~roommate~

1217 Kata
Sudah mau satu minggu Karla dan roommatenya diam tanpa kata. Cewek itu gak ngerti lagi mau gimana. Hanya karena perkara pacar Jejo yang pernah datang malam-malam dan Karla menegur, cewek itu langsung marah. Dia gak mau ditegur, padahal teguran itu bisa memperbaiki yang salah. Jejo, teman baik Karla waktu kuliah diploma dulu. Terakhir kali mereka bicara, Jejo bilang kalau Karla gak bakal ngerti perasaan Jejo. Soalnya, Karla sudah lama menjomblo. Dia gak paham gimana rasanya pacaran. Makanya dia marah waktu ditegur Karla membawa pacar ke dalam rumah. Kalau apartemen itu ditinggali sendiri mah gak apa-apa. Ini kan ditempati bersama. Sudah sewajarnya saling pengertian.  Karla naik KRL pagi-pagi banget biar gak telat sampai di Tokokeren. Ya, dia bekerja disana sudah mau dua tahun. Bukan hal mudah kerja di startup sembari kuliah. Tapi dia tahan-tahankan semua itu. Demi duit buat bayar kuliah. Apalagi kesusahan ini tak hanya dia sendiri yang merasakan. Hampir semua teman sekelasnya kerja sambil kuliah. Ada sih yang mampu secara finansial, tapi melihat teman sekelas pada kerja, mereka juga terpacu untuk ikutan. Soalnya bosan juga ngabisin siang hari tanpa aktivitas. Karla menatap layar handphonenya saat jam makan siang. Dia menggigit bibirnya sambil menatap kontak yang dia tulis dengan nama My Nat. Terakhir mereka chattingan dua hari yang lalu. Karla bingung harus bilang apa. Untuk mengubah nama kontaknya saja dia merinding. “Kar, mau kopi gak?”tanya Disty, teman kantor Karla. “Pengen sih,” “Ayo ke Family Mart.”ajaknya sambil menarik tangan cewek itu. Kopi Family Mart emang gak ada duanya. Harganya murah dan rasanya enak. Buat yang gak suka kopi, cobain juga non kopinya. Rasanya gak kalah enak. “Jadi, lo sama roommate lo marahan?” “Iya Dis. Gue bingung gimana nyelesain masalah itu.” “Bicara baik-baik saja, Kar. Gak baik tau, serumah tapi gak bicara.” “Gue juga maunya gitu Dis. Tapi dia kayaknya makin acuh gitu. Padahal dulu kami bersahabat kayak kepompong. Sekarang berjauh-jauhan.” “Kayak lirik lagu ya.” “Hahah, jadi gimana?” “Hmm, coba lo w******p dia. Bilangin, entar malam kita bicara ya. Biar dia gak tidur atau pura-pura tidur. Terus, lo tinggal bilangin baik-baik. Bilang juga, lo gak ada niat iri ataupun melarang pacarnya datang. Tapi harus tahu waktu.”ucap Disty menjelaskan. Karla manggut-manggut pertanda mengerti. Setelah menunggu lima menit, pesanan mereka datang. Mereka bergegas pergi karena tempat itu semakin ramai saja. “Terus, gimana sama pacar online lo? Udah jadi ketemu?”tanya Disty tiba-tiba. Dan itu berhasil membuat kopi di mulut Karla muncrat keluar. Dia menyesal sudah menceritakannya pada Disty. Jadinya dia ditanyain lagi masalah itu. Apalagi kalau diingat, beberapa minggu lalu dia pernah bicara hal konyol. “Dis, gue sekarang udah punya pacaran. Beneran deh, cowok bernama Nat itu tipe gue banget. Bahkan, waktu gue ajak ngomongin jaringan komputer, cryptocurrency sampai Python, dia paham. Dia juga ngerti perasaan gue sebagai mahasiswa yang penuh problematika. Cinta banget gue sama Nat.” Dia mengatakan itu di masa lalu. Perkataan yang ingin ditarik kembali. Kalau bisa. Sayangnya udah gak bisa.  “Belum Dis. Gue juga gak pengen-pengen banget sih.” “Jadi itu cuma buat menghibur di waktu kosong? Perasaan lo gak punya waktu kosong deh. Senin sampai minggu selalu sibuk ngerjain tugas.” “Iya juga sih.”balas Karla sambil tertawa. Dia berjalan gontai menuju ke kubikel tempatnya bekerja. Banyak hal yang harus dikerjakan sekarang. Saat dia hendak fokus, sebuah pesan membuat jantungnya gak karuan. Pesan dari My Nat. Dia berlari ke toilet seperti dikejar setan. Mungkin teman kerjanya heran melihatnya. Dia menutup pintu dan duduk dengan tangan gemetar. Dia takut dihakimi dengan perkataan menohok. Aish, semoga saja tidak. My Nat : Masih kerja, Kar? Masalah Tokokeren yang mau merger sama Gojay, menurutku udah bagus banget. Soalnya, startup itu nantinya bisa menjadi decacorn dan pasti jadi ekosistem raksasa asia. Pokoknya, itu berita gembira untuk negara kita. Karla bernafas kesal. Dia gak habis pikir. Dia kira Nat akan kepikiran soal kemarin. Ternyata dia malah ngomongin hal seperti ini. Apa jangan-jangan dia gak sadar kalau Karla pacarnya adalah Karla Gifta Selaras, mahasiswa ekstensi? Yakali, dosen sepintar dia gak sadar? Sebenarnya, Karla menginginkan penjelasan dari cowok itu. Di masa lalu, dia bilang kerja sebagai programmer. Ternyata dia seorang dosen. Ya, adil sih. Karla juga berbohong soal hal lain.Dan jadilah Karla cuekin pesan dari Nat. Dia bingung juga mau jawab apa.  Dunia terasa penat saat dia memasuki stasiun hendak naik KRL. Ini benar-benar menguji mental. Kalau mau tahu seberapa ganas kaum hawa, berkunjung saja ke gerbong wanita di jam pulang kerja. Akan ada pengalaman baru yang sangat memorable. Bahkan bisa membuat trauma. Satu tahun bukan waktu yang lama. Pertemanan di kelas Ekstensi tak sekuat yang dikira. Terutama bagi Karla sendiri. Dia cuma mengenal beberapa orang secara dekat. Sisanya, anggap saja seperti angin lalu. Teman-teman Karla di kelas itu berasal dari banyak sekali perbedaan. Tapi perbedaan yang paling kelihatan adalah perbedaan usia. Jadi jangan salah, ada mahasiswa yang wajahnya seperti dosen. Dan sebaliknya, ada dosen yang seperti mahasiswa.  Karla berniat langsung pergi ke gedung Fasilkom. Kalau harus nunggu Rere, dia bisa melewatkan makan malamnya. Dia udah kelaperan karena tadi siang cuma makan donat Jco. “Karla!!”panggil seseorang dari belakangnya. Ah, dia kenal cowok itu. Kalau gak salah namanya Kiel. Dia juga mahasiswa ekstensi. “Eh, iya?” “Bareng dong Kar. Lo mau langsung ke kampus kan?” “Oh boleh,”balas Karla singkat. Rakiel Joe Lando, cowok yang menurut Karla paling ganteng di kelas ekstensi. Badannya tinggi, rambut rapi, kulitnya putih dan jangan salah, dia sangat pintar. Dia lulusan diploma dari UGM. Menurut cerita dari Suhendi, Kiel itu pernah di drop out dari Unsri. Mau tahu kenapa? Dia pernah ngehack situs kampus karena gak terima nilainya di manipulasi. Keren banget gak sih? Kalau dibandingkan sama otak Karla, Kiel itu jauh banget diatasnya. Walau begitu, dia termasuk mahasiswa yang rajin masuk kelas. “Nama lo bagus tahu. Karla Gifta Selaras! Siapa yang bikin?” “Semua orang bilang gitu memang. Karla itu artinya cewek yang kuat. Kalau Gifta plesetan dari gift, kado terindah dari Tuhan. Tapi Selaras itu artinya seirama, sepanan,serasi. Kalau kata bapak, biar gue jadi anak yang bisa hidup dimana aja. Gak peduli mau negeri orang sekalipun, gue harus bisa seirama sama sekitar gue.” “Keren ya.” “Oh ya Ki, lo beneran pernah ngehack situs kampus?”tanya Karla penasaran. Wajar dong, namanya manusia kan ya. Kiel malah tertawa. “Lo tahu darimana sih?” “Dari Suhendi.” “Emang tuh anak. Lebih tepatnya, gue menuntut hak sebagai mahasiswa.”jawabnya kemudian. Gila gak tuh, Kiel sekeren ini. “Lo keren banget gila. Gue pengen banget punya teman seorang hacker atau apapun itu. Tapi guenya sendiri masih terbata-bata buat ngoding doang.” “Tenang aja. Semua bisa kok kalau dipelajari.”balasnya singkat. Kalau otak Kiel pasti mampu, beda sama otak Karla yang punya limit. “Iya Ki. Tapi gue udah sampai mau gila cuma gara-gara ngoding. Ujung-ujungnya gue minta diajarin sama Suhendi atau Gly. Kapan ya bisa sepintar mereka.” “Kalau butuh bantuan, bilang gue aja. Pasti gue bantu ajarin.”ucapnya menawarkan diri. Karla manggut-manggut setuju. Ternyata Kiel orangnya charming dan humble. Karla kira dia orang yang pendiam plus misterius gitu. Ternyata enggak sama sekali. Malahan, dia orang yang suka bercerita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN