"KAMU !!" Lexa memekik keras.
Segera Lexa meraih dress abu-abunya. Memakainya dengan secepat kilat. Kemudian membalikkan badan. Hanya untuk meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa yang ada di depannya adalah manusia. Nyata. Dan bukan hantu.
Kenapa demikian ? Karena Lexa yakin seyakin mungkin bahwa saat dia memasuki kamarnya, pintunya masih terkunci rapat. Lalu bagaimana bisa makhluk tampan ini ada disana ? Duduk dengan santainya, melihat setiap gerak-gerik Lexa. Bahkan melihat Lexa yang hanya memakai bra dan cd.
"Hai." Sapa cowok yang masih dengan santai duduk di sofa. Sebelah tangannya terangkat. Melambai sejenak.
Lexa menelan salivanya kasar. Masih mencoba mengatur irama jantungnya yang masih syok dengan kedatangan manusia tampan nan menggoda ini. EH..hapus kata menggodanya. Tapi gak. Cowok itu memang menggoda.
"Kamu..Sejak kapan duduk disitu ?" Tanya Lexa. Masih diam di tempatnya. Di depan lemari pakaiannya. Cowok itu tersenyum sejenak.
"Lumayan lama. Dan aku melihat semuanya." Senyum menyeringai terlihat di wajah tampannya. "Aku melihat betapa menggodanya tubuh kamu." Lanjutnya, berjalan mendekati Lexa yang masih mematung dengan mulut terbuka sedikit. Pipinya merona malu.
Ya ampun. Dia ngeliat gue cuma pake underwear doang. DYLAN LIAT GUE NYARIS TELANJANG. Jerit Lexa dalam hati. Tidak terima.
"Kamu..Kok kamu bisa masuk ?" Lexa mulai gugup. Terlebih Dylan sekarang sudah berdiri tepat di hadapannya. "Kan pintunya aku kunci."
"Your friend let me in." Suara parau Dylan terdengar begitu seksi di telinga Lexa. Membangunkan kembali sesuatu dalam diri Lexa yang tidak boleh bangun. Ditambah semerbak parfum maskulin dan aroma mint Dylan. "Kamu gak ada niatan ambilin aku minum ?" Bisik Dylan di telinga Lexa.
"Hah ?" Lexa masih belum bisa mengendalikan detak jantungnya. Untuk pertama setelah 2 tahun lebih. Lexa membiarkan dirinya sedekat ini dengan cowok yang baru dikenalnya.
"Kayaknya aku jadi dehidrasi karena liat kamu nyaris -bugil- tadi." Ucap Dylan menjauhkan badannya dari Lexa.
Berjalan melihat keseluruhan kamar Lexa. Bukan untuk menilai atau mengagumi -betapa rapi dan nyamannya- kamar Lexa. Tapi untuk menjaga agar Dylan gak -kebablasan- lagi. Teringat omelan Angel semalam.
"Kalau bisa minuman dingin, ya. Karena hawanya jadi panas." Seru Dylan membuat Lexa segera mengangguk dan melangkah cepat menuju pintu. Meninggalkan Dylan dengan perasaan -yang entah bagaimana- harus dijelaskan.
****
2jam sebelumnya...
Dylan menghentikan mobilnya. Melepas kacamata hitamnya dan melihat kembali secarik kertas yang tadi diberikan Leo. Asrama Veloz Jl. Arjuna 35. Ya ini tempatnya. Dylan segera melepas seatbeltnya. Menuruni toyota yaris abu-abunya.
"Oke Dylan. Demi ketentraman hidup lo hari ini. Biar lo gak terus kena damprat Angel. Juga biar mama lo gak terus-terusan ngomel." Gumamnya sepelan mungkin.
Dylan memandang bangunan 3 lantai di hadapannya. Melangkah dengan sedikit enggan memasuki gerbang asrama itu.
Dylan segera memencet bell begitu sampai di depan pintu asrama. Tak lama kemudian muncul gadis cantik berambut pixie. Tersenyum ramah padanya.
"Cari siapa ?" Suaranya beda jauh dengan kecantikan cewek itu. Sedikit gentle menurut Dylan.
AH, FIX, ini cewek tomboy. Gak masuk kriteria mantu idaman mama.
"Lexa ?" Jawab Dylan singkat. Cewek itu mengangguk.
"Lexa lagi nganter Melissa. But, lo bisa masuk dan nungguin di kamarnya. Gak keberatan kan ? Soalnya ruang tamu penuh." Cewek itu menggeser badannya. Mempersilahkan Dylan masuk.
"Gak apa emangnya ?" Tanya Dylan ragu.
"Gak apa..tadi Lexa juga pesen kalo ada tamu yang nyariin, suruh nunggu di kamarnya aja."
"Oh.." Dylan hanya mengangguk. Jelas bukan Dylan dong tamu yang dimaksud Lexa.
"Naik aja, kamar Lexa ada di lantai 2. Pintu warna maroon, ada tulisan Lex and Mel." Cewek itu menunjuk tangga. Menurut, Dylan melangkah menaiki tangga.
****
Lexa berjalan tergesa menuju kulkas di dapur yang ada di lantai 1. Masih dengan perasaan yang campur aduk, Lexa membuka pintu kulkas. Mengambil 1 kaleng soda dan air mineral.
"Hai, Lex, udah pulang ?" Sapa seorang cewek berambut pixie. Chelsea.
"Udah, baru aja." Kata Lexa. "Lo abis darimana ? Kok tadi gue balik, gak nemuin lo diantara pasukan Chelsea lo ?"
"Abis beliin anak-anak makanan. Nih." Chelsea menunjukkan 2 kresek yang udah pasti berisikan makanan. "Lo mau juga ? Gue beli lebih kok."
"Sisain satu buat gue ya ? Taro kulkas aja, nanti gue makan. Salad kayak biasanya kan ?"
"Yupp..eh tadi yang nyariin lo gue suruh masuk kamar lo, soalnya, yah lo tau kan pasukan Chelsea lagi nobar." Chelsea mengeluarkan cengirannya.
"ah..iya..gak apa-apa, thanks ya."
"Okey. Gue lanjut ya." Dan Chelsea berlalu. Satu yang Lexa suka dari Chelsea. Tidak terlalu ikut campur urusan orang. Gak kepo. Gak pelit. Gak gampang ngadu. Eh itu sih empat ya.
****
Lexa kembali memasuki kamarnya. Menyodorkan minuman yang tadi dia bawa kepada Dylan yang masih berdiri di tengah ruangan.
"Jadi ada apa ?" Tanya Lexa setelah Dylan mengambil kaleng soda yang diberikan Lexa.
"Aku minta tolong lagi sama kamu." Kini Dylan menoleh pada Lexa. "Mama pingen ketemu kamu. Dia lagi bikin acara arisan di kantor. Dia pingen ngenalin kamu sama temen-temennya." Barulah Dylan meneguk soda itu.
"Sekarang ?"
"Yup, arisannya nanti masih nanti jam 9, tapi kita berangkat sekarang aja. Mau ya ?"
"Oke." Tanpa banyak alasan dan pertimbangan, Lexa mengiyakan saja. Toh kemaren dia sudah bersedia untuk membantu Dylan. Dan bertemu dengan mama Grass lagi. Tiba-tiba membuat perasaan Lexa menjadi hangat. "Yaudah aku ganti baju dulu. Kamu keluar ya." Suruh Lexa.
"Kenapa harus keluar, toh tadi aku udah ngeliat kamu ganti baju." Protes Dylan.
"DYLAN. !!!" Lexa memekik. Membuat tawa Dylan pecah.
"Okey, aku tunggu di depan ya." Tak lupa Dylan mendaratkan kecupan singkat di pipi kanan Lexa. Entah Dylan sadar atau tidak. Sengaja atau tidak sengaja. Namun sukses membuat Lexa mematung. Belum lagi suara bariton Dylan yang berbisik. "You look so perfect in grey."
Mengingatkan Lexa akan sesuatu. Sesuatu yang berharga di masa lalu.
****
Abis ini flashback lagi gak apa yaa??
Siapin mental fisik buat next part.. Karena mungkin akaaaannn....