11. Dehidrasi #1

1297 Kata
Melissa membuka pintu kamar asramanya dengan kasar. Berjalan tergesa menuju ranjangnya dan seketika menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Menarik napas panjang. "Akhirnya gue pulang juga Lexa." Seru Melissa terlihat bahagia. Tak ada sahutan. "Sumpah hari ini dosennya pada ngajak makan sate. Ngeselin semuaaa."  Masih hening. Padahal saat masuk kamar ini, Melissa melihat dengan jelas Lexa sedang duduk melakukan -entah apa- di atas kasur Lexa. Melissa dengan berat hati menyudahi acara rebahannya. Duduk bersila melihat Lexa. Ide usil terlintas begitu saja di kepalanya. Melissa melempar boneka teddy kecil ke arah Lexa. "MEEEELLL." Pekik Lexa kaget karena si teddy mendarat mesra di kepala Lexa. "Kapok lo. Lagian ngapain bengong sih ?" Melissa tertawa pelan. "Siapa yang bengong. Lo gak liat gue lagi bungkus kado buat mama lo ?" Omel Lexa. Memang benar Lexa sedang membungkus seuatu dengan kertas kado. Melissa tidak buta dan melihat dengan jelas betapa gak fokusnya Lexa dalam membungkus kado. "Terus kadonya gak boleh dibuka sama mama ?" "Ya bolehlah, masak kado gak boleh dibuka." "Kalo boleh, kenapa itu kado lo lakban semua-muanya ?" Melissa menunjuk ke arah lakban di tangan Lexa yang terus melingkar di seluruh permukaan kado. "I..Ini biar gak basah kehujanan, Mel." Alasan yang lumayan masuk akal dari Lexa. "Lexa, gue mudiknya pake kereta, gak pake ojek. Jadi gak bakal kehujanan. Juga nanti kado itu gue masukin tas gue yang anti air." "Iya, gue tau. Gue emang kurang fokus." "Kayaknya lo butuh minum. Dehidrasi ya lo ?" Melissa bangkit. Berjalan menuju meja dan mengambil 1 botol air mineral untuk Lexa. "Nih." "Thaaanks.." Lexa menerima dengan senang hari air mineral itu. "Jam berapa besok keretanya berangkat ?" Lexa meneguk air mineral hingga separuh. "Jam 6, lo anter gue ke stasiun ya ?" "Ogah, kenapa lo gak bawa mobil aja sendiri." "Terus mobil gue bakalan jamuran di stasiun karena kelamaan gue tinggal mudik ?" "Kalo lo minta anter gue, lo tau kan pastinya naik motor." Lexa kembali meneguk air mineral tadi. "Tau, maka dari itu Nona Lexa, gue cuma bawa barang dikit. Beliin kado mama juga yang mini. Biar simpel." Lexa manggut-manggut. Kemudian menyerahkan 2 kotak kado kecil pada Melissa. "Nih kado buat mama. Nitip yaa..yang warna ungu tua dari gue, yang warna maroon dari..." Lexa menjeda kalimatnya. "Dari Lucas." Lanjutnya dengan mimik murung. "Hey, lo gak har--" "Ini memang kado dari Lucas untuk mama, Mel." Potong Lexa. "Please.." "Okey." Melissa menerimanya. Kemudian memasukkan kado itu kedalam tasnya. Setelah itu keduanya diam. Hanya saling menatap. Sementara pikiran mereka berkelana entah kemana. Menyisakan helaan napas sebagai backsound malam ini. "Boleh gak sih, kalo gue kangen sama Lucas Mel ?" Suara lirih dari Lexa menghentikan mode hening di kamarnya. Membuat Melissa menatap lekat gadis di depannya ini. Gadis yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri. "Boleh gak kalo gue jawab gak boleh ? Karena itu akan membuat lo nangis terisak. Sementara lo udah janji buat gak nangis terisak lagi untuk Lucas." "Kalo nangis buat papa ? buat mama ? Boleh gak Mel ?" Kali ini Melissa duduk di samping Lexa. Merengkuh Lexa. "Kan tadi gue udah bilang, you can lean on me. Daripada lo nangis. Mending lo berdoa. Buat ketenangan mama lo di surga, buat kesembuhan papa lo. Juga buat Lucas yang -kata lo- udah tega ninggalin lo." "Kalo gue cerita soal kejadian tadi siang, lo mau dengerin gak ?" Lexa melepas rengkuhan Melissa dan berganti menatap Melissa. Melissa mengangguk. "Cerita aja." Dan tumpahlah cerita tadi siang di Grass Property. Tentang Dylan. Tentang Mama Dylan. Tentang semuanya. Melissa masih setia mendengarkan Lexa. Dan seperti itu yang selalu terjadi. Melissa hanya mampu menjadi pendengar. Dia mengakui bahwa dia tidak pandai dalam memberi nasehat. **** Dylan membuka pintu apartemen Leo dengan kasar. Telinganya sudah bosan mendengarkan segala macam omelan dari Leo dan Angel yang sekarang masih berlangsung. "Lo dengerin kita gak sih, Dylan ?" Teriak Angel marah. Dylan hanya menoleh sebentar. "Menurut kalian gue lagi bete gini karena apa ? Ya karena omelan berlebihan dari kalian." Dylan kini menghempaskan tubuhnya di sofa. Tangannya sibuk mencari keberadaan ponselnya. "Kapan sih terakhir kali lo -enaena- ?" Tanya Leo mengambil duduk di sebelah Dylan. "LEO !!!" Pekik Angel. Memelototi Leo. "Maaf Angel, gue cuma gak ngerti aja ni anak kenapa main nyosor sama Lexa." "Kampret, itu gegara telpon Lo. Juga karena udah bosen gue milih-milih foto anak temen mama. Cantik sih, tapi pasti pada matre." Jelas Dylan. Kini fokus mengamati layar ponselnya. "Trus akhirnya lo jadi nyeret-nyeret Lexa, Dylan. Ya Tuhan. Hidup Lexa udah rumit, kini malah lo tambahin rumit." Angel melengos. Melangkah menuju dapur. "Sorry Angel, gue bener bingung tadi." Sesal Dylan. "Yaudah lah, udah terjadi juga. Jangan sampe lo makin ngerepotin kita aja." Leo menepuk bahu Dylan. "Jangan lupa minta maaf -yang beneran- minta maaf sama Lexa." **** Seperti yang sudah dijanjikan Lexa semalam, untuk mengantar Melissa ke stasuin. Kini Lexa dan Melissa sudah berada di stasiun. Karena hobi Lexa yang suka berlama-lama saat mandi, membuat Melissa nyaris tertinggal kereta. Setelah memeluk Lexa sejenak dan memberi beberapa -petuah- pada Lexa selama Melissa mudik, Melissa berjalan tergesa menuju kereta. Lexa kembali berjalan menuju motornya sambil masih mengenakan helm. Tangan kanannya mengambil ponsel di sakunya yang bergetar. ~MelBee Lexa jaga diri baik-baik. Oh gue lupa. Setelah gue renungkan pas tadi lo mandi, lo boleh kok Lex, kalau mau buka hati lo sama orang lain. It's hard I know, tapi gak ada salahnya dicoba. Asal gue mohon jangan kembali menjadi Lexa yang -you know- See you in two weeks. xxx Lexa mengerutkan dahinya. Tumbenan ni anak kasih saran. Karena seperti yang dibilang Melissa bahwa Melissa bukan ahlinya dalam memberi saran. Renata-lah yang jago dalam memberi saran, nasehat, petuah atau bahkan strategi perang.  Bicara soal Renata. Lexa jadi kangen sama cewek -pengkhianat- berambut pendek itu. Melupakan -kesalahan- yang dibuat Renata saat itu, Renata adalah satu-satunya teman yang mengeluarkan Lexa dari penderitaan tak kasat mata. **** Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 kilometer. Lexa memarkirkan motornya di garasi asramanya. Dengan masih mengenakan helmnya, Lexa berjalan memasuki asramanya. Niatnya ingin segera duduk bersila sembari menonton pertandingan basket di Tv, namun urung ia lakukan manakala ruang tamu asramanya penuh.  Mungkin teman Chelsea, si cewek cantik tapi tomboy. Ya itu sudah pasti teman Chelsea. Dilihat dari penampilan mereka yang memakai jersey klub sepakbola Chelsea. Mereka sedang menonton pertandingan langsung Chelsea. Ya gitulah pokoknya. Lexa melempar senyum sejenak sebelum menutup pintu asrama. "Hai Lexa." Sapa salah satu teman Chelsea. Lexa hanya melambaikan tangannya. "Sorry ya kalo kita nobar di asrama ini, soalnya abis ini sekalian ngampus." Lanjutnya. Yah terserah kalian lah. Gue mah gak peduli. Batin Lexa. Kemudian bergegas menaiki tangga. Menuju kamarnya yang ada di lantai 2 asrama ini. Lexa segera melepaskan helmnya begitu memasuki kamarnya. Menaruh pelindung kepala itu pada meja belajarnya. Kemudian Lexa mengambil duduk di tepi ranjangnya. Kembali mengeluarkan benda tipis itu dari saku jaketnya. Ada 1 pesan. Kak Irina. ~IrinAsh Lexa, papa kamu akan dioperasi nanti malam. Total biaya operasinya 200juta. Sudah kak Irina bayar tadi agar persiapan operasinya segera dilakukan. Kamu bisa membayar biaya itu kapan-kapan Lexa. Plis, jangan marah. Lexa sudah menduga. Kakak sepupunya itu pasti akan seperti itu. Lexa menghela napas. Bermaksud untuk membalas pesan Irina, namun tak jadi karena dia mendapat pesan baru. Pesan yang membuat matanya melotot. Pesan tentang uang 300juta yang baru saja masuk ke akun rekeningnya. 300juta ?? Lexa segera bangkit. Mengambil dress midi berwarna abu-abu yang tergantung pada dinding kamarnya. Dengan satu hentakan Lexa melepas jaket abu-abunya. Kemudian celana sobek hitamnya dan terakhir kaos putihnya.  Hanya mengenakan bra dan cd. Lexa berjalan ke arah lemari pakaian untuk mengambil tangtop. Namun seketika matanya terbelalak. Melihat pantulan sosok lain selain dirinya dalam cermin. Sosok yang sedang terduduk santai di sofa. Melihat lurus ke arah Lexa berdiri sekarang. Dengan senyum yang membuat Lexa merinding. "KAMU. !!!!" **** Hayoo..coba tebak siapa ???? Yang bener doain deh cepet punya dompet baru
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN