Setelah menyelesaikan sesi foto individu. Tara sama sekali tak berbicara dengan Dave. Ini sesi foto terakhir mereka hari ini dan Dave sudah siap di ruang make up dengan boxernya.
Tara membelakangi Dave. Tubuhnya hanya dibalut kain merah tipis yang tentu saja memperlihatkan lekukan indah tubuh Tara. Ia menutupinya lagi dengan handuk, agar tubuhnya tak menjadi santapan para staff yang ada di ruang make up.
Seorang staff meminta mereka keluar karena sesi terakhir akan dimulai.
Saat ini mereka berdua sedang berpose di atas ranjang dengan begitu banyak sentuhan-sentuhan yang dilakukan keduanya.
Dave tiba-tiba melepaskan boxernya, memperlihatkan miliknya yang menegang. Hal itu membuat Tara mengalihkan pandangannya, tak ingin melihatnya.
Tara meremas kain tipis yang menutupi dirinya. Bahunya telah terekspos dan ia membelakangi kamera. “Kau gila.” desis Tara yang menutupi sebagian tubuh Dave dari kamera.
“Apakah ada yang salah bertelanjang di majalah dewasa?”
Dave memelorotkan kain merah itu hingga memperlihatkan b****g indah Tara. Keduanya bertatapan namun mereka saling memberikan tatapan yang berbeda.
Dave dengan tatapan menggodanya dan Tara dengan tatapan mengancamnya.
“Jangan lupa bernafas.” bisik Dave saat tubuh Tara di tarik Dave hingga bersentuhan.
Tara mengumpat habis-habisan karena merasakan milik Dave yang sama sekali tak tertutup apapun menyentuh kewanitaanya yang juga tak tertutup apapun.
Dave membelai rambut Tara dan meremas d**a indah itu. Tara mengalungkan lenganya di leher Dave karena kakinya tiba-tiba lemas.
Dave menjatuhkan tubuh Tara yang ada dipelukannya ke ranjang, membuatnya menindih wanita itu. Kaki Tara tak sepenuhnya naik ke ranjang. Ia mengesah saat merasakan milik Dave menekannya dari luar.
“Sialan. Apa yang-”
Dave mencium Tara dan menggenggam tangan wanita itu yang ada di lehernya, lalu menahannya di dekat kepala Tara.
Ciuman itu begitu menggebu. Membuat para staff yang melihatnya sesak nafas karena adegan live itu.
Ciuman Dave turun dan mencumbu leher Tara, lalu berhenti di d**a wanita itu. Dave mencumbu d**a indah itu dan memberi tanda di sana.
“Ahhh..”
“Kita cukupkan untuk hari ini.” James mulai menghantikan adegan itu, namun Dave tak menghiraukannya dan malah kembali melumat bibir Tara menggebu.
Tangan Dave tak lagi menahan tangan Tara, namun sudah menggerayangi punggung serta b****g wanita itu.
Mengelus pahanya lembut dan membuka kedua paha itu. Melihat sinyal bahaya, Tara mencoba mendorong Dave namun pria itu masih bergeming dan makin melumat bibir Tara.
Melihat Dave yang sudah terlalu jauh, James segera menarik Dave untuk menjauhi Tara. Jika dibiarkan, pria itu benar-benar akan memperawani Tara di studionya!
Staff lain segera menyelimuti Tara yang sekarang bergetar hebat. Dave menggeram dan menyentak tangan James yang menahannya. Pria itu duduk di tepi ranjang, melihat sekilas Tara yang masih berada di ranjang yang sama.
Lihatlah kejantanan Dave yang jelas-jelas menegang. Pria itu bahkan tak repot-repot ingin menutupinya.
“Bajingan.”
Tara segera pergi meninggalkan Dave yang meremas rambutnya.
“Kau kelewatan Dave.” James melempar handuk hingga menutupi milik Dave.
“f**k! Aku akan menyetubuhinya dan kau tak akan bisa menggangguku.”
Dave pergi dari sana, meninggalkan James yang menggeleng. Pemotretannya berakhir kacau, namun ia mendapatkan banyak foto yang bagus.
:::
“Fokus Tara!”
Tara tersentak karena teriakan dari fotografer. Wanita itu kembali mencoba fokus dengan pemotretannya hari ini, namun pikirannya masih melayang pada kejadian kemarin.
“Istirahat 10 menit!” teriak fotografer karena melihat Tara yang kembali tak fokus. “Kau memikirkan apa Tar?” tanyanya mendekati Tara.
“Bukan apa-apa.”
Tara pergi ke ruang makeup. Berharap kejadian kemarin terlupakan. Namun tidak.
Karena banyak pikiran, Tara malam ini pergi ke night club. Ia ingin mengosongkan pikirannya dan melupakan kejadian kemarin. Shela tampak tak ada untuk menemaninya malam ini karena sedang bekerja -memuaskan para penyewanya.
Tara minum beberapa botol dan turun ke dance floor. Wanita itu meliuk-liukkan tubuhnya dengan indah. Mengabaikan orang-orang yang mengenalinya sebagai model ternama.
Seorang pria mendekatinya dan menari bersama Tara. Wanita itu tak keberatan dan masih meliuk-liukkan tubuhnya.
“Kau begitu indah.” Pria itu merapatkan tubuhnya dan menari bersama, mengikuti alunan musik.
Tara mendorong pria itu sedikit menjauh, memintanya memberi jarak namun pria itu tak mau dan malah memeluk pinggang Tara.
“Kau ada waktu malam ini?”
Tara menggeram dan mendorongnya kuat. Membuat pria itu mundur. “Jangan menyentuhku bajingan.”
Tara kembali ke meja bar dan menegak minumnya lagi.
“Sendirian?”
Tara mengabaikan pria yang baru saja duduk di sampingnya.
“Sefustasi itukah kau? aku tak jadi menyetubuhimu saat itu.”
Tara menatap tajam Dave yang duduk di sebelahnya. Kenapa juga pria itu ada di sini.
“Pergilah aku tak ingin melihat wajahmu.”
“Kau perawan?”
Tara tak menjawab dan masih menegak minumannya. Ia sekarang memilih mengabaikan Dave.
“Bagaimana jika aku memerawanimu?”
Tara meremas gelasnya dan menaruhnya kasar. “Jaga ucapanmu! Aku tak akan melempar tubuhku padamu.”
Dave tersenyum dan mengambil gelas Tara yang baru saja wanita itu isi lalu meminumnya.
“Aku tak harus menunggumu melempar tubuhmu. Aku lebih suka aku yang melemparmu ke ranjang.” bisik Dave dan menaruk gelas kosong itu di depan Tara.
Karena muak dengan Dave. Tara lebih memilih pulang karena tak mungkin pikirannya jadi jernih ketika ada pria itu ditempat yang sama.
Saat Tara akan membuka pintu mobilnya. Dave manahan pintu itu.
“Aku akan mengantarmu. Kau sedikit mabuk.”
Tara menepis tangan Dave yang menghalanginya membuka pintu. “Urusi saja urusanmu.”
Tara menjerit saat Dave membopong nya tiba-tiba. “Apa yang kau lakukan sialan?!”
Dave memasukkan Tara ke jok penumpang lalu merebut kunci mobil wanita itu.
“Mengurusi urusanku.” ucap Dave dan menutup pintu samping Tara.
Kepala Tara mulai pusing saat mobil itu sudah berhenti di basement. Tara keluar dari mobil, namun Dave kembali membopongnya. “Turunkan aku.”
Tara memberontak, namun Dave tak memedulikan nya hingga Tara sadar bahwa itu bukanlah gedung apartemennya.
Dave membuka pintu apartemennya dan menjatuhkan tubuh Tara di ranjang.
“Aku serius saat mengucapkan akan memerawanimu.”
Pria itu melepaskan kaosnya dan langsung menindih tubuh Tara. Tara memberontak namun Dave langsung menahan kedua tangan Tara di atas kepala kepala dan mencium bibir yang semenjak kemarin tak bisa ia lupakan itu.
Dress Tara terangkat saat lutut Dave melebarkan paha wanita itu. Tangan Dave satunya menggerayangi tubuh Tara dan melepaskan dress itu perlahan sehingga hanya menyisakan dalaman yang Tara pakai.
Nafas Tara terengah saat Dave melepaskan ciumannya. “Aku akan melaporkanmu dengan tuduhan pelecehan seksual.” ancam Tara namun membuat Dave tersenyum.
“Kau pikir mereka akan percaya? Model majalah sepertimu dan pornstar sepertiku. Bukankah melakukan seperti ini sudah biasa.”
Tara memberontak dan berhasil melepaskan tangan Dave yang menahannya.
“Aku punya seribu cara untuk membuat mereka percaya.”