Sebuah kehebohan baru menghiasi dunia dewasa. Setelah majalah Next terbaru dirilis, mereka kembali mendapat respon yang bagus dan Tara yang semakin mendapat banyak tawaran. Namun, wanita itu masih menyeleksi setiap tawaran karena ia tak ingin kecolongan lagi.
“Majalah Helion menghubungiku, mereka menawarimu menjadi modelnya untuk dua sesi majalahnya.”
“Beri rinciannya.” Tara memakan apelnya sembari menonton tv.
“Hanya beberapa setel gaun.”
“Baiklah. Ambil saja.”
“Oiya, kemarin manager Dave meminta nomormu dan aku memberikannya.”
“Kenapa kau memberikannya?”
“Karena dia bilang ingin mendiskusikan sesuatu denganmu.”
:::
Tara menghela nafasnya saat memasuki studio Next. Pikirannya berkecambuk dengan apa yang dikatakan Dave melakui telfon. Ya pria itu benar-benar menelfonnya kemarin dan mengatakan sesuatu yang membuatnya ingin lompat dari gedung berlantai 20 ini!
“Kau datang?” sapa Dave yang sekarang jalan berdampingan dengan Tara menuju ruang make up.
“Aku tak ingin melakukannya.” Tara memberi tatapan tajamnya pada Dave.
“Tak ingin atau tak bisa?” ejek Dave.
“Sialan! Siapa juga yang mau berpose nude denganmu?!”
“Jika kau lupa, aku adalah pornstar, dan banyak yang ingin berpose denganku.” Dave mendekatkan wajahnya. “Bahkan bermain di ranjang bersamaku.” bisiknya.
Tara mendorong Dave menjauh dan memasuk ke ruang make up.
Perkara dari ini semua adalah, majalah yang beberapa waktu lalu menjadi objek tantangan Tara dan Luna sekarang menampilkan wajah Luna yang terlihat sangat amat menyebalkan bagi Tara. Wanita itu pasti menjual tubuhnya demi cover majalah!
Dan Next mengambil kesempatan dari tantangan itu untuk membuat Tara berpose nude di majalah mereka. Dan itu semua karena Dave! Pria itu yang mengusulkan pada mereka dan meyakinkan mereka bahwa Tara akan menerimanya.
Setelah mengganti bajunya dengan bikini, Tara duduk di meja rias dengan Dave yang duduk di sebelahnya.
“Ikuti saja alurnya.” celetuk Dave yang membuat Tara menggeram.
“Jika kau melakukan hal aneh, aku akan membunuhmu.”
“Membunuhku di atas ranjang akan lebih menyenangkan.”
Saat itu juga Tara memilih pergi meninggalkan Dave dan menuju titik pemotretan.
“Hai Tara.” sapa James yang diabaikan Tara. Pria itu tampak bersemangat hari ini. “Aku tidak sabar memotretmu hari ini!”
“Sialan!” Tara ingin menendang James saat itu juga, baginya itu adalah sebuah ejekan. “Jangan terlalu ekstrim. Dan singirkan orang-orang yang tak penting.”
Dave keluar dari ruang makeup hanya menggunakan boxer. Pria itu menghampiri James yang sudah siap di tempatnya. Staff yang tak berkepentingan juga sudah keluar dari studio.
“Kau gugup?”
Tara tersenyum sinis. “Kau pikir aku anak baru?”
Dave memicing saat mendengar ucapan Tara. Kita lihat seberapa benar ucapan wanita itu.
Sesi pertama dimulai. Mereka belum benar-benar telanjang hanya saja mereka sudah mulai berpose dengan sexy dan mesra. Dave melorotkan tali bra Tara dengan gerakan pelan. Posisi Tara sedang membelakangi kamera namun wajahnya sedikit menoleh ke kamera.
Tangan Dave melepaskan pengait bra Tara dan hal itu membuat Tara menempelkan dadanya pada d**a Dave agar payudaranya tak terekspos. Jujur saja jantung Tara berdekat tak karuan, ia gugup. Kulit kenyalnya yang bersentuhan dengan d**a Dave memberikan sensasi aneh di tubuhnya.
“Gugup huh?”
Tara berdehem. “Tidak.” bisiknya di dekat rahang Dave.
Reaksi tubuh Tara tak bisa berbohong saat tangan Dave menurunkan celana dalam bagian belakangnya lalu meremas bokongnya.
“Takut?”
Mata Tara tak bisa menyembunyikan kegugupannya saat tangan Dave semakin menurunkan celana dalammnya, membuatnya semakin memeluk Dave dan membelakangi kamera karena tak ingin area sensitifnya terekspos.
Dave menunduk dan tersenyum melihat wajah merah Tara yang begitu menggemaskan.
Perlahan Dave mendorong tubuh Tara yang masih memeluknya ke dinding. Dave menjilat kuping Tara membuat wanita itu meremang. “Kau memiliki p******a yang indah.” bisiknya, membuat tubuh Tara semakin bergetar.
Bagian bawah mereka masih menempel karena Tara sudah benar-benar telanjang namun Dave masih menggunakan boxernya.
Tangan Dave meraba p******a Tara dan meremasnya dengan gerakan sensual membuat Tara menggigit bibirnya. Melihat bibir Tara yang menggoda, Dave mencium bibir itu dengan lahap. Tangannya masih bermain di d**a Tara, membuat desahan muncul dari sela-sela ciuman mereka.
Suasana studio yang sepi membuat suara kecapan mereka terdengar begitu jelas. Tara mengalungkan tangannya ke leher Dave karena kakinya tiba-tiba melemas.
Tangan Dave turun membelai paha Tara dan mengangkat kaki wanita itu, tanpa melepaskan ciumannya. Tubuh Dave mulai panas dan semakin menekan Tara ke tembok saat kaki wanita itu telah melingkar di pinggulnya.
Ciuman Dave turun ke leher Tara dan menjilatinya.
“Ngahhhh..” Tara melengkuh saat Dave mengecap lehernya, memberikan sebuah tanda di sana.
“Sudah cukup.” suara James tampak tak di dengar Dave karena pria itu masih asik mencumbu Tara. Bahkan pria itu kembali melumat bibir Tara.
“Dave!”
Dave menarik wajahnya karena teriakan James. Pria itu menatap mata Tara yang sekarang memerah.
Oh liatlah apa yang dia lakukan, dirinya hampir saja menyetubuhi Tara sekarang juga.
Sekarang staff mendekati mereka dan langsung menyelimuti tubuh Tara yang sedikit gemetar dengan handuk lalu membawa Tara kembali ke ruang make up.
“s**t!” umpat Dave pelan. Ia menginginkannya.
“Kau gila? Kau benar-benar ingin membuat live porno di sini?”
James melihat Dave yang terlihat sedikit hm frustasi?
“Kau benar-benar terangsang?” James melihat milik Dave yang tampak menonjol di balik boxernya.
“Sialan! Aku ingin menyetubuhinya sekarang juga.”
James menepuk pundak Dave. “Bermimpilah. Tara bukan wanita yang mudah takluk untuk hal-hal seperti ‘itu’. Kau tau, dia masih.. perawan.”
Dave menatap James. Apakah Tara benar-benar perawan seperti yang dulu temannya katakan juga.
“Lihat saja, aku akan memerawaninya.” Dave segera pergi untuk sedikit memanjakan adiknya yang tegang.
“Aku akan membunuhmu jika kau berani melakukannya.”