2. Hello, Cinderella!

1241 Kata
Jungoo masih ingat bagaimana semua dimulai-idenya muncul begitu saja tanpa terduga. Tiga bulan yang lalu di mana pagi Jeon Jungoo begitu kacau-terburu-buru dan kehilangan kendali terhadap diri sendiri. Segera bergegas ke kantor yang lebih tepat rasanya disebut kota. Terlalu besar. Mungkin kesadarannya sekarang sudah digenggam penuh melihat dia dapat secepat kilat menyetir seorang diri dan bertindak seperti biasa. Tapi kenyataannya efek minuman semalam masih bersarang di kepalanya, terasa begitu pusing dan berat. Sulit sekali menahan diri agar tetap focus di ruangan yang penuh beberapa orang itu. Rapat berlangsung lancer seperti biasa, pun memang satu-satunya yang ia lakukan seperti biasanya hanya duduk manis. Jungoo tidak begitu pandai berbicara, dia itu lebih ahli dalam tindakan dan kakak-kakaknya tahu tentang itu. Tentu saja kakak yang disebut di sini bukanlah saudara kandung, tapi anggaplah seperti itu karena mereka memang sudah begitu dekat. Mereka bertujuh itu sibuk, maka jarang sekali dapat berkumpul dalam kurun waktu lama secara bersamaan. Banyak sekali yang harus diurusi ataupun memanjakan diri sendiri. Setelah rapat selesai, tentu mereka langsung pergi untuk menjalani rutinitas di mana jadwal telah menumpuk. Sementara Jungoo memilih untuk duduk manis di sofa empuk ruangan Jinseok. Mengangkat satu kaki ke paha, merenggangkan dasinya dan membuka dua kancing kemeja teratas. Kepalanya disenderkan pada sofa dengan mata terpejam sambil memijit pangkal hidungnya. "Kau minum semalam?" Tanya Jin saat masuk ke ruangan di mana adiknya sudah menguasai terlebih dahulu sesuka hati. "Ada yang salah? Kita sering melakukannya," jawab Jungoo masih dengan mata terpejam. Bibir merah mudanya yang tipis itu terlihat basah karena berkali-kali dikulum membuka perlahan membuat suara merdu. Sama seperti Jungoo, Jin juga merenggangkan dasinya dengan kedua tangan. Membuka jasnya dan meletakan di meja utama dengan kayu mengkilap yang kokoh. "Tapi tidak ketika keesokan harinya ada rapat penting," sarkas Jin. Jungoo memilih diam saja karena bagaimanapun dia salah di sini. Kalau urusan berdebat, Jinseok itu ahlinya. Tipikal pria seperti Jungoo hanya bisa diam manis. "Siapa yang mengajakmu? Yunki? Aku bisa mentolerir kalau kau minum, tapi masalahnya adalah kau mabuk-terlihat sekali betapa kacau kau pagi ini. Jangan pernah sepelekan meeting perusahaan. Cobalah bertanggung jawab." Untuk dirinya, mengekspresikan sesuatu itu sulit. Bisa dibilang ia mempunyai gengsi tinggi, tapi sumpah saat ini dia benar-benar menyesal. "Maaf..." ujar Jungoo lirih. Jinseok cukup terkejut mendengar penuturan dari sang maknae yang biasanya tak mau kalah itu. Seketika ia langsung luluh. "Sebenarnya apa yang terjadi?" "Tak ada hal spesial, hanya mencoba menghadiahi diri sendiri. Persis seperti yang kalian semua sarankan. Menikmati jerih payah sendiri. Mencintai diri sendiri." Jinseok setuju sekali akan hal tersebut karena bisa dibilang itu moto mereka. Tapi rasanya ia menemukan kejanggalan di sini. "Baiklah-jadi semalam, hadiah seperti apa yang kau berikan pada dirimu?" Jungoo diam tak menjawab apapun. "Mari kita ubah pertanyaannya, dengan siapa kau semalam minum-minum?" "Jinmin hyung dan Tae hyung." "Wow! Aku tahu kemana arah pembicaraannya. Apa yang kalian lakukan. Dua bandit kecil itu sudah memengaruhimu juga rupanya." Mendengar itu Jungoo membuka matanya dan mendongak menatap Jinseok. "Apakah menurutmu itu kesalahan?" Satu senyuman terulas di bibir Jinseok. "Lakukan apapun yang mau kau lakukan dan bertanggung jawablah atas hal itu. Semua kenikmatan dan risikonya, sebanding. Tapi kau harus berhati-hati." Jungoo tersenyum simpul. Jinseok selalu punya jawaban atas keluh-kesahnya. "Dan maksudku dalam berhati-hati, kau pakai pengaman kan?" tambah Seokin dengan wajah serius. Masalahnya ini pertama kali bagi Jungoo menghadiahi dirinya seperti itu. Mungkin bukan yang pertama melakukan hal seperti ini, tapi tidak pernah dengan sembarang wanita. Bahaya jika sang wanita memiliki penyakit atau sampai memiliki anak dari Jungoo. "Tentu hyung." Wajah Jungoo memerah. "Hentikan itu!" ujarnya ketika Jinseok tertawa menikmati betapa lucu sang maknae. Kalau boleh jujur dari jawaban Jinseok tersebut membuat sebuah ide muncul. Kenikmatan dan risiko yang sebanding. Teringat gadis semalam yang asal dia ajak bercinta. Sebenarnya tidak mutlak asal karena dia juga memilah, walaupun sampai sekarang dia sendiri bingung kenapa memilih gadis itu. Ada sesuatu dalam gadis bernama Kim Taeri yang membuatnya tertarik. Tentu bukan cinta pada pandangan pertama, Jungoo tak percaya hal seperti itu. Dan lagi dia sama sekali tidak peduli terhadap sesuatu yang diatas namakan 'cinta'. Hidupnya bukan untuk itu. Tak ada ketertarikan terhadap hal tersebut. Tapi Kim Taeri akan menjadi suatu keberhasilannya. Salah satu penentu kehidupannya.   ---   Sudah cukup Jinseok direpoti oleh Jungoo selama tiga bulan belakangan ini. Mencari orang itu sulit, bersyukur kekayaan mereka dapat membantu. Bayangkan saja, Jungoo sama sekali tidak tahu tentang Taeri sementara dia meminta-yang lebih tepat memaksa-untuk menemukan gadis itu. Harusnya Jungoo dapat mencari tahu melalui nomor rekening yang dia berikan saat mengirim uang melalui sang asisten dalam jumlah banyak. Tapi sialnya Taeri bahkan meminta cash saat itu pada si asisten. Gadis itu menutup identitasnya dengan sangat lihai. Yang Jungoo tahu hanya sebuah nama yang bahkan dirinya tak tahu itu asli atau tidak. Dia harus mencari di seluruh penduduk korea. Sampai suatu saat dia menemukannya. Koreksi, Jinseok yang menemukannya. Sebuah pertemuan diatur seapik mungkin agar Taeri tidak kemana-mana. Membayangkan gadis itu menutupi informasi tentangnya sedemikian rupa, bukan tak mungkin akan kehilangan lagi jika tidak berhati-hati. Terlebih posisi Jungoo tak bisa sembarang melakukan sesuatu dengan nekat. Di pundaknya ada tanggung jawab sebagai penerus perusahaan Jeon. Maka di sinilah ia sekarang dalam ruangan Jinseok dengan Taeri di depannya. "Akhirnya aku menemukanmu!" Semua usaha Taeri agar tidak bertemu dengan Jungoo lagi agar tidak membuat masalah dikemudian hari, sirna sudah. Bahkan Jungoo sendiri yang mencarinya. Itu membuat dia sendiri bingung dan juga salah tingkah sendiri. Bayangkan saja dia dicari oleh Jeon Jungoo si pria kaya raya itu. Taeri benar-benar sedang dalam negri dongeng. Seakan seperti Cinderella yang dicari oleh sang pangeran saat meninggalkan sepatu. Tapi masalahnya kenapa mencari dirinya? Apakah itu hal baik? "Kau diterima bekerja!" ujar Jungoo lagi karena sadar bahwa Taeri sedang dilanda kebingungan dan keraguan. Ia memang cerdik karena mengambil kesempatan terhadap keadaan. Alasan Taeri datang karena membutuhkan pekerjaan. Semua orang pastinya ingin bekerja di tempat bergengsi dengan gaji tinggi seperti tempat mereka Sekakan melupakan kejanggalan yang barusan terjadi, mata Taeri membulat berbinar-binar. "B-benarkah?" "Tentu. Kau akan bekerja untukku." Tambah Jungoo lagi sambil tersenyum lebar. Sedari awal diminta bantuan, Jinseok bahkan belum tahu apa yang ada di pikiran Jungoo. Bahkan sekarang anak itu mengambil keputusan seenaknya. Tak bisa didiamkan. "Tidak bisa, dia akan jadi personal assistant ku." Mendengar itu Jungoo melotot kaget ke arah Jinseok. "What?" "Aku mau!" Sementara Taeri malah kelewat bersemangat mengiyakan. Bahagia sekali. Jungoo tak bisa menyela karena detik berikutnya mereka sudah berbicara lebih lanjut tentang pekerjaan tersebut. Bahkan Jungoo diusir dari sana yang tak bisa melakukan apa-apa karena memang itu ruangan Jinseok. Selama menandatangani kontrak yang benar-benar terlalu tiba-tiba karena Jinseok tak mau Jungoo sampai bertindak duluan, diam-diam ia tak henti menatap Taeri. Ini bukan mengarah pada ketertarikan pria dan wanita. Satu-satunya yang membuat ia melakukan hal tersebut adalah penasaran apa yang sebenarnya Jungoo rencanakan. Khawatir akan menjadi boomerang di kemudian hari untuk Jungoo ataupun berimbas pada yang lainnya. Karena sejauh ini yang Jinseok lihat, tak ada hal menarik atau spesial pada diri Taeri. Setelah Taeri pergi, Jinseok langsung menarik Jungoo untuk mewawancari anak itu tanpa membiarkan sedikitpun dia mendekati Taeri. Jungoo protes tapi Jinseok menang karena bagaimanapun dia yang mencari Taeri dan membuka lowongan pekerjaan. Maka Jungoo tak bisa macam-maca selama Taeri masih bisa dijangkau. Jinseok menjanjikan hal itu. Taeri akan tetap di sekitarnya dan membuat Jungoo dapat menemui kapan saja. Tapi yang jadi masalah sebenarnya,   "Jadi Kook, apa yang sebenarnya kau rencanakan tentang Taeri?" Tanya Jinseok ketika mereka duduk berhadapan di sofa.   "Sesuatu yang menarik tentunya. Coba tebak dulu, hyung?" jawab Jungoo melempar pertanyaan balik dengan asimetris-begitu licik.     []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN