Perjodohan

1713 Kata
   Jam sudah menunjukkan pukul 6:45. Keluarga Kia sudah selesai dan akan berangkat ke tempat Pertemuan mereka. Sesampainya disana, Kia hanya mengikuti kemana orang tuanya pergi. Sampai disebuah meja yang sudah ditempati oleh keluarga teman Sena dan Hasa.  “Selamat malam.” Sapa Sena. Mereka pun langsung berdiri menyambut kedatangan Sena, Hasa dan Kia sambil saling bersalaman satu sama lain.  “Ini Azkia ya?.” Tanya wanita itu sembari memegang tangan Kia lembut.  “Iya tante.” Jawab Kia sambil tersenyum pada wanita itu.  “Kamu cantik banget, cocok jadi menantu tante.” Ucap wanita itu sambil memeluk Kia erat. Sedangkan yang di puji hanya tersipu malu.  “Eh tunggu, ini jidat kamu kenapa?.” Tanya wanita itu saat melihat plester di kening Kia. Kia memegang plester yang berada di keningnya dan cengengesan menampilkan gigi putihnya.  “Ini Cuma lecet dikit aja kok tan.” Jawab Kia sekedanya.  “Itu, tadi siang dia nabrak mobil dosennya. Udah aku bilangin jangan bawa mobil, tapi dianya ngeyel mau bawa mobil juga. Nah itu akibatnya.” Sambung Sena. Wanita itu terkejut dan menatap Kia yang cengengesan.        Kia bingung kenapa dari tadi belum memulai makan malamnya. Seperti sedang menunggu seseorang, tapi siapa?. Dia sudah merasa sangat lapar karena sepulang dari kampus dia langsung mandi dan mengistirahatkan tubuh lelahnya.      Saat mereka sedang asik berbincang bincang, tiba tiba ada seseorang yang datang dan duduk di sebelah Kia. Reflek Kia menoleh dan seketika langsung terkejut saat melihat Gavin yang berada di sebelahnya. Begitu juga dengan Gavin , saat melihat keberadaan Kia di sampingnya. "Bapak ngapain disini?." Tanya Kia terkejut. "Seharusnya saya yang tanya, kamu ngapain disini?." Tanya Gavin juga. "Kok bapak malah nanya balik sih?." Ucap Kia kesal. Sedangkan orang tua mereka hanya terdiam melihat kelakuan masing masing anak mereka. Sampai akhirnya Alfi-papa Gavin angkat bicara. "Kalian sudah saling kenal?." Tanyanya. "Iya om, bapak ini dosen aku." Jawab Kia sambil menatap Gavin. "Dan dia yang nabrak aku tadi pa." Ucap Gavin, yang membuat Kia langsung menatap Gavin tidak percaya. Bagaimana bisa seorang dosen yang tegas dan dingin bersifat pengadu di depan orang tuanya?. "OMG, Kekanak kanakan banget ni dosen " Batin Kia. Gavin hanya tersenyum pada Kia, senyum yang menurut Kia sangat menyebalkan. "Apa?, jadi kamu nabrak Gavin?." Tanya Sena tak percaya. "Iya mi, tapi kan Kia ngak sengaja." Jawan Kia. Dan percakapan sampai di situ dulu dan dilanjut dengan acara makan malamnya. Tidak ada yang bebicara saat makan berlangsung. Hanya ada bunyi sendok dan piring yang saling bergesekan. "Baiklah, jadi tujuan kami orang tua mengadakan acara ini untuk menjodohkan kalian berdua. Dan Papi harap ngak ada penolakan dari pihak manapun." Ucap Hasa-Papi Kia. "Apa?, di jodohkan?." Ucap Kia heboh. Sedangkan Gavin hanya menunjukkan wajah terkejutnya dan setelah itu kembali menetralkan ekspresi wajahnya seperti semula lagi. "Iya." Jawab orang tua mereka beberengan sambil menganggukkan kepala. "Tapi pi,.." Ucap Kia terhenti karna Gavin menyela ucapannya. "Gavin mau ma, pa." Ucap Gavin tiba tiba yang membuat Kia terdiam seribu Bahasa. Kia menatap Gavin dengan tatapan tak percaya, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum menatapnya. "Baiklah, Pernikahannya akan di laksanakan 2 minggu lagi." Ucap Alfin-Papi Gavin sambil tersenyum pada anaknya dan calon menantunya yaitu Kia. "Kenapa ngak nunggu Kia wisuda dulu om?." Tanya Kia tak terima melepaskan masa masa lajangnya. "Lebih cepat lebih baik Kia, bikin anak itu juga butuh proses, ntarkan bisa langsung jadi kalo kamu udah lulus, aduh ngak kebayang cucu mami kayak apa ya besok?."Ucap Sena sehingga semuanya tertawa