4. Yon/Shi

1098 Kata
Iona terlihat sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kuah ramen, tidak ada sama sekali usaha dari cucu pemilik kedai untuk membantunya. Remaja itu bernama Kuroki Jiro, ia bersekolah di SMA Tatsuno. SMA Tatsuno berada di daerah Nagano. Kuroki mengambil jurusan informasi dan ia menjadi salah satu siswa yang mendapatkan beasiswa untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi yang ada di Jepang. Kuroki memang tidak terlalu dekat dengan orang tuanya, karena sejak kecil ia diasuh oleh nenek pemilik kedai. Sehingga Kuroki sangat jarang bertemu dengan ke dua orang tuanya. Saat Iona sedang berusaha dengan tubuhnya yang mengalami demam, Kuroki hanya berkutat dengan ponsel di tangannya. Tidak sekalipun ia melihat kondisi Iona di dalam dapur. Hanya beberapa kali, Kuroki bertanya mengenai persiapan kuah ramen yang akan mereka jual ke pengunjung. Setelah selesai dengan pembuatan kuah ramen, Iona memberi tahu Kuroki untuk bersiap membuka kedai. Hanya saja, Iona tidak bisa lagi bertahan dengan kondisinya. Ia berpamitan pada Kuroki karena sedang sakit. Sayang, saat Iona ingin kembali ke rumah Kudo. Kuroki menghalanginya dan menyuruh Iona untuk membantu menjual ramen di kedai. Tentu Iona tidak ingin melakukan apa yang dikatakan remaja itu. Iona memilih berjalan keluar dari kedai, dan mendapatkan sebuah ancaman dari Kuroki. “Kau tidak akan mendapatkan upah dari perlakuanmu kali ini!” ujar Kuroki. “Aku tidak peduli.” Setelah sampai di luar kedai, tiba-tiba saja kepala Iona terasa berputar. Pandangan matanya mulai kabur, dan ia tidak bisa berjalan lurus. Tangannya mulai mendari pegangan, dan berharap masih bisa sampai di rumah Kudo dengan cepat. Namun, Iona justru terjatuh dan akhirnya tidak sadarkan diri di samping kedai. Seorang pengunjung yang akan masuk ke dalam kedai mengenal Iona. Ia membantu Iona untuk bisa sampai di rumah sakit. Iona diperiksa oleh seorang dokter, dan ternyata ia hanya kelelahan akibat latihan memasak yang dilakukan tanpa henti setiap harinya. Di sana, Iona mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Lalu setelah dipastikan harus menginap di rumah sakit, Iona mendapatkan kamar pasien, dan dipindahkan ke sana. Satu jam setelah berada di dalam ruang pasien, Kudo datang dengan tergesa-gesa. Napasnya terlihat tersenggal, dan ia melangkah mendekati Iona. “Kau baik-baik saja? Kenapa kau datang ke kedai sementara kondisi tubuhmu sedang tidak baik?” omel Kudo. “Cucu pemilik kedai sedang membutuhkan bantuan, dan jika kedai tidak dibuka, kasihan Nenek,” ujar Iona. “Kau tahu, kau terlalu memaksakan diri. Kau masih harus berlatih untuk lomba yang akan diadakan oleh resto tempatku bekerja.” “Aku tahu, aku akan berusaha.” “Untuk malam ini, kau harus beristirahat dan banyak makan.” “Baiklah, aku mengerti.” Kudo memberikan sebuah bungkusan makanan. Ia tahu jika Iona pasti belum mendapatkan asupan makanan setelah sadar. Kudo dengan penuh perhatian membuka makanan itu dan menyuapi Iona dengan sabar. “Kau suka dengan makanan ini?” tanya Kudo. “Ya, ini lezat. Apa kau yang membuatnya?” “Tidak, bukan aku. Dia adalah asisten chef di tempatku bekerja, aku mengatakan jika kau sedang sakit. Lalu saat aku akan beranjak dari sana, ia memberikan makanan ini untuk dirimu,” terang Kudo. “Baik sekali, makanan ini lezat. Aku ingin bertemu dengannya,” ujar Iona. “Ehm, tidak bisa. Karena … ia adalah orang yang tidak terlalu baik pada orang baru,” ujar Kudo. “Sayang sekali … katakan aku sangat menyukai masakannya.” “Baiklah, akan aku sampaikan.” Setelah percakapan itu, Kudo membantu Iona untuk menelan obat yang ada di atas nakas. Perhatian Kudo sangat membuat Iona merasa tidak enak, sudah sejak lama … Kudo selalu baik padanya. “Kudo, jika aku sudah memiliki tempat tinggal sendiri, apa kau masih mau berteman denganku seperti saat ini?” tanya Iona tiba-tiba. “Apa yang kau katakan? Tentu saja aku akan selalu menjadi teman untukmu. Kau ingat? Kau tidak memiliki siapapun sekarang selain aku,” ujar Kudo dengan mengacak rambut Iona. “Ya, selain Ibu … kau adalah orang yang selalu baik padaku.” Percakapan itu terus berlanjut, hingga Iona mulai merasa mengantuk karena efek samping obat. Dan akhirnya Iona memejamkan matanya, terlelap dalam  mimpi. Sedangkan Kudo menarik selimut untuk menutup tubuh Iona. Ia memilih duduk di samping brankar agar bisa selalu menjaga Iona jika membutuhkan sesuatu. *** Hari berganti, dan Kudo masih tidur dengan kepala yang direbahkan di tepi brankar. Sedangkan Iona sudah terjaga sejak beberapa waktu lalu. Iona sengaja tidak membangunkan Kudo, karena tahu jika pria itu tidak bisa tidur semalaman. Sampai akhirnya seorang dokter dan dua perawat datang. Dokter itu akan memeriksa kondisi Iona yang sudah jauh lebih baik dari kemarin. “Bagaimana keadaanmu pagi ini?” tanya dokter itu. “Baik. Apa aku bisa pulang hari ini?” “Hahaha, mari kita pastikan,” jawabnya. Kudo yang terganggu dengan suara di kamar itu, segera terbangun dan ia masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah selesai, Kudo bertanya mengenai kondisi Iona saat ini. Kabar baikpun mereka terima pagi ini. “Sore nanti, Nona Iona bisa pulang. aku sarankan untuk tetap menjaga kesehatan, jangan terlalu banyak kegiatan yang membuat tubuh mudah lelah. Jika memang harus bekerja keras, seharusnya ada makanan dan minum air yang banyak.” “Baik, terima kasih.” “Baiklah, jangan lupa untuk menyiapkan vitamin agar tidak mudah sakit.” “Tentu.” Setelah kepergian dokter itu, Iona tersenyum lebar menatap wajah Kudo. “Kau senang?” tanya Kudo. “Tentu saja, aku sangat senang karena bisa pulang.” “Baiklah, kau harus beristirahat untuk semalaman, aku tidak ingin kau langsung berlatih lagi.” “Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau katakan.” “Lalu … sebaiknya kau akhiri pekerjaan di kedai Nenek itu. Aku tidak ingin kau bertemu lagi dengan remaja menyebalkan itu.” omel Kudo. “Hahaha, Kudo … aku bekerja untuk membantu dirimu. Kenapa kau melarang aku bekerja?” “Pendapatanku masih bisa mengcukupi kebutuhan kita.” “Aku tahu, aku hanya ingin meringankannya saja.” “Tidak perlu!” “Baiklah, terserah padamu saja. Tetapi, aku harus berpamitan pada Nenek pemilik kedai. Aku tidak ingin ia salah paham.” “Baiklah, aku akan mengantarkanmu.” Kudo pun bersiap untuk pergi bekerja, ia berjanji akan kembali sebelum Iona siap kembali ke rumah. Karena jarak rumah sakit ke resto tempat Kudo bekerja cukup jauh, membuatnya harus segera berangkat. “Baiklah, aku harus pergi sekarang.” “Hati-hati di jalan.” “Ya, jangan pulang sebelum aku datang.” “Baiklah.” Setelah kepergian Kudo, Iona memilih untuk melihat acara televisi yang ada di kamar itu. Iona melihat berita mengenai perlombaan yang akan diadakan oleh resto tempat Kudo bekerja. Perlombaan itu membuat Iona menjadi semangat untuk bisa menyalurkan bakatnya. “Aku harus bisa menang dalam lomba itu,” gumam Iona.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN