bc

BLIND

book_age16+
403
IKUTI
1.9K
BACA
revenge
second chance
drama
bully
highschool
friendship
school
like
intro-logo
Uraian

Siapa juga yang mau jadi orang buta? Jika boleh memilih, tentu saja Changkyun akan lebih memilih menjadi manusia sempurna. Punya banyak teman dan tidak merepotkan sahabatnya maupun orang lain.

Dia juga ingin diakui sebagai anggota keluarga meski tak ada hubungan darah. Meski harus melewati banyak rasa sakit dan perjuangan, bocah itu tak akan menyerah. Dia akan menunjukkan bahwa orang buta sepertinya tidak bodoh dan lemah.

Changkyun yang berhati baik, mengira bahwa semua manusia itu baik. Seseorang datang membawa sebilah belati, namun bocah itu justru tersenyum manis sepenuh hati.

chap-preview
Pratinjau gratis
BLIND-ONE
Apa warna dari dunia? Jika kalian menanyakan pada Im Chang Kyun, maka jawaban yang akan diberikan oleh pemuda itu adalah ... Hitam! Apakah kalian percaya dengan Tuhan? Jika kalian menanyakannya pada Im Chang Kyun, maka jawaban yang akan diberikan oleh pemuda itu adalah ... Tuhan selalu mengabaikan aku! •°• BLIND •°• "Tuhan membutakan mata ini karena aku tidak diizinkan untuk melihat dunia yang kotor ini." •°• BLIND •°• “Eomma! Hari ini aku ingin berangkat bersama Hyun Woo Hyung, boleh ‘kan?” rengek remaja berseragam SMA tersebut pada sang ibu saat sarapan. Lee Joo Heon, nama pemuda bermata sipit itu. “Kenapa kau ingin berangkat bersama kakakmu? Kenapa tidak naik bus seperti biasa saja? Lagi pula kakakmu mungkin harus buru-buru ke universitas,” tanya nyonya Lee heran. “Aku malas jika harus menunggu bus datang. Jika bersama Hyung naik mobilnya pasti menyenangkan,” rengek pemuda itu lagi. Bocah itu memang sangat manja. Nyonya Lee hanya geleng kepala dengan alasan putranya ini. “Baiklah, tapi tanyakan pada kakakmu saja.” Joo Heon mengalihkan pandangannya pada sang kakak yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah pemuda itu yang menurutnya cukup menggemaskan. “Bagaimana, Hyung? Kau tidak keberatan ‘kan, jika aku berangkat ke sekolah bersamamu? Ayolah ….” rengek Joo Heon dengan wajah yang dibuat semelas mungkin. Lee Hyun Woo, sang kakak hanya bisa tersenyum mengiyakan jika sang adik sudah bertingkah seperti itu. “Yess!” Joo Heon bersorak senang merayakan kemenangan. Di sisi lain masih ada satu orang lagi yang hanya bisa tersenyum mendengar percakapan mereka tanpa berani bergabung dalam keakraban keluarga tersebut. Pemuda itu hanya sesekali tersenyum mendengar ucapan lucu para kakaknya. Dan berandai-andai jika saja dirinya dimanja seperti itu. Pasti menyenangkan. Namun bahkan dalam mimpi pun, Tuhan tak memberinya kesempatan untuk merasakan hangatnya sebuah keluarga. “Bolehkah aku ikut berangkat sekolah bersamamu, Hyung?” tanya remaja itu memberanikan diri. Joo Heon memandang pemuda itu dengan tatapan tidak senangnya. Meskipun yang ditatap tidak dapat melihatnya. “Tidak boleh! Kau naik bus saja!” sergah Joo Heon dengan tegas, menunjukkan secara terang-terangan rasa tak suka terhadap pemuda itu. “T-tapi, siapa yang akan menunjukkan jalan untukku? Aku tidak bisa sampai ke halte sendirian. ini hari pertamaku masuk sekolah,” pemuda itu berucap dengan nada memohon. “Terserah!” sahut Joo Heon acuh. Masa bodoh dengan apa yang terjadi pada pemuda itu. “T-tapi Hyung ….” “Chang Kyun, sudah! Jangan merepotkan kakakmu seperti itu!” Nyonya Lee memotong ucapan Chang Kyun dengan nada yang sedikit ditinggikan. Pemuda bernama lengkap Im Chang Kyun itu sedikit tersentak mendengar ucapan keras dari sang ibu. Jika ibunya sudah membela Joo Heon, itu berarti sudah tidak bisa dibantah lagi. Ia memilih diam dan menurut. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. “Baik, Eomma. Aku minta maaf,” ucap Chang Kyun lirih. “Lagi pula siapa juga yang mau pergi ke sekolah dengan orang buta sepertimu? Sangat memalukan jika sampai ada teman-temanku yang melihat hal ini,” gerutu Joo Heon sarkas. Itu cukup untuk membuat hati Chang Kyun terasa perih meski tanpa adanya luka luar. Seharusnya Chang Kyun tidak mengajukan permintaan bodoh tersebut. Oh … dirinya memang benar-benar bodoh, itulah yang selalu di katakan Chang Kyun dalam hatinya. Mengutuk dirinya sendiri adalah jalan terbaik yang mampu ia temukan. Kini ia telah membuat ibunya marah dan membuat suasana hati kakaknya memburuk. Lengkaplah sudah menu penutupan sarapan pagi itu. Joo Heon beranjak dari duduknya begitu juga Hyun Woo yang bersiap untuk memanaskan mesin mobilnya. Tidak lama berselang, Nyonya Lee juga berdiri. “Ayolah! Kenapa makanmu lama sekali? Cepat selesaikan dan bersihkan meja! Kita ini sarapan, bukan lomba siapa yang paling lama makan!” bentak Nyonya Lee tidak sabar dengan cara makan Chang Kyun yang lelet. “Ah, iya Eomma. Maaf, aku akan segera selesai,” jawab Chang Kyun takut-takut. “Dasar tidak berguna. Lagi-lagi aku begitu menyesal sudah mengurusmu,” lanjut Nyonya Lee yang kemudian berlalu, membiarkan Chang Kyun membersihkan meja makan sendiri. Sebenarnya Chang Kyun belum menghabiskan makannya. Namun Chang Kyun segera berdiri dan membersihkan meja makan dengan hati perih mendengar hinaan dari ibunya. Dimarahi, dihina, dan dicaci sudah menjadi makanannya sehari-hari. Bukan luka fisik tapi luka hati. Dan itu selalu terasa menyakitkan setiap kali ia merasakannya. Haruskah ia merasa terbiasa dengan semua itu agar bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari siksaan batin? Namun sayangnya tidak ada orang yang baik-baik saja meski mereka sudah terbiasa tersakiti. Kebanyakan mereka yang sudah terbiasa tersakiti justru akan berubah menjadi monster. Itulah yang pernah Chang Kyun dengar, dan pemuda itu tak ingin hal seperti itu terjadi padanya. #BLIND# Pagi itu Chang Kyun bisa sampai ke halte berkat seorang wanita yang berbaik hati mengantarkannya hingga ke halte tersebut dengan selamat. Dia merasa sangat beruntung, masih ada manusia baik hati yang mau menolongnya. Mulai sekarang Chang Kyun sudah bisa menghafal jalan sampai ke halte karena wanita tersebut dengan sabar memberinya arahan. Chang Kyun tak perlu khawatir lagi nanti jika Joo Heon tak ingin menemaninya berangkat sekolah. Pemuda itu tersenyum miris dengan apa yang dipikirkannya. Pagi-pagi dia sudah merusak suasana hatinya sendiri. Tak berselang lama bus yang ditunggu pun tiba dan membuyarkan lamunan Chang Kyun yang jika difikir hanya akan menyakiti hatinya sendiri. Baru saja Chang Kyun menapakkan kakinya ke dalam bus, terdengar bisik-bisik dari beberapa penumpang. “Hei! Lihatlah, dia buta,” bisik salah seorang penumpang pada penumpang lainnya. “Kau benar, kasihan ya? Apa dia sendirian? Seharusnya orang buta tidak bepergian sendiri. Itu akan menyusahkan diri sendiri,” balas kawannya tak kalah heran. “Yang benar saja ... lihat lah, dia seorang pelajar. Bukankah seharusnya ada orang tua yang mengantar? Itu lebih baik daripada meraba-raba di tempat umum. Sungguh malang sekali.” “Hei, hei. Kalau dilihat dari seragamnya, dia anak SMA Monggi.” “Ohh … pantas saja, dia terlihat seperti orang kaya.” “Mana mungkin orang kaya dan buta akan naik bus? Kau gila,” tukas gadis berponi yang mentertawakan kebodohan kawannya. Perbincangan mereka terus berlanjut, mereka tidak sadar jika semua ucapannya terekam jelas dalam ingatan si objek yang dibicarakan. Chang Kyun hanya tersenyum tipis mendengar ucapan dari kedua penumpang tersebut. Ya, meskipun mereka hanya berbisik pelan tapi Chang Kyun dapat mendengarnya dengan jelas atau bisa dibilang hanya dia yang bisa mendengar percakapan dua orang tersebut. Mungkin inilah kemampuan yang menjadi kelebihan di dalam kekurangan pada dirinya. Bisik-bisik terus berlanjut sampai Chang Kyun tiba di halte depan sekolahnya. Chang Kyun melangkahkan kakinya keluar dari dalam bus, dan tentu saja ada tongkat yang selalu setia berada di tangannya. “Maaf Noona. Aku memang buta, tapi aku tidak tuli apalagi bodoh. Aku sudah terbiasa bepergian sendiri dan sangat sedikit kemungkinan tersesat karena aku sudah hafal setiap jalan yang aku tuju,” ucap Chang Kyun dengan senyum manis pada kedua gadis tersebut tepat sebelum turun dari bus. Hal itu tentu saja membuat keduanya membulatkan mata. “Ya Tuhan! Ternyata dia mendengar semuanya,” ujar gadis tersebut terkejut dan menatap ke arah Chang Kyun yang sudah turun dari bus. “Bodohnya! Kita sudah berkata buruk tentangnya,” timpal gadis di sebelahnya. "Haruskah kita meminta maaf? Tapi bagaimana?" "Bagaimana apanya? Dia buta, dia tidak akan mengenali kita. Jadi biarkan saja." Chang Kyun masih bisa mendengar mereka mengutuk mulutnya sendiri. Sungguh lucu, pikirnya. #BLIND#

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.8K
bc

TERNODA

read
198.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook