6. Possesivenya Farel

1015 Kata
Ria membantu anaknya mencuci banyak mainan yang sudah sangat kotor. Saat ini mereka tengah berada di halaman belakang. Namanya anak kecil selalu senang saat berhadapan dengan air. Farel bukan hanya mencuci mainannya, tapi juga mencuci badannya sendiri. "Ma, Mama kalau nyuci mainan Farel yang lama ya! biar aku bisa main air," ucap Farel dengan polos. "Iya, Sayang,"  jawab Ria. Farel tak tau kalau Mamanya tidak baik-baik saja. Saat ini, Ria sangat merasa tertekan karena tatapan Farhan. Ria juga merutuki dirinya sendiri. Kenapa saat menikah ia jadi penakut. "Hah, gue benci rasa takut ini!"  kesal Ria tanpa sadar. Farhan yang sedang duduk di kursi bak seorang raja, langsung menaikkan sebelah alisnya. "Heh Si Dadaa kecil!"  panggil Farhan bermaksud memanggil Ria. Ria tersentak sembari memelototkan matanya kaget, tapi dia tidak menoleh. "Heh dadaa kecil!"  panggil Farhan sekali lagi, tapi lagi-lagi Ria tak menjawab. "Belagu banget gak jawab, padahal sama biji mangga lebih gede biji mangga," ejek Farhan. "Papa ngomong sama siapa sih?"  tanya Farel bingung. Farhan menepuk bibirnya sendiri, kenapa ia bisa lupa kalau ada anaknya di sini. "Tolong bilangin sama Mama, suruh bikinin kopi buat Papa!" suruh Farhan. "Kenapa Papa gak buat sendiri? Biasanya juga buat sendiri. Mama masih sibuk, jangan diganggu!" jawab Farel. "Farel, itu sudah kewajban Mama untuk buatin kopi Papa." "Ya ini aku buatin," ucap Ria yang ingin beranjak pergi, tapi buru-buru Farel mencegahnya. "Mama terusin aja, biar Papa buat sendiri. Papa terbiasa sendiri." Ria tertawa ngakak saat mendengar penuturan polos anaknya. "Iya emang Papa mu terlalu lama sendiri, sampai berkarat," ucap Ria tertawa. Farel mengernyit, dalam hati dia bertanya-tanya apanya yang berkarat?. "Ria!"  tegur Farhan dengan tajam. "Cepat buatin, atau tau sendiri akibatnya!" ucap Farhan tersenyum miring sembari menjilat bibir bawahnya sok sensual. Andai posisinya Farhan masih belum suami Ria, sudah pasti Ria akan tergoda dengan godaan Farhan. Namun saat sudah menikah, jangankan tergoda, yang ada malah jijik pengen muntah. "Iya iya dibuatin, ngancem terus bisanya. Awas kamu bucin sama aku, aku mau selingkuh sama Gigolo!" "Ria!" bentak Farhan yang membuat Ria langsung berlari menuju dapur. "Pa, Papa kenapa bentak-bentak Mama?" teriak Farel mengacungkan pistol mainan ke arah Papanya. Bocah itu sangat tidak terima saat Mamanya dibentak-bentak walau dengan Papanya sendiri. "Papa bilang, jadi laki-laki gak boleh bicara keras sama wanita. Kenapa sekarang malah teriak-teriak?" sungut Farel. Farhan mengelus rambutnya, sekarang anaknya berpihak pada wanita konyol yang kini menjadi istrinya. "Iya-iya Papa minta maaf, Papa gak gitu lagi deh," jawab Farhan akhirnya agar Farel berhenti mengomel. "Nih kopinya!"  Ria datang sembari membawa segelas kopi jeruk untuk suaminya. Farhan langsung mengambil kopi yang Ria taruh di meja sampingnya. "Panas banget. Kamu buatnya gimana sih?" komentar Farhan. "Namanya Kopi di mana-mana buatnya pake air mendidih biar perut gak kembung. Jelas aja panas, baru juga buat," jawab Ria. "Yaudah tiupin!" titah Farhan yang langsung membuat Ria cengo'. "Papa manja deh. Biasanya juga langsung disruput sampai teriak-teriak lidahnya panas. Kenapa sekarang malah nyuruh Mama niupin? Papa kok jadi caper sih?" oceh Farel tidak suka. "Kan Mama istri Papa, jadi Mama harus nurut dengan segala keinginan Papa," ucap Farhan dengan bangga. "Jadi orang jangan songong. Dulu sok-sokan gak mau nikahin aku, sekarang ketagihan kan jadi suami aku?" tanya Ria dengan bangga. "Ketagihan?" tanya Farhan sok kaget sekaligus mengejek, "Suruh megang benda pusaka aja takut, mana bisa puasin coba?" sindir Farhan. Ria tidak menjawab. Dan lagi-lagi mengalah adalah jalan yang terbaik. Ria mengambil gelas Kopi dan meniupnya pelan-pelan. "Nih napas aku bau jengkol. Biar pingsan kamu minum kopi ini," ketus Ria. "Eh, nanti aku belikan kamu pedoman untuk jadi istri sholihah. Biar kamu gak durhaka sama suami," ucap Farhan mengelus lengan Ria. Ria langsung menepis tangan suaminya. "Jangan senggol-senggol!"  ketus Ria. Ia merasa suaminya sangat mesuum. Ria belum terbiasa dengan kontak fisik, walau tubuhnya dan tubuh suaminya pernah menyatu. "Lah gitu, bicara dengan nada tinggi sama suami itu dosa, apalagi bernada ketus. Dah jadi istri durhakim," ucap Farhan. Lama-lama Ria pusing menghadapi Farhan, padahal baru kemarin dia menikah. Bayangkan kalau sebulan, sudah pasti kakinya jadi kepala, dan kepalanya jadi kaki. "Nih minum!" ucap Ria menyodorkan Kopi yang sudah hangat pada Farhan. Farhan langsung meminum Kopinya. Pria itu ingin menyemburkan kopi yang baru ia minum sesruput. "Kopi apa ini hah? Kenapa rasanya asem sekali?" sungut Farhan kesal. Ria jadi berfikir, kenapa Farel dan Farhan sama-sama cepat kesal?. "Itu kopi jeruk. Pas banget buat kamu diet," jawab Ria asal. "Heh siapa yang mau diet?"  Farhan berdiri sembari melotot. Karena tinggi Farhan yang di atas Ria, Ria langsung mendongak menata wajah suaminya. "Kamu harus diet, lihatlah badanmu yang sangat besar!" "Bilang aja kalau kamu gak kuat aku tindih," ucap Farhan memegang dagu istrinya. "Paan sih ganjen, ada anak juga," ujar Ria ketus. Farhan duduk kembali. Matanya bersitubruk dengan tatapan anaknya. Farel menatapnya tajam, terlihat sekali kalau bocah itu sangat marah. Farel menggandeng tangan Ria, bocah itu mengajak Ria pergi mejauhi Papanya. "Lah, kenapa tuh bocah?"  tanya Farhan sendiri. Farel mengajak Ria menonton televisi. Ria bingung, kenapa wajah anaknya jadi masam. Perasaan tadi baik-baik saja. "Ma, Mama jangan deket-deket sama Papa, Farel gak suka! Mama hanya Mamanya Farel," ucap Farel dengan menunduk. "Iya, Mama cuma Mama kamu kok." "Iya, kamu Mamanya Farel, tapi kamu juga istrinya Farhan. Ingat bak-baik itu," saut Farhan yang ikut duduk di samping anaknya. Farel menabok pipi Papanya saat Papanya menciumnya tiba-tiba. ▪️▪️▪️▪️ Malam harinya, Ria mengajak Farel untuk tidur di kamarnya. Wanita itu memeluk tubuh mungil Farel sembari Pura-pura tak mendengar saat Farhan menggerutu. "Farel, kamu tidur sendiri sana! Sudah gede masak gak berani tidur sendiri, sih!" ucap Farhan menggelitiki pinggang Farel yang baru tertidur. "Kamu apaan sih, anaknya baru tidur malah diganggu," Ria mencegah tangan Farhan yang ingin usil lagi. "Bilang aja kamu mau ngulur waktu buat lawan aku di ranjang," ejek Farhan. "Lambenya, minta digampar bolak-balik." "Ayolah Ria. Pindahin Farel ke kamarnya! Aku udah gak kuat!" rengek Farhan. "Ria, udah cenat cenut minta dijepit!" "Ria, linu banget. Cepat pindahin Farel ke kamarnya." "Ria, udah pengen goyang!" "Ria, udah meronta-ronta, nih!" Ria menyumpal telinganya dengan tangannya sendiri. Bisa-bisanya Dokter yang dia kira macho dan manly, malah ngerengek seperti bayi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN