Aku terdiam. Bingung mau berkata apa. Setelah sekian lama berpisah dan kini bertemu lagi, tiba-tiba Mas Ridwan mengajak untuk merajut kembali benang kasih yang terputus. Aku seketika merasa seperti sebuah barang yang sudah dibuang, lalu dipungut lagi. Apa serendah itukah diri ini? Dulu saat dia dijodohkan dengan orang tuanya, tak ada penolakan. Malah memutuskan hubungan denganku hingga aku sangat patah hati. Kini setelah dia ditinggalkan oleh anak dan istrinya dan merasa kesepian, minta aku untuk mengisi ruang kosong itu. Adilkah ini untukku? Memang aku juga kehilangan suami dan anak. Tapi, aku belum memikirkan untuk mencari pendamping hidup. Aku perlu menata hatiku terlebih dahulu. “Siska,” panggil Mas Ridwan lembut, yang seketika membuyarkan lamunanku. “Eh, iya. Maaf kalau aku sempat m

