Lexa segera mengemasi buku-bukunya yang berserakan di meja. Kemudian menoleh pada Renata yang hari ini duduk di pojok belakang. Memberi kode bahwa dirinya pulang duluan. Renata hanya membalas dengan acungan jempol. Lexa segera menenteng ransel abu-abunya dan berjalan tergesa menuju toilet tempatnya tadi berciuman dengan Lucas. Ralat !! Maksudnya tempat berjanjian dengan Lucas.
Sementara Lucas yang sudah lebih dulu berdiri di depan toilet, tak hentinya memandang tangga. Menunggu cewek yang tadi memberikan sensasi baru di hidupnya.
Senyum Lucas mengembang begitu saja saat cewek yang sedari tadi dia tunggu muncul. Berjalan dengan tergesa kearahnya. Bahkan cewek itu mengabaikan sapaan dari beberapa murid lain. Lexa. Kini berlari kecil ke arah Lucas berdiri. Padahal Lexa tak perlulah berlari, toh Lucas diam di tempat. Tak bergerak sedikitpun. Bersandar pada dinding.
"Lain kali, kalo nungguin gue, atau nungguin siapapun. Jangan pose kayak gitu lagi." Suruh Lexa yang kini sudah berdiri di depan Lucas. Dengan napas sedikit terengah. Lexa membenarkan posisi ranselnya yang sedikit miring.
"Kenapa ?" Lucas menegakkan posisi berdirinya. "Keliatan ganteng ya ?" Ujarnya percaya diri. Tak lupa mengedipkan sebelah matanya lagi.
Ya ampun cowok ini suka banget mancing. Umpat Lexa dalam hati. Lexa memutar matanya malas.
"Lo mau gue seret ke toilet lagi ?" Tantang Lexa meskipun dengan suara yang pelan.
"Gak bisa ya, pake aku-kamu ?" Lucas berusaha mengabaikan tantangan menggoda dari Lexa.
"Biar apa coba pake aku-kamu ?"
"Biar akrab."
"Ayo pulang." Lexa berniat melangkah namun gagal karena tangan Lucas menarik tangannya.
"Lexa.." Lucas memasang tampang memohon. Entah untuk memohon apa.
"Iya..Kamu..jadi nganter aku pulang kan ?" Suara Lexa melembut. Mencoba sekuat mungkin menahan kekesalannya. Lucas tersenyum. Menggenggam erat tangan Lexa. Mengajaknya menuju parkiran yang berada tepat di sebelah toilet.
"Kamu bawa helm gak ?" Tanya Lucas melepas genggaman tangannya. Merogoh kunci di saku celananya. Dahi Lexa berkerut.
"Kenapa harus bawa helm ? Emang naik mobil harus bawa helm ?"
"Emang siapa yang mau naik mobil ? Kita naik motor." Lucas menarik tangan Lexa agar mendekat karena ada motor yang hendak lewat.
"Naik motor ??" Tanya Lexa disertai tatapan tidak percaya. Lucas mengangguk mantap. Menunjuk motor sport merah di depannya. "Kenapa gak bilang kalo kamu naik motor ?"
"Kenapa ? Malu punya pacar yang cuma naik motor ?" Tanya Lucas mulai memakai helmnya.
"Lucas. Liat rok aku cuma sampe sedengkul doang. Sementara motor kamu tingginya ngalah-in gunung himalaya. Kamu mau -aset berhargaku- terekspos dan jadi bahan suit-suitan cowok m***m di pinggir jalan ?" Omel Lexa pelan. Membuat Lucas mau-tak-mau menatap Lexa dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Ah iya. Rok seragam Lexa memang hanya sampai lutut panjangnya. Kedua sudut bibir Lucas terangkat. "Jangan ikutan berpikiran m***m Lucas." Hardik Lexa, membuat senyum Lucas makin melebar. Lucas mendekatkan wajahnya pada Lexa.
"Tadi aja kamu nyaris ngajak aku beradegan mesum." Bisik Lucas pelan di telinga Lexa. Langsung membuat Lexa merona malu. Lexa mendorong tubuh Lucas.
"Tau kamu naik motor, kan aku bisa pinjem selendangnya Renata." Lexa kembali dalam mode kesal. Namun senyum di wajah Lucas masih terukir. "Aku naik uber aja." Lexa hendak melangkah meninggalkan Lucas namun kembali gagal karena Lucas kembali menariknya.
"Jangan. Di depan sekolah kan ada toko. Kita bisa cari -sesuatu- untuk nutupin -aset- kamu itu."
"Pake apa ? Serbet ?"
"..." Lucas mengangkat bahu. "Sementara naik aja dulu. Duduk kayak berbie naik pegasus aja, biar rok kamu gak naik." Lucas melepas jaketnya. "Aku bonceng sampe depan. nih." Lucas memberikan jaket maroon-nya pada Lexa. "Buat nutupin."
Lexa masih dalam mode kesal. Namun tetap menerima jaket Lucas dan menuruti mau Lucas.
****
Senyum Melissa masih terpampang jelas di wajahnya. Tangannya masih menyilang di dadanya. Melihat pemandangan tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Akhirnya, tuh anak kurang waras punya cewek juga, ya Allah. Gue kira dia beneran homo karena selama gue menjabat jadi kakaknya, tuh anak sama sekali gak pernah deket sama cewek ataupun sekedar nanya soal cewek." gumam Melissa pelan. Di sampingnya ada Beta yang ikut tersenyum Melihat adegan Lucas mendekatkan wajahnya pada Lexa.
"Iya, akhirnya lo bisa sedikit bernapas lega karena beban lo sedikit berkurang. At least, Lucas udah punya cewek -yang mana- bisa ngebantu lo ngurusin Lucas."
"Atau malah bertambah, -since- Lucas sama sekali gak pernah berurusan sama cewek dan dia malah jadi tambah ngerusuhin gue, kepo soal gimana cara ngadepin cewek."
"Gak bakal deh kayaknya. Kan lo sendiri yang bilang, Lucas selalu bisa ngehandle semuanya."
"semua yang berhubungan sama bola basket maksud lo ?" Melissa terkekeh.
"Ya semoga aja Lexa ini bisa memaklumi Lucas yang rada bego soal asmara."
"Kayak lo pinter aja." Beta menyenggo Melissa. "Pulang gak ?" Beta membuka pintu mobilnya.
"Ya pulang. Lo kata gue mau tidur sini." Melissa ikutan masuk mobilnya. Beda mobil gitu.
****
Motor sport merah milik Lucas berhenti di toko depan sekolah. Lexa duluan menuruni motor Lucas. Merapikan rambutnya yang sedikit berantakan terkena angin. Lexa mengulurkan jaket Lucas dan langsung diterima Lucas.
"Biar cepet, kamu aja ya yang beli -sesuatu- itu, sementara aku beliin kamu helm di toko sebelah, oke ?" entah itu sebuah tawaran atau perintah yang keluar dari mulut Lucas. Lexa hanya mengangguk. Merapikan rambut Lucas yang juga berantakan karena Lucas terburu melepas helmnya. Lucas memandang Lexa sejenak.
"Yaudah. Nanti aku tunggu disini aja ya ?"
"Oke." Kata Lucas kemudian melangkah menuju toko helm yang memang ada disebelah toko tempat mereka parkir motor. Baru 3 langkah Lucas berjalan. Lucas kembali menghampiri Lexa.
"kenapa ?" Tanya Lexa heran. Lucas mengambil dompet dalam sakunya. Kemudian mengeluarkan selembar uang seratus ribuan. Dan menyerahkannya pada Lexa. "Buat ?"
"Buat kamu beli -sesuatu- itu."
"Gak usah Lucas. Aku bisa beli sendiri kok." Lexa menolak. Mendorong uang ditangan Lucas.
"Kok gitu sih, kan kita pacaran." Lucas meraih tangan Lexa. Memaksa Lexa menerima uang itu.
"Justru karena kita masih pacaran, kamu gak usah ngasih aku uang. Kecuali kita udah nikah, wajib hukumnya bagi kamu buat ngasih aku uang." Lexa tersenyum. Menerima uang itu lalu memasukkannya di saku jaket yang dipake Lucas.
"Lexa, cowok itu udah seharusnya ngeluarin uang buat ceweknya."
"Iya kalau mereka udah nikah. Kita masih pacaran, Lucas. Jangan sembarang kasih uang sama pacar. Serius aku bisa beli sendiri."
"Kalo aku maksa gimana ?" Lucas kembali memberikan uang tadi.
"Kalo gitu, oke aku trima." Lexa menerimanya. Senyumnya mengembang. "Tapi beli helmnya pake uang aku." Kini giliran Lexa mengambil uang dari saku roknya. "Berapa harga helm ?"
"Lah kok gitu sih ?" Lucas terlihat sedikit kecewa.
"Ya kamu maksa aku nerima uang itu, jadi sekarang aku juga maksa kamu." Lexa mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan dari saku roknya.
"Lexa.." Ucap Lucas pelan.
"Lucas.." Lexa mengikuti gaya Lucas. Lucas mendengus sebentar.
"Yaudah, masukin lagi gih uang kamu." Suruh Lucas. "Aku beli helm dulu."
"Nah, gitu, nih." Lexa mengulurkan uang yang tadi diberikan Lucas. Dengan berat hati Lucas menerimanya. Kembali berjalan. Namun untuk kedua kalinya Lucas berbalik. "Kenapa lagi ?" Tanya Lexa heran.
"Warna favorit kamu apa ?" Lucas bertanya balik. Lexa tersenyum. Menjawab dengan mantap.
"Abu-abu."
"Obviously." Lucas tersenyum mengamati Lexa. Udah jelas banget ni cewek suka warna abu-abu. Mulai dari tas, sepatu, dan jaket yang dipake Lexa warnanya abu-abu.
****
Ciyee aku kangen banget sama Lucaaaasss..
Anyway, ada yang tau ga Lucas kemana???????
Kenapa Lexa bisa jomblo ?????