bc

Life Trap

book_age18+
2
IKUTI
1K
BACA
HE
badboy
heir/heiress
tragedy
bxg
mystery
loser
office lady
brutal
seductive
like
intro-logo
Uraian

Richard Lee, seorang pengacara tampan, kaya, dilimpahi banyak kesuksesan. Ia menaklukan banyak wanita, tapi perasaannya tak pernah benar-benar terhubung kepada mereka. Ia meiduri banyak wanita berharap mendapatkan cinta dari mereka yang datang silih berganti. Namun siapa sangka setelah ia melakukan terapi dengan seorang psikiatri semuanya berubah. Ia perlahan menemukan seseorang berkat arahan dokter Alice.

chap-preview
Pratinjau gratis
Prologue
Prolog. Richard Lee : Hari ini aku meninggalkan wanita yang telah satu minggu lamanya menemani malamku. Dia sangat membosankan walau memiliki tubuh yang memiliki kelokan bagai sungai sss, tapi hanya itu yang dia miliki. Dia tak bisa lagi membuatku ingin bertemu dengannya. Dokter Alice : Jadi Anda sudah tak lagi memiliki ketertarikan kepadanya? Richard Lee : Sudah kubilang yang satu-satunya hal mengesankan tentang dirinya hanyalah tubuhnya yang lumayan untuk aku gunakan saat aku sedang berhasrat, selain dari pada kegiatan s****l dia nihil. Tak ada ikatan emosional sama sakali. *(Handphone Richard membunyikan beberapa notifikasi dan itu adalah rentetan pesan yang kemudian langsung ia tunjukan pada Dokter Alice) Richard Lee : Dia berkata dia bisa mati tanpa aku, tapi aku sangat tidak apa-apa kalau dia tak ada lagi di dunia ini. Itu artinya dia tak ada artinya dalam hidup bukan? Dan itu berarti …. *(Richard menjeda menghela napas putus asa) Aku gagal lagi dalam menemukan patner hidupku bukan? Dokter Alice perlahan menaruh balpoin yang ada di tangannya, lalu membentuk menara dengan kedua tangannya. “Sepertinya kita harus mendorong Anda untuk keluar dari life trap Anda, atau Anda akan terus berpindah dari satu wanita ke wanita lain hanya untuk memenuhi hasrat s****l Anda. Sesuai dengan keingian Anda goals kita adalah menemukan dan membuat Anda bertahan dengan seorang wanita yang memiliki hubunga secara emosional.” *** 1. “Oh, s**t! Kau tak lihat aku sedang berjalan, HAH?” Dia mengumpat, keras, bernada agak kasar, jelas sekali raut-raut kemarahan ada pada dirinya. Dan percayalah itu hanya berkat insiden kecil. “Maaf, Mr. Ricard, saya-“ “Gunakan matamu dengan benar!” Kali ini nada bicaranya memelan namun tatap matanya menajam, seolah bisa menghabisi salah satu staf karyawan yang tak sengaja berjalan mundur tanpa melihat. Dan yeah, berakhir dengan menabraknya. “Sekali lagi saya mohon maaf, Mr. Ricard,” seraya membungkuk sembilan puluh derajat ia memohonkan maafnya. “Menyingkir dari jalanku.” Langkah-langkah besar pun langsung diambilnya tak lama setelah ia berkata kasar kepada wanita malang itu. Sungguh sebuah kesialan harus terlibat satu insiden dengan si pengacara galak itu. Ricard Lee, tiga puluh tahun, seorang pengacara sukses, pendiri sekaligus pemegang saham terbesar Lee Law Firm, sebuah firma hukum terbesar era ini. Belakangan sikapnya berubah menjadi congkak, sombong dan tak mengenal toleransi. Sedari awal memang sikap tegas juga lugas sudah mendarah daging dalam dirinya. Namun dalam beberapa minggu ini, sikapnya condong kepada tipikal pemimpin perusahaan yang galak dan sedikit kasar. Jangan lupakan soal dirinya yang selalu bertingkah seenaknya. Meski tak ayal ia bisa bersikap begitu menyebalkan, karena kesuksesannya membuat dirinya seolah memiliki hak untuk bersikap demikian. Rekor kemenangannya di pengadilan menjadi hal yang selalu ia banggakan. Tak sedikit perusahaan besar yang memilih untuk menyerahkan kuasa hukumnya pada Firma yang sudah ia pupuk sejak 8 tahun silam. “O-oh, apa ini, aku tak ingin air minum ini. Ada kemasan yang lebih bagus, kandungannya mineral alami, bawakan aku yang satu itu dan singkirkan semua minuman itu.” Perfeksionis. Begitulah dirinya. Richard Lee bahkan mempermasalahkan soal air yang diminumnya, yang padahal sama-sama tawar dan bening. Tak jarang ia pun mengeluhkan soal bau spidol yang agak menyengat, lem hingga cat yang amat dibencinya. “Kau keberatan, Arnold?” “A-ah, tentu tidak, Mr. Ricard. Bagaimana aku keberatan dengan permintaanmu. Aku akan segera menggantinya.” Raut-raut panik selalu tampil di wajah sang asisten yang harus setia melakukan segala hal untuk Ricard. Sudah bak Tuan bahkan yang mulia raja saja manusia yang ia layani. “Good.” Helaan napas lega langsung terdegar samar dari sosok jangkung, berbadan tegap, kekar, kokoh layaknya seorang bodyguard itu sampai… “Ah, satu lagi, Arnorld,” Ketegangan yang ia pikir sudah meluap rupanya harus kembali membanjiri diri pria yang berfitur wajah mungil, terkesan ramah di samping kegagahan potur tubuhnya itu. “A-apa? Apa lagi Mr. Ricard?” Terbata-bata Arnold bertanya. “Jangan biarkan Jesica masuk ke ruanganku, aku sudah tak ada lagi hubungan dengannya.” “Siap.” Arnold menjawab dengan tegas, patuh bahkan tangannya membuat gerakan salut di ujung pelipisnya. Namun terlambat. Suara heels yang melangkah dengan ditapakan agak keras dan cepat sudah terdengar memasuki ruangan. “Kenapa? Kenapa kau tak membalas semua pesanku? Kenapa kau mematikan semua panggilan dariku? Sudah kubilang aku ingin kau buatkan reservasi di Luxury Grand X, kenapa kau mengabaikanku? Kau tak tahu seberapa malunya aku saat datang ke sana dan mereka tak membiarkan aku masuk?” Untuk alasan itulah ia tak ingin bersama dengan wanita bernama Jessica Porter, seorang model dan brand ambasador untuk beberapa fashion dan beauty kenamaan. Hingga bukan sebuah hal yang mengherankan ia tampil untuk bertemu Ricard saat ini dengan sebuah berlian di lehernya, outer berbulu tebal lorengnya, hingga skirt super pendek dan sebuah bra saja di dalamnya. Mengapa aku bisa berakhir dengan wanita gila seperti itu? “Jawab aku! Mulutmu ada bukan untuk diam! Dan lagi kau seharusnya bisa memberikan jawaban dan penjelasan yang hebat mengingat kau seorang pengacara No. 1 di negeri ini!” Ia berpangku tangan seraya mengomeli pria di hadapannya yang tampak acuh tak acuh kepadanya. “Nona, Mr. Ricard saat ini sedang banyak sekali pekerjaan, jadi-“ “Apa yang dikerjakannya? Bukankah seharusnya ia hanya perlu ongkah-ongkahan kaki saja?! Dia pemilik firma ini!” Arnold yang kali ini kena sembur. “Tckk, aku tahu bos-mu itu uangnya banyak sekali, tapi kenapa dia tak mau memberikan sepeser saja untukku? Pelit.” Gerutuan wanita yang agaknya materialistik itu agaknya sangat disadari oleh Arnold dapat meledakan amarah seorang Ricard Lee. Bibir terkatup itu, suara gesekan gigi, rahangnya yang terlihat berkali-kali lipat lebih mengeras dan menegas, belum lagi tatap tajamnya… mematikan. Ini kacau. Rechard Lee akan mengamuk sekarang! “Nona tapi kita harus pergi karena-“ Brakk. Suara gebrakan keras terlanjur terdengar, dan itu sudah seperti genderang yang ditabuh untuk mengawali perpecahan sebuah perang dan perpecahan. “Jalang tak tahu malu,” ucapnya dingin. Oh, s**t! Arnorld mengumpat dalam hati, karena seperti cerita yang sudah lalu dan terus berulang, dalam detik-detik berikutnya akan terjadi pertumpahan kata sumpah serapah, kalimat hujatan dan keadaan ruangan yang akan jadi sangat berantakan. “A-apa? Apa katamu?” Seolah tak percaya, bahkan wanita itu menyampaikan rambut pirang menjuntainya, berpikir kalau-kalau telinganya itu telah salah dengar. “Nona, sebaiknya kita-“ “Diam kau! Aku tak ada urusan denganmu!” Upaya Arnold untuk menghentikan perpecahan nampaknya berakhir sia-sia. Ia bahkan tak diberi kesempatan untuk berbicara kepadanya. “Nona, dengar-“ “Menyingkir! Beraninya kau memegang tanganku! Asisten bodoh!” Arnold memutar bola matanya mendengar ia diumpati kasar oleh wanita yang padahal ingin ia selamatkan nyawanya. Ouh! Persetan kalau kau ingin dimakan naga itu! Tak sampai di sana Jessica pun menabrak bahu kokoh yang Arnold, hebatnya dengan tubuh cungkring khas modelnya, Jessica mampu membuat Arnold menyingkir dari jalannya, tubuhnya yang seperti tembok Cina runtuh. “Nah! Apa yang kau katakan tadi, hah? Jalang? Katakan kalau telingaku salah dengar, Ricard. Katakan kepadaku kalau yang kudengar bukan JALANG, melainkan SAYANG!” Ia berbicara dengan mendengus, kesal, dan cukup mendesak pria yang terlihat tak mau peduli kepadanya. Ricard membuat gelagat yang tak biasa. Ia berdiri dari duduknya, postur ia buat amat tegap. Pakaiannya ia rapikan, dan… ia berjalan mendekat dan memposisikan diri tepat di samping si kekasih yang nampaknya akan segera dipecatnya. “Tidak. Telingamu normal,” jawabnya, pasti. Matanya, telunjuknya, hingga perhatianya kini terlihat begitu terpusat pada wanita yang sudah bersiap dengan bom kemarahannya. “KAU!! b******n GILA!” Tak hanya umpatan yang Jessica teriakan, namun juga dengan tangannya yang sudah melayang di udara siap memberikan tamparan kepada Richard. Namun… Hap. Tanggap dan cepat tangan Richard menyanggahnya. “Dan aku akan menjadi orang tak waras kalau memanggil JALANG menjijikan sepertimu dengan panggilan SAYANG itu,” tambahnya, seraya membuang tangan Jessica yang sudah menitikan air mata kemarahan dan kecewanya. Arnold benar-benar sudah tak mau peduli, ia memilih untuk meninggalkan ruangan Richard. Tak lupa ia menyempatkan diri untuk membungkuk. “Tunggu, kau tak bisa pergi begitu saja, Arnold,” ucapan Richard menghentikan tangan Arnold yang baru saja hinggap di pegangan pintu. Ia jelas harus patuh. “Kau belum mendapatkan maaf dari jalang tak sopan ini.” Raut yang benar-benar tak percaya tampil memenuhi wajah Jessica. Ia tak percaya pria yang ia pikir telah membawanya bermalam di sebuah hotel termewah, memberikan banyak barang yang ia inginkan, membuainya dengan berbagai kata-kata indah, membisikan puja-puji di sela permainan ranjang mereka bersikap seperti ini kepadanya. “Kau…,” wanita cantik itu pun sampai-sampai kehilangan katanya. Ia tak yakin kata yang tepat untuk sosok Richard yang kini ada di hadapannya. “Minta maaf pada asistenku. Tak seharusnya kau berkata sampai merendahkan orang yang selalu membantuku. Untuk seukuran wanita yang datang kepadaku dengan alasan saat aku membutuhkan payudaramu atau vaginamu untuk memuaskan pennisku, atau…. Kau yang inginkan aku untuk membayarkan semua kehidupan gilamu, kau sangat tak pantas.” Jessica terperanga atas semua kata demi kata yang sungguh tak ia sangka-sangka akan keluar dari bibir yang pintar sekali membuai tubuhnya. Begitu pun seseorang yang kini berdiri, menjadi orang ketiga dalam pertengkaran pasangan itu. Arnold, benar-benar tak percaya atas sikap Richard yang meletakan penghargaan pada seorang asisten seperti dirinya. Ia pikir dihina oleh seorang wanita bosnya adalah hal yang biasa, namun ia tak mengangka Richard akan sampai menuntut maaf dari wanitanya itu. “Kau sudah gila?! Untuk apa aku-“ “Kau bersalah. Kau lupa aku ini seorang pengacara, kau bisa saja kuseret ke pengadilan dengan berlapis-lapis pasal karena merendahkan satu asisten terbaikku,” Richard menyela dengan mengajukan ancaman yang membuat wajah Jessica semakin… KACAU. “Ah, kau? Kau apa? Menyeretku ke pengadilan?? Kau sudah gila, HAH??? Pria gila macam apa yang akan melakukan hal seperti itu pada kekasihnya?!” protes itu diutarakan Jessica dengan jeritan kerasnya, yang menggaum sampai ujung koridor lantai 8 gedung kantor Lee Law Firm. “Aku tidak gila. Dan perlu kutegaskan kepadamu, bahwa kau sudah bukan lagi kekasihku.” Kata-kata perpisahan itu dengan mudahnya terucap dari mulut Richard. Tanpa ada sesal, tanpa ada rasa maaf, tak ada sedikit pun beban yang memberatkan sebagaimana kebanyakan orang memutuskan hubungannya. “Ka-kau…, bagaimana bisa kau berbuat seperti ini kepadaku?!” Jeritan amukan Jessica yang kedua itu amat menggelegar, sampai Arnold pikir lantai dasar saja bisa mendengar ledakan amarah model top itu. “Bagaimana? Aku pikir karena memang sedari awal aku tak memiliki perasaan kepadamu. Sehingga aku bisa berbuat seperti ini kepadamu. Alasan yang masuk akal, bukan? Lupakan soal itu. Sekarang aku ingin kau meminta maaf kepada Arnold. Cepat.” Sangat tak berhati sekali. Itulah gambaran keseluruhan sikap Richard saat ini. “KAUUU! Argh!” Jeritan kembali terdengar dan sepertnya itu benar-benar bisa menghancurkan gendang telinga banyak orang di kantor Firma. Dan berangkat dari kekhawatiran itu, Arnold merasa sudah saatnya ia berbuat sesuatu. “Mr. Richard aku sudah memaafkannya. Cukup. Beberapa pengacara saat ini sedang mengadakan pertemuan penting, mereka akan sangat terganggu dengan pertenkaran ini. Jadi saya mohon…” Richard bukan orang yang akan menyerah hanya dengan alasan apa yang diperbuatnya bisa mengganggu orang lain. Ia tak akan mundur kalau belum mendapat inginnya. Seorang Richard juga tak akan melunak hanya karena seorang yang dihadapinya adalah wanita. “Minta maaf kepadanya, cepat. Atau akan aku bawa ini ke jalur hukum, cctv di ruanganku cukup canggih untuk membuatmu tampak seperti penjahat pada asistenku.” Lihat itu! Alih-alih menyudahi Richad malah lebih jauh mengancamnya. “Mr. Ricard!! Sudah. Aku mohon kepadamu, sudah. Aku sudah memaafkannya. Dia juga sepertinya sudah meminta maaf kepadaku. Aku bisa mendengar itu dari suara batinnya. Jadi sudah.” Arnold sampai mengada-ngada, hanya demi terciptanya sebuah kedamaian kembali di ruangan si Bosnya itu. Sementara Jessica, ia tak bisa berkata, mulutnya hanya bisa terperanga karenanya. Hingga… “Kau! Kukutuk kau! Kau akan diperlakukan lebih buruk dari kau memperlakukan aku! b******n Richard!”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

MENIKAHI PAPA MANTAN PACARKU

read
6.2K
bc

Pemuas Hasrat Mantan Suami

read
51.6K
bc

HASRAT MERESAHKAN

read
139.5K
bc

SEXY DEVIL UNCLE

read
18.2K
bc

Nona-ku Canduku

read
97.8K
bc

Ayah Tiriku Sugar Daddyku

read
46.1K
bc

Menjadi Istri Tuan Revan

read
108.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook