“Maukah kamu menikah dengan aku Maura Aprilia Januar,” ucap laki-laki yang sedang memegang tangan wanita, yang lebih pendek darinya 20 senti itu. Sementara perempuan yang diajak bicara olehnya hanya tersenyum, seperti tersipu. Layaknya kebanyakan perempuan yang sedang dilamar oleh kekasihnya.
“Bercanda yang paling lucu, di akhir tahun yang menyenangkan ini Dra,” balas perempuan yang biasa disebut Maura itu.
“Aku serius Maura, kan kamu tahu kamu adalah,” belum selesai bicara, Maura sudah memotong ucapan lawan bicaranya itu, karena dia sudah sangat hafal dengan kalimat tersebut. setiap memohon sesuatu, pasti itu kalimat andalannya.
“Tapi gak di jembatan penyebrangan juga, Andra Rizaldi, kamu melukai ego aku sebagai perempuan,” dengan nada sebal, Maura menonjok bahu Andra. Kemudian dia berjalan, sesekali memegang erat tasnya. Dia gugup? Bukan hanya sedikit merasa tidak nyaman saja.
“Jadi, kalau di tempat romantis kamu mau?” teriak Andra yang setengah berlari, menyamakan dirinya dengan Maura. Dia menatap perempuan itu, semoga ada keberuntungan di dalamnya.
“Tergantung, seberapa serius kamu perlihatkan usaha kamu.” Maura pergi meninggalkan Andra yang masih tersenyum simpul.
Udara malam perkotaan, mendadak menjadi sangat dingin dan terlihat romantis dengan gemerlap lampu warna warni. Belum lagi, kembang api yang terlihat sangat menakjubkan, menutup tahun ini dengan sangat indah, selamat tinggal waktu yang terbuang sia-sia, dan selamat datang untuk waktu yang akan mengubah segala keadaan.
Setiap manusia, boleh menyesal ketika membuang waktunya sia-sia, tapi manusia yang baik adalah manusia yang tidak akan mengulang kembali kesalahannya di masa lalu, atau pun membuat kesalahan baru di masa yang akan datang.
Kejadian itu sudah berlalu hampir seminggu yang lalu, sekarang sudah ada di tahun yang baru. Tidak pernah Maura berpikir, jika ucapannya saat itu, ternyata ditanggapi serius oleh Andra. Lelaki itu, benar-benar melamarnya dengan romantis.
Sekarang, mereka sedang ada di Bali, senja sudah mulai tenggelam, angin mulai terasa kencang, menyebabkan beberapa helai rambutnya terbawa angin. Namun, Maura masih menatap wajah Andra dengan lekat, mencari ketidakseriusan laki-laki berumur 27 tahun itu, namun sialnya, dia tidak menemukan apa yang dicari. Andra benar-benar serius dengan ucapannya.
“Dra, kamu tidak sedang bercanda bukan?” tanya Maura untuk yang ketiga kalinya, dia benar-benar tidak ingin diprank.
“Maura, setelah banyak hal yang aku dan kamu lalui, aku sudah sangat yakin, sekalipun kamu pasti keberatan dengan ini. Tapi aku benar-benar menaruh harapanku. Aku tahu aku tidak pantas buat kamu, aku tidak sesempurna orang lain. Kamu bisa pegang janjiku, aku benar-benar ingin kita menjadi sepasang baju sampai memudar bersama." Andra memegang tangan Maura, sesekali dia meremasnya, dia butuh perempuan itu percaya.
“To the point Dra! Kamu mau apa sebenarnya? Kita bersama hampir setengah dari hidup kita. Aku tahu ini bukan kamu banget.” Andra mengalihkan pandangannya ke arah pantai, beberapa kali menghembuskan nafas, seakan meniup ombak yang sedang pasang surut. Dia bukan hanya sedang gugup, namun Maura, sangat keras kepala. Dia akan terus berusaha. Membuatnya menyerah dengan sendirinya.
“Aku gak perlu cerita tentang kisah hidup aku lagi kan Ra, kamu adalah saksi dari perjalanan ini.”
“Please intinya DRA,” Maura menekan nama pria itu, sungguh dia sangat tidak sabar. Bukan dia tidak sabar ingin dilamar, namun dia yakin ada yang lelaki itu mau.
“Aku mau kita menikah dan punya anak, walaupun tidak akan sesempurna keluarga pada umumnya, tapi aku janji, aku akan berusaha untuk membahagiakan kamu, sampai jiwa ini sudah pergi dari ragaku” Maura terdiam, ini terlalu sukar untuk dia percaya, bagaimana pun lamaran ini harusnya bukan untuk dia, tapi untuk perempuan yang memang memimpikan bisa menikah dan berkeluarga, tapi orang itu bukan Maura.
Sejenak, memori masa lalu berputar. Bagaimana laki-laki itu menemani, menjaga dan selalu di baris paling depan ketika Maura menjadi lemah. Dia lelaki terhebat yang pernah Maura kenal, bahkan baru kali ini dia melihat Andra menangis. Memohon agar dirinya bisa melihat keseriusan lelaki tersebut, Tidak selalu, laki-laki menangis karena dia lemah, terkadang ada hal yang bisa kita ucapakan lewat kata orang mengerti, namun ada beberapa hal, yang hanya bisa dirasakan sendiri tanpa bisa diucapkan, tapi pesannya sampai pada orang lain, yaitu menangis.
“Iya, ok, aku mau,” jawaban dari Maura membuat Andra menatapnya penuh harap, “Tapi tidak gratis, kamu harus janji untuk tetap berusaha sembuh.” Andra tidak menjawab, dia langsung memeluk Maura sambil mengucapkan terima kasih. Maura tidak bisa lagi berpura-pura tegar, dia akhirnya mengeluarkan air mata yang sudah mengumpul di pelupuk matanya sedari tadi.
Hembusan angin semakin kencang, ombak meliuk-liuk seperti sedang bahagia, senja sudah tenggelam, matahari sudah berganti menjadi bulan dan bintang seperti ikut menikmati pertunjukan yang sedang Maura dan Andra sajikan.
Sangat romantis dan tidak akan pernah terlupakan oleh Maura, walaupun dirinya tidak pernah berpikir untuk mendapatkan lamaran yang sangat menganggumkan ini. Maura berterima kasih pada Tuhan, karena sudah memberika segala rasa yang tidak pernah bisa dia artikan itu.
Cincin berlian, yang sudah jangan ditanyakan berapa harganya itu, sudah dipasangkan di jari Maura, terlihat sangat pas dan elegan, sayang sekali, Maura tidak merasakan seberharga cincin tersebut. Dia mengerti itu hanya simbol saja. Seandainya, tanpa cincin itu pun Maura akan tetap menikah dengan Andra Rizaldi anak dari seorang pengusaha property terkaya di Asia.
Alasan Andra memilih Maura menjadi pendamping hidupnya, karena Maura sendiri adalah orang yang tidak percaya cinta, karena bagi Maura jika cinta itu ada pasti orang tuanya tidak akan berpisah. Dan berbagai kehidupan pelik yang wanita itu jalani, Andra yakin bahwa Maura lah orang yang paling tepat dia adalah wanita kuat, yang akan membesarkan anaknya nanti, walaupun tanpa dirinya
15 tahun sudah bersama, mereka sudah seperti sahabat, sodara, adik dan kakak, supir dan kenek, majikan dan pembantu dan lain sebagainya. Sulit diartikan mereka adalah lawan jenis tapi tidak tertarik satu sama lain, padahal katanya jika perempuan dan laki-laki bersahabat pasti salah satunya ada yang jatuh cinta. Tapi sepertinya stetmen itu patah oleh mereka berdua.
Yang ada mereka saling mendukung supaya salah satu dari mereka punya pasangan, khususnya Andra, karena Maura hanya pernah satu kali jatuh cinta, itu pun sudah tidak lagi. Karena yang sudah dia kubur tidak akan dia gali lagi. Baginya sekarang yang paling penting adalah dia kerja, kerja dan jalan-jalan. No man no sad. itulah yang selalu dia terapkan dipikirannya. Walaupun sekarang dia harus ikut dalam kisah perjalanan hidup sahabatnya, dia masih tetap yakin, dirinya adalah Maura yang tidak akan pernah jatuh cinta, dia hanya menyanyangi Andra. Tidak lebih, tidak boleh lebih.