kecuali Kia dan Gavin. Kia begitu kesal melihat maminya yang begitu antusias untuk melepaskan anak gadisnya. "Ih apa sih mi, udah mikirin cucu aja, nikah aja belum." Ucap Kia kesal. "Jadi kamu mau cepat cepat nikah?, Sabar ya sayang,cuma tinggal dua minggu lagi kok." Goda Sena. "Mami!." Rengek Kia. Sedangkan Gavin hanya tersenyum melihat tingkah Kia. Setelah acara perjodohan itu, Kia terpaksa pulang dengan Gavin karena dipaksa Sena dan Nila. Jadi di sinilah Kia dan Gavin berada sekarang yaitu di mobil Gavin. Tapi bukan mobil yang habis di tabrak Kia ya. "Bapak kok mau terima perjodohan ini sih?." Tanya Kia membuka suara. "Saya ngak mau membuat orang tua saya kecewa." Jawab Gavin yang masih sibuk menyetir mobilnya. "Masa?." Tanya Kia penuh selidik. "Mm.." Gavin hanya membalas dengan gumaman saja. Kia yang melihat respon Gavin yang begitu dingin membuatnya kesal dan berpikir bagimana bisa jika dia memiliki suami yang begitu dingin seperti Gavin ini?. "Saya heran deh, kenapa ya cewek cewek pada suka sama bapak?." Ucap Kia yang membuat Gavin menatapnya heran. "Kenapa harus heran?, Bukannya tidak heran lagi jika pria seperti saya banyak yang suka?." Jawab Gavin dengan percaya dirinya. Kia terperangah mendengar jawaban dari Gavin yang begitu percaya diri. "Hah?, Emang bapak pria seperti apa?, perasaan saya pria seperti bapak itu banyak di luar sana, bahkan lebih dari bapak pun juga banyak. Tapi Kenapa seakan akan mereka baru pertama kali liat cowok tampan?." Celoteh Kia. "Benarkan saya tampan, kamu aja ngakuin. Dan saya ngak pernah bilang kalo saya pria paling tampan." Ucap Gavin. "Tampan bapak itu biasa aja." Jawab Kia. "Kalo biasa saja, ngak mungkin banyak cewek yang kepincut sama saya." Jawab Gavin yang tidak terima jika dibilang tampannya biasa saja. "Mungkin bapak pake pemanis kali." Ucap Kia. "Enak aja kamu ngomong, Selera kamu saja yang terlalu rendahan. Saya yang merasa paling heran sama kamu, apa kamu ini cewek normal? ." Jawab Gavin kesal. “Eh.. maskud bapak gimana nih?.” Tanya Kia tak terima. “Jika cewek normal, pasti akan langsung suka san kagum sama saya. Tapi kamu?.” Jawab Gavin. “Ngak semua cewek yang suka cowok dingin yang ngandelin tampang doang.” Ujar Kia. “Iya bukan semua cewek, tapi kemungkinan persentasenya hanya 90% dari 100%.” Balas Gavin. “Bapak pikir 10% itu sedikit apa?.” Tanya Kia kesal. “Iya, lebih sedikit dari 90%.” Jawab Gavin. "Aduh capek saya ngomong sama bapak." Ucap Kia lelah menanggapi Gavin "Apalagi saya, dan satu lagi jangan panggil saya bapak jika di luar kampus." Ucap Gavin. "Trus saya panggil apa?." Tanya Kia. "Terserah kamu aja, asal jangan yang aneh aneh."Jawab Gavin. "Mmm... Kakak aja deh pak." Putus Kia. "Serah kamu." Jawab Gavin. "Oke siap kak." Ucap Kia sembari hormat pada Gavin. Gavin hanya menatapnya dengan tatapan heran. Tapi di hatinya dia berkata "Lucu".      Sesampainya di rumah Kia, Kia langsung turun dan pamit masuk pada Gavin. Gavin hanya tersenyum melihat kepergian Kia. Dia merasa senang jika bersama dengan Kia, baru pertama kali Gavin bertemu dengan wanita seperti Kia, Dia merasa jika Kia berbeda dengan wanita lainnya. *****      Keesokan paginya, Kia berangkat ke kampus dengan diantar Raka, karena ia melarang Gavin untuk tidak memberi tahu siapapun tantang perjodohan diantara mereka.                    Ia tidak siap menjadi bahan pembicaraan di kampus. Untung kalau ada yang setuju ,kalo tidak mungkin saja beberapa fans Gavin akan membulinya.      Seperti biasa, Kia langsung masuk kelasnya. Dan menghampiri teman temannya. Baru sebentar mereka berbincang bincang , dosen sudah masuk dan bersiap untuk mengambil absen. Dia Dosen yang kalau masuk kelas lebih cepat dari jadwal masuk yang telah di tetapkan. Ia tidak lain adalah Gavin.      Semuanya fokus mengikuti matkul Gavin, tidak ada satu mahasiswa/I yang berani berbicara ataupun bercanda selama dimatkulnya. Tapi kali ini Kia membuat kesalahan yang fatal, yaitu ia tiba tiba teriak dan naik ke atas Kursi yang membuat semuanya terkejut dan ikut ikutan teriak dan heboh.      Ternyata ada seekor kecoa di bawah meja Kia, yang membuatnya reflek teriak dan menaiki kursi. Kia merasa hari damainya akan hancur sebentar lagi, karena Gavin menatapnya dengan tatapan murka. Setelah kelasnya selesai Kia diperintahkan untuk ke ruangan Gavin . "Mampus gue." Ucap Kia sembari memegang kepalanya dan mengacak ngacak rambutnya sambil merutuki kebodohannya. "Lo si pake teriak teriak segala." Ucap Vita. "Ya gimana ngak teriak coba, bayangin aja.. ih jijik gue." Jawab Kia membayangkan kejadian tadi. "Lebih baik lo sekarang keruangan pak Gavin dulu deh Ki." Ucap Naya mengingatkan. "Ah iya, untung lo ingetin Nay. Gue duluan ya, do'ain sebalik ini gue masih hidup." Ucap Kia dan berjalan cepat ke ruangan Gavin. Sesampinya di depan pintu ruangan Gavin, Kia menarik dan menghembuskan nafasnya untuk menenangkan dirinya. Sampai akhirnya ia mengetuk pintu yang sudah berada tepat di hadapannya. "Masuk." Ucap Gavin dari dalam ruangannya. "Permisi pak." Ucap Kia sembari menundukkan kepalanya. "Duduk!." Perintah Gavin, Kia hanya menuruti permintaannya karena takut. Sudah beberapa menit Gavin masih saja diam sembari memandangi laptopnya. Kia tak berani membuka suara, karena saat ini nilainya dalam bahaya, ia tidak ingin nilainya jelek hanya gegara seekor kecoa saja.      Tapi lama Kia mulai kesal dengan Gavin yang hanya mendiaminya, kalo hanya didiemin kayak gini setidaknya di beri minum dulu atuh Gavin. Beberapa kali Kia menghela nafasnya melihat Gavin yang masih saja sibuk dengan laptopnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka suara. "Pak, ada perlu apa manggil saya kesini?. Jika tidak ada keperluan saya permisi dulu pak." Ucap Kia dan hendak bangkit dari tempat duduknya. "Siapa bilang kalau kamu sudah boleh keluar?." Ucap Gavin yang membuat Kia kembali duduk di tempatnya semula. "Tapi bapak dari tadi sibuk sendiri." Jawab Kia yang sudah mulai kesal. "Tadi pekerjaan saya nanggung." Ucap Gavin dengan tampang tak berdosanya. "Itu dia bilang nanggung?, udah setengah jam gue nungguin dia buat ngomong, dia bilang nanggung?. Untung aja dosen sama calon suami gue, kalo ngak udah gue maki maki ni orang." Batin Kia dengan wajah dongkolnya. "Oke, kamu tau salah kamu apa?." Tanya Gavin sambil menatap Kia dengan mata tajamnya. "Iya, tau pak. tadi saya teriak dan naik kursi sehingga membuat kelas jadi ribut" Jawab Kia menundukkan pandangannya dari Gavin. "Bagus, tungguin saya setengah jam lagi." Ucap Gavin dan kembali sibuk dengan laptopnya. Kia pun tercengang dengan ucapan Gavin yang dengan santainya meminta untuk menunggunya. "Apa ini hukuman saya pak?." Tanya Kia. Gavin hanya menatap Kia sekilas dan kembali dengan kesibukannya. Kia benar benar kesal dengan sikap Gavin yang selalu mengabaikannya. Kia merasa bosan menunggu Gavin yang belum selesai juga dengan laptopnya dan memutuskan untuk memainkan ponselnya, hingga Gavin berkata. "Jangan main handphone." Perintah Gavin dengan mata yang masih tertuju pada laptopnya. "Kenapa pak?." Tanya Kia sewot.      Tapi Gavin tidak menanggapi pertanyaan Kia. Kia yang kesal dengan Gavin yang tidak menaggapi pertanyaannya juga tidak menghiraukan perintah Gavin dan tetap memainkan ponselnya. Tapi Gavin tidak tinggal diam, Ia mengambil hp Kia dan memasukkannya kedalam saku celananya. "Pak, kembaliin handphone saya ." Ucap Kia , tetapi Gavin masih tidak menghiraukan Kia.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN