bc

Nafkah 91 Ribu

book_age16+
2
IKUTI
1K
BACA
family
HE
love after marriage
heir/heiress
blue collar
bxg
lighthearted
loser
detective
campus
childhood crush
like
intro-logo
Uraian

Bercerita tentang seorang istri yang diberikan nafkah sebesar 91 ribu oleh suaminya. sang suami bekerja sebagai PNS yang gajinya 91 bahkan sang suami pernah tidak di gaji pada tahun 1990 an.

Bagaimana kelanjutan ceritanya di simak ya kak.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 : Pertemuan di Depan Rumah Kakak
Tahun 1994. Matahari sore menyinari wajah Sri yang masih berlumuran tanah. Usianya baru dua puluh dua tahun, beberapa tahun setelah lulus sekolah. Rambutnya yang hitam panjang terurai, menyerupai air terjun kecil yang mengalir di punggungnya. Ia baru saja pulang membantu ayahnya berkebun di kebun kecil mereka yang sederhana. Wajahnya yang bersih dan senyumnya yang tulus begitu mempesona. Di depan rumah mewah milik kakak Anton, Sri berhenti sejenak, menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangan. Rumah itu tampak megah, berbeda jauh dengan rumahnya yang sederhana. Ia tak menyangka akan bertemu Anton di sini. Anton, pria berusia tiga puluh tiga tahun yang sudah bekerja sebagai PNS, sedang duduk di teras rumah kakaknya. Ia memperhatikan Sri dari kejauhan. Sri, dengan kecantikannya yang alami dan kesederhanaannya yang menawan, langsung menarik perhatian Anton. Ada sesuatu yang memikat dalam diri Sri, sesuatu yang membuat Anton jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia terpesona oleh kecantikan Sri yang begitu sederhana namun begitu memikat hati. Pertemuan itu menjadi awal dari kisah cinta mereka. Namun, cinta mereka tak berjalan mulus. Kakak Anton, yang melihat Sri sebagai gadis desa yang sederhana dan tak pantas untuk adiknya, sangat membenci ayah Sri. Ia merasa Sri bukanlah pasangan yang tepat untuk Anton, dan kebenciannya pada ayah Sri semakin membesar. Ia tak bisa menerima hubungan mereka, menganggapnya sebagai penghinaan bagi keluarganya. Perbedaan latar belakang dan status sosial antara Sri dan Anton menjadi penghalang besar dalam hubungan mereka. Perasaan cinta Anton pada Sri yang begitu kuat harus menghadapi rintangan besar dari keluarganya sendiri. Keesokan harinya, Anton memberanikan diri mengikuti Sri yang baru saja pulang dari pasar. Ia melihat Sri membantu ibunya berjualan di pasar tradisional yang ramai. Di tengah hiruk pikuk pasar, Sri tampak begitu lincah dan cekatan melayani pembeli. Anton mengamati Sri dari kejauhan, hatinya semakin mantap untuk menyatakan perasaannya. Setelah mengetahui di mana rumah Sri, Anton rajin mengunjungi rumah sederhana itu. Ia selalu datang dan pergi tanpa sepengetahuan Sri, hanya memandang dari kejauhan. Hingga suatu hari, Ayah Sri melihat Anton mondar-mandir di depan rumahnya. Rasa penasaran menggerogoti hati Ayah Sri. Ia pun menyapa Anton dengan ramah, bertanya tentang maksud kedatangannya. Tanpa ragu, Anton mengungkapkan perasaannya pada Sri. Ia menceritakan betapa ia jatuh cinta pada Sri sejak pertemuan pertama mereka. Ia juga menyampaikan niatnya untuk melamar Sri, sesuatu yang sudah lama ia rencanakan. Ayah Sri mendengarkan dengan saksama, hatinya bercampur aduk antara rasa senang dan khawatir. Senang karena putrinya dicintai oleh seorang pria baik, khawatir karena perbedaan status sosial mereka. Namun, ia melihat ketulusan di mata Anton. Ia melihat Anton adalah pria yang baik, yang tulus mencintai Sri. Pertemuan itu menjadi titik balik dalam kisah cinta Sri dan Anton. Niat Anton untuk melamar Sri menjadi babak baru dalam hubungan mereka, babak baru yang penuh tantangan dan rintangan. Namun, cinta mereka yang begitu kuat akan menjadi kekuatan untuk melewati semua itu. Ayah Sri, seorang PNS dengan pangkat yang lebih tinggi dari Anton, menatap Anton dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada sedikit keraguan, campuran kekhawatiran dan rasa ingin tahu di balik tatapannya yang tajam. Ia bukanlah orang yang mudah percaya, terlebih lagi melihat perbedaan status sosial yang cukup mencolok antara Anton dan Sri. "Jadi, Nak Anton... Anda serius ingin melamar Sri?" tanya Ayah Sri, suaranya terdengar berat namun tetap ramah. Ia ingin memastikan kesungguhan Anton, menguji ketulusan hati pria yang berani melamar putrinya. Anton mengangguk mantap, matanya menatap Ayah Sri dengan penuh keyakinan. "Ya, Pak. Saya sangat serius. Saya mencintai Sri, dan saya ingin menghabiskan hidup saya bersamanya." "Sri masih muda, Nak. Anda sudah bekerja, tetapi..." Ayah Sri menggantung kalimatnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kekhawatirannya. Ia ingin memastikan Anton mampu memberikan kehidupan yang layak bagi Sri, mengingat perbedaan pangkat dan pendapatan mereka. Anton mengerti kekhawatiran Ayah Sri. Dengan tenang dan penuh hormat, ia menjelaskan pekerjaannya sebagai PNS, menjelaskan penghasilannya, dan bagaimana ia berencana untuk membangun rumah tangga bersama Sri. Ia menekankan bahwa cintanya pada Sri bukanlah sesuatu yang main-main, bahwa ia siap bertanggung jawab atas masa depan Sri. Ayah Sri akhirnya menerima lamaran Anton. Sebuah beban seolah terangkat dari pundak Anton. Ia pulang ke rumah dengan hati gembira, bergegas menceritakan kabar baik tersebut kepada ibunya. Namun, kegembiraannya tak berlangsung lama. Kakak Anton, yang sudah sejak awal menentang hubungan mereka, semakin geram. Ia semakin tidak menyukai Sri dan keluarganya, menganggap mereka sebagai keluarga yang tidak pantas untuk bergabung dengan keluarganya. Keberatannya bukan hanya karena perbedaan status sosial, tetapi juga karena ia merasa Sri bukanlah wanita yang tepat untuk adiknya. Tanpa menghiraukan kemarahan kakaknya, Anton meminta restu kepada ibunya untuk segera mempersiapkan pernikahannya dengan Sri. Ia berencana menikah pada bulan April, bulan yang dirasa tepat untuk memulai lembaran baru dalam hidupnya bersama Sri. Ibu Anton, meski awalnya sedikit ragu, akhirnya merestui pernikahan tersebut. Ia melihat ketulusan Anton dan percaya bahwa Anton akan mampu membahagiakan Sri. Kabar bahagia itu sampai juga ke telinga Sri. Ia merasa sedikit terkejut, bahkan sedikit tertekan. Ia tahu bahwa ayahnya telah menjodohkannya dengan Anton, dan ia mau tidak mau harus menuruti keinginan ayahnya. Di satu sisi, Sri merasa bahagia karena Anton adalah pria yang baik. Di sisi lain, ia merasa sedikit ragu dan takut akan masa depannya. Pikiran untuk kabur dari pernikahan itu sempat terlintas di benaknya. Namun, Sri berpikir ulang. Ia tak ingin membuat keluarganya malu, tak ingin mengecewakan orang tuanya yang telah mendukungnya selama ini. Sri menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya. Ia memutuskan untuk menerima takdirnya. Ia akan menikah dengan Anton, dan ia akan berusaha untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Meskipun ada keraguan dan ketakutan, Sri akan tetap tegar menghadapi tantangan yang ada di depannya. Pernikahan mereka, yang akan berlangsung di bulan April, akan menjadi awal dari babak baru dalam kehidupan Sri dan Anton, babak baru yang penuh harapan dan tantangan. Namun, bayangan ketidaksukaan kakak Anton dan perbedaan latar belakang mereka masih menghantui. Suasana di rumah Sri terasa hangat namun dipenuhi dengan sedikit ketegangan menjelang pernikahannya dengan Anton. Para tamu silih berganti datang untuk memberikan ucapan selamat dan doa restu. Di tengah kesibukan persiapan pernikahan, Ayah Sri memanggil Sri ke kamarnya. Di sana, di tengah suasana yang tenang dan intim, Ayah Sri memberikan pesan penting yang akan selalu diingat Sri seumur hidupnya. "Sri," kata Ayah Sri, suaranya terdengar lembut namun tegas, "Ayah tahu kamu sedikit ragu dengan pernikahan ini. Ayah mengerti perasaanmu. Namun, ingatlah satu hal, pernikahan adalah sebuah komitmen, sebuah ikatan suci. Kamu harus kuat, kamu harus berani." Ayah Sri menatap Sri dengan mata yang penuh kasih sayang dan kekhawatiran. Ia tahu bahwa perbedaan usia dan status sosial antara Sri dan Anton bisa menjadi potensi konflik di kemudian hari. Ia juga khawatir akan sikap kakak Anton yang sejak awal tidak menyetujui hubungan mereka. "Jika suatu hari nanti," lanjut Ayah Sri, suaranya sedikit meninggi, "Anton berbuat kasar padamu, apa pun alasannya, lawanlah dia, Sri! Jangan pernah takut untuk membela dirimu. Jangan pernah biarkan dia merendahkanmu. Kamu berhak mendapatkan penghormatan, kamu berhak mendapatkan kebahagiaan. Ingat selalu pesan Ayah ini. Ayah selalu mendukungmu." Kalimat Ayah Sri itu seakan menjadi tameng bagi Sri. Pesan itu bukan hanya sekadar nasihat, tetapi juga sebuah kekuatan yang akan menemani Sri dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Sri mengangguk mantap, meneteskan air mata haru. Ia memeluk ayahnya, mengucapkan terima kasih atas dukungan dan nasihat berharga tersebut. Pesan itu akan selalu terpatri di hatinya, menjadi pedoman bagi Sri dalam menghadapi segala tantangan yang akan datang. Pernikahan akan segera tiba, dan Sri siap menghadapinya dengan tekad yang kuat. Namun, pesan sang ayah akan selalu menjadi kekuatan batinnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.1K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.9K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook