”
“Sebenarnya … Jael sakit apa?”
“Kita tak perlu membicarakan itu, jika itu membebanimu kamu bisa kembali ke keluargamu,” kata Aston langsung mencerca Fre yang memiliki pertanyaan itu. “Bukankah Ria sudah memberitahumu? Agar tak ada pertanyaan itu?”
“Maaf,” ucap Fre menundukkan kepala.
“Yang harus kamu lakukan adalah menjaga Jael dan menemaninya disampingnya.” Aston melanjutkan dengan cekaman itu. “Jangan menanyakan yang bukan urusanmu.”
“Nikmati saja uang dari keluarga ini, itu kan yang jadi tujuanmu menikahi Jael?” tanya Stenly tak henti-hentinya menyinggung Fre. “Tak perlu berusaha terlalu keras untuk menjadi istri yang baik, cukup temani Jael dan jangan menanyakan apa pun.”
“Sten!” geleng Erika.
“Apa? Kakak ipar mau membelanya?” tanya Stenly.
“Sudahlah. Jangan berdebat,” geleng Aston.
Sebenarnya apa yang terjadi pada keluarga ini? Kenapa semuanya memilih menyembunyikan hal itu pada dirinya? Andaikan saja Fre tahu, Fre mungkin bisa membantu, agar ia juga tahu sampai kapan ia akan menggantungkan hidupnya pada keluarga Riyadi.
Fre harus benar-benar kuat menghadapi Stenly yang kejam, walau hubungan mereka tak bisa ia jelaskan.