Ketahuan Jadi Simpanan
"Mas, sampai kapan kita mau kayak gini terus? Aku butuh kepastian dari kamu, Mas. Aku butuh kepastian kamu tentang hubungan kita selama ini." Nadlyne tampak mendesak seorang pria tampan di sebuah ruangan kantor yang mewah itu. Ia duduk di sofa sedangkan pria itu, Andre namanya duduk di kursi kerjanya sendiri.
"Kenapa sih kamu selalu aja nanyain soal itu terus? Yang penting kan kita berdua sama-sama tau kalau kita itu saling cinta dan saling peduli," balas Andre.
Nadlyne tampak tak menyukai balasan Andre yang menurutnya tak ada kepastian untuknya itu.
"Tapi, Mas. Hubungan kita itu udah lumayan lama tapi kenapa Mas Andre belum juga mau nikahin aku? Aku ini perempuan aku butuh kepastian kamu, aku butuh kejelasan dari kamu tentang status kita!" desak Nadlyne lagi.
Andre menghela napas panjang. "Tapi kamu kan tau aku ini udah punya istri, Dinda itu dia itu cinta banget sama aku jadi mana mungkin aku tega nyakitin dia dengan menikahi kamu?"
Nadlyne tampak semakin marah dan kecewa mendengar ucapan dari Andre tersebut.
"Tapi kamu harus pilih antara Dinda atau aku, Mas. Kamu nggak bisa dong jadi orang rakus gitu yang mau dia duanya! Aku permisi dulu!" balas Nadlyne lagi dan ia pun segera angkat kaki dari ruangan kerja Andre sedangkan Andre hanya terdiam dan mengusap dagunya.
"Dasar laki-laki nggak gentle, harusnya kan dia bisa pilih salah satu! Dan harusnya dia itu pilih aku karena aku ini yang paling dia cintai dan aku juga cinta mati sama dia!" gerutu Nadlyne saat ia telah berada di luar pintu ruangan kerja Andre.
"Nadlyne?"
Nadlyne langsung menoleh dan terlonjak kaget begitu ia mendengar suara berat seorang pemuda. Dan ternyata pemuda tampan bertubuh tinggi atletis itu adalah Rifky yang sudah berdiri tepat di belakangnya itu.
"Rifky?" ujar Nadlyne sambil berbalik dan kini ia berhadapan dengan Rifky.
Rifky mendengus kesal. "Aku kasih tau sekarang mendingan kamu jauhi si Andre brengs*k itu atau..."
"Atau apa hah?" bentak Nadlyne yang nekat menantang Rifky.
"Kamu itu cuma bocah ingusan jadi kamu nggak usah ikut campur urusan aku paham kamu!" bentak Nadlyne lagi.
"Pokoknya aku mau kamu tinggalin si Andre itu!"
"Kalau aku nggak mau?" tantang Nadlyne lagi dan kali ini ia berjinjit untuk mengusap pipi Rifky dengan pelan yang membuat pemuda itu menelan ludah. Ia menyukai ekspresi panik pemuda itu.
"Aku suka sama kamu, Nad."
Nadlyne terkejut mendengar pernyataan cinta dari Rifky tersebut. Bisa-bisanya bocah itu berani mengatakan hal itu padanya secara usia Rifky juga jauh lebih muda darinya.
"Lebih baik kamu simpen sendiri deh perasaan kamu itu, mendingan kamu urusin tuh kinerja kamu biar kamu nggak dikeluarkan dari perusahaan ini!" lanjut Nadlyne lagi kemudian ia pun segera berlalu pergi meninggalkan Rifky yang masih berdiri di sana dengan sorot mata yang kesal.
"Dia belum tau siapa gua sebenarnya," gumam Rifky dengan kesal sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menatap tajam Nadlyne yang menghilang di belokan.
Ya, Rifky itu sebenarnya bukan anak magang biasa, ia sebenarnya anak bungsu dari keluarga kaya raya yang dihormati. Keluarganya memiliki bisnis di bidang fashion dan properti yang juga memiliki saham terbesar di perusahaan tempatnya magang itu karena itulah ia tak takut pada siapapun.
Sudah sore sudah waktunya untuk pulang kerja, Nadlyne berkali-kali melihat ke arah layar ponselnya menunggu notifikasi dari Andre namun tak kunjung tiba. Ia pun mendesah kecewa.
"Duh Mas Andre kenapa ya kok tumben sih nggak nanyain ke aku mau bareng apa nggak pulangnya?" gumam Nadlyne pada dirinya sendiri.
"Nad, pulang yuk! Abis ini kita makan deh di kafe mau nggak?" ajak Rena, rekan kerjanya itu.
Nadlyne menggelengkan kepalanya pelan. "Aduh maaf, Ren. Kayaknya hari ini nggak bisa deh soalnya aku ada acara mau pergi sama pacar aku," katanya.
"Cie yang punya pacar, siapa tuh kenalin dong ke aku!" goda Rena sambil tersenyum.
"Lain kali deh," balas Nadlyne malu-malu.
"Ya udah deh aku duluan ya, Nad."
"Oke."
Setelah Rena pergi, Nadlyne kembali memeriksa ponselnya itu. Ia berniat untuk menghubungi nomor Andre namun detik berikutnya ia mengurungkan niatnya itu karena ia masih kesal pada pria itu.
Akhirnya Nadlyne pun memutuskan untuk pulang ke apartemennya dengan kesal. Ya tentu saja ia kesal karena hari ini ia gagal bermesraan dengan Andre.
Nadlyne duduk di sofa dan saat ia melihat postingan sosial media milik Andre, amarahnya memuncak melihat Andre ternyata sedang bermesraan dengan Dinda.
Karena itulah Nadlyne memutuskan pergi ke bar untuk menghilangkan rasa stresnya itu. Ia minum hingga tak mabuk. Tanpa sadar ia merangkul seorang pemuda yang memakai topi putih itu. Pemuda itu walupun panik namun ia meladeni Nadlyne. Pemuda itu kemudian memeluk tubuh seksi Nadlyne dari belakang dan merekapun berciuman panas. Karena tak kuasa menahan gairah panas merekapun pergi ke hotel terdekat untuk melanjutkan keintiman mereka itu.
Pagi harinya akhirnya Nadlyne membuka matanya dan ketika ia duduk ia pun berteriak histeris begitu ia menoleh ke sampingnya. Di mana ada seorang pemuda tampan bertelanj*ng d**a yang berada satu tempat tidur dengannya.
"Kamu? Kamu ngapain di tempat tidur aku!" teriak Nadlyne panik sambil refleks ia menutupi tubuhnya yang hanya memakai tank top putih itu dengan selimut.