Flower-1

1206 Kata
Aku menatap tanaman keladi langka pemberian dari atasan Akhza tiga hari yang lalu. Daunnya terlihat paling lebar dan berkilau di antara tanaman keladi ataupun tanaman lain yang ada di taman kecilku. Seseorang memeluk erat pinggangku, mengendus dengan mesra tengkukku dan berakhir memberi kecupan ringan di pelipisku. Aku tersenyum menerima perlakuan romantis dari suamiku. Dia paling bisa membuatku terbang melayang seperti ini. Suara paraunya ketika bangun tidur adalah alunan lagu paling merdu yang pernah aku dengar seumur hidupku.  "Aku cari ke mana-mana, tahunya lagi kencan sama keladi," ujar Akhza saat aku memutar tubuh menghadap padanya. Dia memang selalu seperti itu. Setiap bangun tidur yang dicari pertama kali bukan ponsel tetapi istrinya. Padahal kami menikah sudah tiga tahun dan pacaran lima tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Namun sikap Akhza tidak pernah berubah sedikitpun. Malah kadang ada saja perbuatan romantis baru yang dia lakukan untuk membuaiku. "Baru juga sepuluh menit aku di sini. Tadi memang pelan-pelan keluar kamar soalnya lihat kamu kayak yang capek banget. Jadi aku nggak tega kalau sampai ganggu kamu," jawabku membalas pelukan Akhza. "Maunya memang tidur sampai siang. Tapi kamu nggak ada di sampingku pas aku lagi tidur, itu sudah jadi alarm otomatisku, sayang. Mau nggak mau, aku pasti kebangun," keluh Akhza dengan ekspresi kekanakannya yang menggemaskan. "Tapi ini sudah jam tujuh pagi. Sudah waktunya aku bangun dan masak untuk kita." "Aku temani kamu ke pasar, ya? Lagian percuma dipaksa. Aku nggak bakalan bisa tidur lagi," ucap Akhza. "Baiklah kalau kamu maunya seperti itu. Aku mau cuci muka dan gosok gigi dulu trus ke pasar." Akhza tersenyum lembut sembari melepas kedua tangannya yang menggantung di leherku. Dia mengecup keningku sebelum akhirnya kami berdua masuk ke rumah dan melakukan rutinitas pagi bersama-sama. Aku beruntung mengenal dan memiliki suami seperti Akhza. Selain tampan dan rupawan dia juga penyabar dan pekerja keras. Aku dan Akhza sama-sama berasal dari keluarga pas-pasan. Apa yang aku dan Akhza miliki saat ini, rumah, kendaraan, tabungan dan aset lainnya kami perjuangkan dari nol. Akhza bekerja paruh waktu dan aku berjualan online sejak zaman masih kuliah. Kami berdua tidak malu meski status kami saat itu sebagai mahasiswa di sebuah kampus negeri ternama. Dan kini kami tinggal memetik hasilnya. Akhza bekerja sebagai manager cabang di sebuah perusahaan perbankan milik negara, sedangkan aku tetap bisnis online shop dengan nama toko daring Monic'sFashionable, memiliki penghasilan bersih per bulan yang tidak kalah dengan karyawan sekelas Akhza. Meski aku dan Akhza memiliki banyak persamaan dalam hal visi dan misi membangun usaha dan rumah tangga, tetapi ada beberapa hal yang cukup membedakan aku dengan Akhza. Salah satunya aku percaya pada ilmu klenik, perdukunan, paranormal, hal-hal berbau tahayul atau sejenis itu. Sedangkan Akhza sama sekali tidak percaya soal itu. Aku percaya bahwa menyimpan benda-benda pemberian dukun atau melakukan sesuatu hal yang disarankan oleh dukun bisa membuat usahaku sukses dan bertahan di tengah menjamurnya usaha online shop produk konveksi, dewasa ini. Akhza tahu soal itu, tetapi dia tidak terlalu ambil pusing selama itu tidak melibatkan diri di dalamnya. Sekitar pukul setengah delapan pagi Akhza sudah rapi dengan setelan kerjanya dan sudah sarapan juga tentunya. Aku mengantarnya hingga masuk mobil, menunggu di pagar rumah hingga mobil Akhza menghilang dari pandanganku. Setelah Akhza berangkat kerja seperti ini, aku selalu merasa kesepian. Di usia pernikahan kami yang ketiga tahun, Tuhan memang belum memberi karunia momongan padaku. Aku sudah mencoba berbagai usaha dan pengobatan, dari mulai pengobatan medis hingga alternatif sudah aku coba. Sayangnya belum berhasil hingga detik ini, karena Akhza sendiri tidak pernah mau diajak usaha pengobatan, terlebih lagi bila pengobatannya alternatif. Dia sama sekali tidak percaya soal itu. Saat jarum jam di dinding ruang tengah rumahku menunjukkan pukul sepuluh pagi ada yang mengetuk pagar rumah. Aku mengintip dari balik korden untuk mencari tahu siapa tamuku pagi ini. Merasa itu bukan orang  yang mengancam keselamatanku, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari pintu rumah. "Cari siapa, Mbak?" tanyaku, masih bertahan di ambang pintu rumahku. "Betul rumahnya Kak Monica, ownernya Monic's Fashionable?" "Oh...iya betul. Ada apa, ya, Mbak?" "Mau lihat-lihat barang baru." "Maaf saya tidak melayani offline. Kalau mbkanya mau silakan langsung lihat di katalog yang tersedia di website, market place, media sosial dan e commerce resmi Monic's Fashionable saja," jawabku. "Sebentar saja, Mbak. Aku kebetulan lewat, jadi sekalian aja mampir." Aku berpikir sejenak dan akhirnya logikaku mau menerima tamu asing tersebut. Aku menarik anak kunci yang menggantung di pintu rumah, mempercepat langkah menuju pagar dan membukakannya untuk orang asing tadi. "Silakan masuk, Mbak," ujarku, mempersilakan wanita yang kutebak berusia sedikit lebih tua di atasku. "Saya kira Mbak Monica punya offline store juga. Soalnya pembeli di olshopnya rame banget, dan barang-barangnya bagus dengan harga yang sangat terjangkau." "Iya, Mbak. Saya agak kurang percaya diri untuk membuka offline store. Lebih suka online shop." "Sayang sekali, loh, Mbak Monica. Orang-orang berlomba-lomba untuk mengembangkan usahanya dengan jalan membuka usaha baru. Yang biasa online buka usaha offline juga buat tambahan penghasilan." "Rejeki orang beda-beda, Mbak," jawabku. Padahal sebenarnya aku mempercayai perkataan guru spiritualku kalau rejekiku ada di usaha online shop yang sudah kurintis selama bertahun-tahun, kalau aku mengubah jenis usahaku takutnya nanti malah mengacak rejeki yang sudah Tuhan berikan padaku. Dan aku sangat mempercayai hal itu. Karena terbukti usahaku ini semakin lama semakin berjaya seiring berjalannya waktu, meski tanpa perlu repot-repot membuka offline store seperti yang disarankan oleh wanita asing di hadapanku ini. Dari aku yang hanya sanggup mempromosikan barang daganganku apa adanya, kini berkembang melalui promosi iklan yang dikelola secara profesional dan sanggup membayar jasa selebgram dalam mempromosikan barang daganganku. "Ngomong-ngomong Mbak cari baju model apa? Kalau stok yang ada di rumah terbatas. Yang banyak ada di gudang dan lokasinya cukup jauh dari sini," ucapku. "Lihat stok yang ada di sini aja dulu, deh, Mbak. Kalau nggak ada yang cocok nanti saya order lewat web aja," jawabnya. Aku mengangguk senang, masuk ke lebih dalam rumah untuk mengambil stok barang yang ada di rumah. Kebetulan kemarin baru saja barang-barang itu dibawa pulang oleh Akhza setelah ikut bazar yang diadakan kantornya selama seminggu. Saat kembali ke ruang tamu, tidak sengaja tanganku menyenggol gelas bekas minumku yang ada di atas bufet. Aku terkejut bukan main. Tiba-tiba saja firasatku tidak enak. Namun aku berusaha menenangkan diri dengan anggapan telah lalai meletakkan gelas tersebut. "Ini barangnya, Mbak," ucapku, menyodorkan beberapa model atasan dan bawahan yang modelnya sedang populer tahun ini. "Oh...iya, Mbak," jawabnya, menerima barang-barang dari tanganku. "Saya tinggal ke dalam lagi, ya, Mbak. Mau membereskan bekas pecahan gelas yang nggak sengaja kena senggol barusan, pas mau kembali ke ruang tamu," sesalku. Wanita asing itu mengernyitkan keningnya. "Pecahan gelas? Memang ada gelas jatuh ya? Kok aku nggak dengar suara apa-apa pecah," ujarnya, agak sedikit bingung. "Mungkin mbaknya nggak dengar karena gelasnya kecil. Tunggu sebentar, ya, Mbak," ujarku tak enak, lantas kembali ke ruang tengah untuk membereskan bekas pecahan gelas. Aku cukup terkejut saat melihat lantai dalam keadaan bersih, padahal aku ingat betul kalau belum sempat membersihkan karena terburu-buru kembali ke ruang tamu. Yang tersisa hanya genangan kecil berasal dari gelas yang aku pecahkan tadi, karena memang gelas tersebut menyisakan sedikit air di dalamnya. Membuang pikiran yang aneh-aneh aku segera mengambil kain lap lantas membersihkan genangan air tersebut. Selesai itu aku segera kembali ke ruang tamu. Benar-benar tidak etis membiarkan orang yang mau memberi rejeki pada kita menunggu seorang diri seperti sekarang ini. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN